Extra Part

4.9K 354 65
                                    


"Argh!!"

Prang!!

Prang!!!

Nirina menghancurkan seluruh perabotan apartemen yang ia sewa sebagai tempat tinggal untuk beberapa bulan ke depan sebelum ia kembali ke pelukan Ali.

Namun sialnya sampai saat ini Ali belum menunjukkan tanda-tanda keberadaan dirinya akan diterima kembali. Ali terlalu 'licin' untuk dia dekati saat ini.

Semua panggilan darinya tidak pernah di jawab juga pesan-pesan yang ia kirimkan tidak pernah sekalipun Ali balas bahkan mungkin tidak pernah pria itu baca.

Sialan! Nirina merasa kepulangannya kemari benar-benar sia-sia. Ali sudah menikah dan sekarang dirinya yang terlunta-lunta. Benar-benar sialan!

"Argghh!!!" Teriakan Nirina kembali terdengar memenuhi apartemennya. Jika Ali benar-benar tidak menerima dirinya lagi apa yang harus ia lakukan?

Nirina kembali meraih barang-barang miliknya lalu ia banting ke lantai. Suasana di dalam apartemennya saat ini benar-benar suram dan sangat berantakan. Tapi Nirina tidak perduli karena yang perdulikan adalah bagaimana caranya ia bisa kembali ke pelukan Ali.

Hari ini Nirina harus pergi dan ia harus berhasil menemui Ali. Apapun caranya ia harus bertemu dengan Ali. Ia yakin Ali tidak akan bisa menolak kehadirannya.

Ali terlalu mencintai dirinya jadi tidak mungkin pria itu berani menolak dirinya. Nirina yakin jika selama ini Ali pasti menunggu kedatangannya dan sekarang ia sudah datang, ia sudah kembali dan berniat untuk merajut kisah cinta mereka kembali jadi bagaimana mungkin Ali menolak dirinya bukan? Tidak mungkin tentu saja.

Nirina tertawa terbahak-bahak ia benar-benar bahagia dengan pemikirannya itu. Ia harus bersiap-siap sebelum pergi menemui Ali jika tidak bertemu di kantornya maka ia akan mengunjungi kediaman pria itu.

Lagi pula ia juga sudah lama tidak bertemu dengan Tante Nila dan Om Wijaya, calon Mama dan Papa mertuanya dulu.

"Hahahaha.. Mama mertua. Hahaha."

***

"Papi apa kabar?" Prilly memeluk erat Ayahnya yang baru saja kembali dari Kanada. Begitupula dengan Maminya. Prilly sangat merindukan orang tuanya.

"Kami baik-baik saja Sayang. Kamu juga sehat kan?" Tanya Ramlan yang di angguki oleh Prilly.

"Baik Pi. Ayo masuk Pi, Mi! Mas Ali lagi main sama anak-anak di taman belakang." Jelas Prilly yang disambut tawa oleh orang tuanya.

Mereka sudah sangat hafal jika bermain di taman belakang jelas Ali menantu mereka sedang jadi bulan-bulanan anak kembarnya.

"Chacha lagi senang-senangnya berkebun Mi jadi pagi-pagi sekali Chacha udah ngajak Mas Ali berkebun dan belum selesai sampai sekarang." Jelas Prilly yang membuat tawa Ramlan dan Dewita terdengar berderai.

"Mami sama Papi makan siang di sini kan?"

"Iya Sayang. Nanti kita masak sama-sama ya Sayang." Dewita menyentuh lembut kepala putrinya.

Prilly ingin menganggukkan kepalanya namun suara Ramlan terlebih dahulu terdengar. "Anak kamu ini kan anti bau dapur semenjak hamil Sayang."

Prilly dan Dewita sontak meringis pelan sebelum tawa keduanya terdengar meledak. Prilly memang tidak bisa lama-lama berada di dapur perutnya sering tidak bisa di ajak kompromi dengan aroma-aroma yang menyengat seperti aroma bawang putih misalnya.

"Sepertinya calon cucu kita laki-laki keknya Mas." Ujar Dewita sambil mengusap lembut perut datar putrinya.

Ramlan mengangguk setuju sedangkan Prilly tertawa saja baginya dan suami mau perempuan atau laki-laki mereka akan tetap menyayangi calon anaknya yang terpenting adalah calon anaknya harus sehat dan lahir dengan selamat.

"Ih Abi kenapa tanahnya dikeluarin lagi sih?!"

Prilly dan orang tuanya sontak tertawa mendengar teriakan kesal Ariska dari taman belakang.

"Ayo kita ke sana Pi. Mami sudah kangen sekali dengan cucu-cucu kesayangan Mami." Dewita dan Ramlan langsung berjalan ke taman belakang menyusul cucu-cucunya yang suaranya terdengar dari sana. Sepertinya cucu kembar mereka benar-benar menyukai kegiatan berkebun itu.

Prilly tersenyum lebar menatap kepergian orang tuanya. Ia benar-benar bahagia sekali dengan kedekatan dan keakraban keluarga mereka sekarang.

"Semoga kita semua selalu bahagia ya Sayang.." Ujar Prilly sambil mengusap perutnya.

Prilly baru akan melangkah untuk menyusul orang-orang tercintanya ke taman belakang bertepatan dengan bel di pintu utama rumahnya terdengar.

"Sepertinya ada tamu." Prilly bermonolog sendiri. "Tapi siapa ya? Jangan-jangan orang kantor Mas Ali lagi kan hari ini Mas Ali nggak masuk kantor." Prilly menggeleng pelan, karena Ariska yang merajuk tadi pagi akhirnya suaminya sampai tidak bisa ke kantor karena harus memenuhi keinginan putrinya untuk berkebun.

Hari ini hari libur memang namun bagi Ali ada saat-saatnya ia juga harus bekerja di hari libur sekalipun. Kalau tidak salah suami Prilly itu sedang mengadakan audisi untuk mencari model-model baru yang akan di asuh dan di didik oleh perusahaannya.

Dengan langkah sedikit cepat Prilly berjalan menuju pintu rumahnya. Ia tidak ingin karyawan suaminya harus menunggu lama di depan pintu.

"Selamat siang. Siapa ya?" Tanya Prilly saat membuka pintu dan melihat wajah asing didepan pintu rumahnya. Prilly tidak heran jika ada wanita yang menghampiri rumahnya karena ia sudah kenal beberapa karyawan wanita suaminya. Termasuk Amelia wanita yang dulu sempat menjadi model di perusahaan suaminya namun harus angkat kaki karena Amelia berniat mencelakai dirinya.

Lupakan masalah Amelia, Prilly harus memfokuskan diri pada wanita cantik  didepannya ini. Prilly akui wanita berkacamata hitam dengan pakaian seksi di depannya ini luar biasa cantik.

Apalagi rambut pirang yang menghiasi kepalanya semakin menambah kecantikan dan juga keseksian wanita ini.

"Panggil Ali! Bilang gue cinta pertamanya sudah kembali." Ucapnya santai sambil membuka kacamatanya. "Gue Nirina, cinta pertama Ali." sambungnya memperkenalkan diri dengan senyuman sinisnya yang membuat wajah Prilly memucat.

Bagai terkena sambaran petir Prilly tidak menyangka jika Ibu dari anak-anak kembarnya hari ini bisa berdiri tepat di depan pintu rumahnya dengan senyuman yang membuat Prilly menggigil ketakutan.

Prilly sadar jika kedatangan wanita ini bukan dengan maksud dan tujuan yang baik. Refleks Prilly menyentuh perutnya yang tiba-tiba bergejolak.

'Jangan sekarang Nak!'

Prilly memejamkan matanya erat-erat namun tetap saja ia tidak bisa menahan gejolak di perutnya dan akhirnya..

"Hueekk..."

"Ouh sialan! Cairan menjijikkan ini mengotoriku!" Teriakan Nirina terdengar memekakkan telinga.

*****

Ah, maaf ya cerita ini agak sedikit lambat dalam pengetikan itu dikarenakan musibah banjir yang menimpa beberapa waktu lalu hingga membuat ide untuk cerita ini ngadat. Maaf ya,

Dan Alhamdulillah akhirnya cerita ini tinggal 2 part pengetikan lagi sebelum cerita ini benar-benar end.

Nah, untuk yang udah ikut po plus udah tf jangan khawatir ya pasti pdf-nya akan segera di kirim. Saya langsung kirim begitu pdf-nya slesai bahkan tengah malam sekalipun.

Jadi, yang ikut PO silahkan tf ya dear biar sekalian di kirim nanti. Untuk yang berminat masih bisa ya silahkan chat ke wa 081321817808

DIUSAHAKAN PDF-NYA SELESAI SEBELUM SENIN YA.. DOAIN AJA YA DEAR...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketulusan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang