Bab 16

2.4K 368 20
                                    


"Maksud kamu gimana Mas?" Prilly blank seketika ketika Ali memintanya untuk menjadi Ibu untuk si kembar.

Apa artinya ia harus menikahi Kakak tertua Ali begitu?

Ini kenapa rasanya seperti memakan buah simalakama. Prilly menolak dilamar oleh pria yang tak ia kenali tapi sekarang kenapa dirinya lagi-lagi disodorkan kepada pria yang juga tak ia kenali.

Prilly ingin menangis saja, kenapa nasibnya selalu memprihatinkan seperti ini?

"Kamu bersedia menikah dengan--"

"Mas aku sama sekali tidak mengenal Kakak kamu bagaimana mungkin kamu memintaku untuk menikahi Kakak kamu Mas!" Prilly langsung mencerca Ali bahkan posisinya kini sudah bangkit dari kursi taman dan berdiri tegak didepan Ali yang justru memberinya tatapan bingung.

Sentil juga nih lama-lama!

Prilly semakin kesal karena Ali tak kunjung memberi respon padanya. "Aku memang menyayangi si kembar. Demi Tuhan aku menyayangi mereka sepenuh hatiku. Tapi untuk menikahi Kakak kamu aku rasa aku nggak bisa Mas. Bagaimana mungkin aku menikahi pria yang tidak bertanggung jawab seperti Kakak kamu itu!" Damprat Prilly tanpa perduli jika Ali bisa saja marah karena ia sudah begitu lancang menghina Kakak tertua pria itu.

"Ibu guru lagi ngomongin apa sih?" Untuk pertama kalinya Prilly melihat bagaimana wajah tampan yang biasanya kaku itu memperlihatkan ekspresi geli seolah dirinya adalah objek lelucon yang mampu mengocok perutnya.

Melihat wajah bingung Prilly membuat tawa Ali meledak. Pria itu tertawa terbahak-bahak bahkan sampai membungkuk di depan Prilly yang masih berdiri menatap Ali yang sedang tertawa layaknya orang bodoh.

Ini Bapaknya si kembar kenapa sih? Tiba-tiba gila atau gimana?

"Ya ampun perutku!" Ali mengerang sambil memegang perutnya namun tawanya masih juga belum mereda.

Sampai akhirnya Arjuna dan Ariska mendekati mereka. "Abi kenapa Bun?" tanya Arjuna yang langsung menggandeng tangan Prilly.

Prilly jadi salah tingkah sendiri saat Arjuna kembali memanggilnya dengan panggilan Bunda.

"Lagi happy kayaknya Abi kalian." jawab Prilly dengan berani mendengus kesal pada Ali. Wanita itu benar-benar kesal karena ditertawakan oleh Ali layaknya badut.

"Bunda kalian lucu!"

Wajah Prilly sontak berubah merah saat Ali ikut-ikutan memanggil dirinya Bunda. Ini kenapa sih bikin salting aja deh.

"Lucu kenapa Bi? Memangnya Bunda ngapain?"

Ali meredakan tawanya memangku Ariska membiarkan Arjuna berdiri sambil memegang tangan Prilly.

"Bunda mau nikahnya sama Papa." Ujar Ali jahil yang membuat si kembar sontak berteriak mengatakan tidak.

"Nggak boleh!" Si kembar kembali menjerit bersamaan hingga membuat Prilly pusing sedangkan Ali pria itu kembali meledakkan tawanya.

Ya ampun hari ini benar-benar menyenangkan sekali.

***

Setelah insiden menyebalkan bagi Prilly di taman kini mereka semua kembali berkumpul di sebuah cafe yang masih berada di dalam pekarangan sekolah asrama Arjuna.

Kedua anak kembar itu mengeluh lapar hingga akhirnya Ali memboyong mereka ke cafe ini. Prilly masih belum membuka suaranya, ia masih bingung dengan 'lamaran' aneh yang Ali ajukan padanya tadi.

Jika yang harus ia nikahi Ali mungkin Prilly akan langsung menjawab iya tapi ini adalah Kakak tertua pria itu. Memang ia belum terlalu lama mengenal Ali bahkan watak pria itu saja ia belum tahu selain dingin, kaku dan juga menyebalkan.

Tapi menurut Prilly menghabiskan waktu bersama Ali sepanjang sisa hidupnya rasanya tidak terlalu mengerikan meskipun Ali tergolong pria cuek dan minim ekspresi namun pria ini memiliki hati yang hangat lihat saja bagaimana pria itu dengan sabar meladeni si kembar yang hari ini luar biasa aktif.

Mungkin karena sudah bersama makanya keaktifan mereka semakin terasa.

"Abi mau donat itu!" Si centil Ariska mulai berulah. "Makan nasi dulu Sayang baru kita beli donat itu ya." Ujar Ali lembut yang diangguki oleh Ariska.

"Kamu mau pesan apa?"

"Heh?"

"Kamu belum pesan apa-apa kan?" Nada bicara Ali sudah terlihat lebih santai pada Prilly hingga membuat Prilly sedikit salah tingkah.

"Eu--"

"Samain sama punya saya aja Mbak."

Prilly tidak menyadari sama sekali kehadiran pelayan di sisi meja mereka. Ia terlalu sibuk dengan pemikirannya.

Makanan pesanan Arjuna dan Ariska memang sudah datang karena kedua bocah kembar itu sudah heboh karena kelaparan. Jadilah Ali dan Prilly yang memesan belakangan.

Ali terlihat sibuk mengurusi Ariska yang benar-benar luar biasa rewel hari ini.

"Bunda mau suapin Abang nggak?"

Prilly tersentak kaget saat tangan kecil Arjuna memegang lengannya. "Mau dong Sayang. Sini biar Bunda suapin." Prilly tak lagi menghiraukan keberadaan Ali. Jika memang akhirnya ia harus menikahi Kakak tertuanya Ali berati anak-anak ini menjadi anaknya bukan.

Jadi Prilly akan membiasakan semuanya dari sekarang.

Tapi benarkah Kakak tertuanya Ali yang akan menjadi suaminya?

"Chacha mau disuapin Bunda juga!" Gadis kecil Ali itu kembali berulah hingga membuat Ali menghela nafasnya.

"Makan sama Abi aja kan Bunda lagi suapin Abang Juna itu." Ali berusaha memberi pengertian pada putrinya.

"Enggak apa-apa Mas. Sini Cha." Prilly menarik kursi Chacha kearahnya lalu mulailah ia suapi kedua anak kembar itu.

Ali menopang dagu menatap Prilly yang begitu telaten mengurusi kedua anaknya.

"Chacha sama Juna lebih tua siapa?" Prilly bertanya setelah menyelesaikan suapannya pada Ariska.

Anak-anak Ali sudah selesai dengan urusan makan siangnya.

"Lebih tua Arjuna, Bang Juna duluan lahir." Ali yang menjawab sambil meletakkan makanan yang baru saja dibawakan oleh pelayan.

Prilly mengangguk pelan. "Nah mulai sekarang Chacha harus panggil Arjuna dengan panggilan Bang Juna ya Sayang jangan Juna aja itu nggak sopan." Prilly menasehati Chacha dengan bahasa lembut penuh keibuan hingga membuat Ariska langsung menganggukkan kepalanya.

"Baik Bunda."

"Kok langsung baik biasanya Chacha ngebantah dulu kalau di nasehatin benerkan Bi?" Ali mengangguk setuju. "Iya Bang. Biasanya Adek Chacha ribut dulu sama Abi." Ali mengerling jahil pada Arjuna yang dijawab kikikan geli oleh putra Ali itu.

"Enggak gitu. Chacha nggak ribut cuma Chacha berpendapat aja." Kilah gadis kecil itu dengan wajah cemberut membuat Ali dan Arjuna sontak tertawa.

"Bunda.." Ariska mulai menatap Prilly dengan mata berkaca-kaca.

"Loh ini kenapa jadi pada ledekin Adek?" Prilly menatap Ali dengan Arjuna dengan tatapan memperingati membuat Ayah dan anak itu langsung sok sibuk membicarakan hal lain.

Prilly hanya menggelengkan kepalanya, ada-ada saja tingkah Ayah dan anak ini.

Tanpa mereka sadari perlahan interaksi di antara mereka menunjukkan jika sebentar lagi mereka benar-benar akan menjadi sebuah keluarga. Semoga saja..

*****

Ketulusan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang