Bab 15

2.6K 399 32
                                    


Prilly sedikit kewalahan menghadapi Ariska yang terus menangis karena melihat perban kecil di dahinya. Gadis kecil itu sepertinya benar-benar shock hingga ketakutan seperti ini.

Prilly jadi merasa bersalah sendiri, gara-gara dirinya Ariska menangis seperti ini. Prilly berinisiatif untuk mengajak Ariska turun melihat-lihat pemandangan di sekitar parkiran.

"Cha ini udah ditempat Juna loh." Prilly berkata membuat tangis Ariska sedikit mereda.

"Ju..na mana?" Tanya gadis kecil itu dengan nafas tersendat-sendat karena menangis.

"Lagi dijemput sama Abi tuh." Prilly menunjuk ke arah dimana Ali pergi tadi.

Ariska mengusap pelan matanya. Ia benar-benar kaget ketika membuka mata justru melihat dahi Prilly yang terperban.

"Ini sakit?" Tanyanya dengan bibir mulai melengkung ke bawah. Sebentar lagi tangisan Ariska pasti kembali terdengar.

Benar saja, gadis itu kembali menangis sambil memeluk leher Prilly. Hingga membuat Prilly harus menggendong tubuh mungil itu. Ariska memang cukup mungil tapi bagi Prilly bobot tubuh Ariska cukup membuatnya kewalahan.

Prilly terus menenangkan Ariska sampai tidak sadar jika gerak-gerik dirinya sejak tadi tak lepas dari pandangan Ali dan Arjuna.

Kembali pada Ali yang masih terpaku menatap Arjuna yang juga belum melepaskan tatapannya dari Ali.

"Abang benar-benar ingin punya Bunda?"

Dengan sepenuh hati Arjuna menganggukkan kepalanya. "Apa boleh Abang berharap untuk bisa punya Bunda seperti teman-teman yang lain?"

Jantung Ali seperti diremas-remas oleh tangan tak kasat mata saat mendengar pertanyaan seperti itu dari anaknya.

Ali menekuk lututnya menatap Arjuna lamat-lamat. "Abi nggak tau bisa mengabulkan permintaan Abang dan Adek Chacha atau enggak." Ali mengusap lembut kepala Arjuna. "Tapi demi kalian Abi akan mengusahakan semuanya karena bagi Abi kebahagiaan anak-anak Abi jauh lebih penting dari segalanya." Ali memberikan senyuman teduhnya pada Arjuna.

Anak laki-laki itu langsung melemparkan dirinya ke dalam dekapan sang paman yang sekaligus berperan sebagai Ayah untuknya.

"Abang akan cepat besar untuk membahagiakan Abi juga." Bisik Arjuna layaknya orang dewasa hingga membuat Ali terkekeh kecil.

"Abii..."

"Junaaaa!!!"

Teriakan Chacha membuat pelukan Ali dan Arjuna terurai. Chacha sudah tidak menangis meski wajahnya masih sembab.

"Adek!!"

Kedua anak kembar itu sontak berlari saling berpelukan melepas rindu. Arjuna memeluk erat Adiknya begitupula dengan Ariska yang terlihat kembali ceria setelah melihat Arjuna.

Ali dan Prilly sama-sama mengukir senyuman melihat kedekatan anak kembar itu. Prilly yang baru pertama kali melihat Arjuna sudah yakin jika sosok Arjuna ini adalah sosok penyayang keluarga sama seperti Abi-nya.

Pandangan mata Prilly kini tertuju pada sosok tegap yang sedang menatap si kembar dengan penuh cinta. Prilly tidak berbohong ketika mengatakan cinta karena itulah yang terpancar dari mata Ali.

Mata tajam yang biasanya terlihat bengis itu kini sorotannya begitu lembut sendu. Prilly menelan ludahnya sendiri, pikirannya tentang meminta Ali untuk menikahi dirinya kembali terngiang di kepalanya.

Haruskah ia meminta pertolongan Ali untuk membawanya keluar dari rumahnya? Maukah Ali menolongnya?

***

Bak keluarga bahagia, Ali dan Prilly duduk berdampingan di kursi taman sambil memperhatikan Arjuna dan Ariska sedang bermain ayunan.

Sejak menempati kursi taman keduanya seperti sepakat untuk diam. Tidak ada yang membuka suara hanya sesekali mereka terlihat tersenyum atau tertawa saat melihat kelucuan si kembar.

"Cha jangan terlalu tinggi nanti jatuh!" Prilly refleks berteriak mengingatkan Ariska yang sedang menaiki tangga mainan yang ada di taman.

"Siap Bunda!"

Deg!

Jantung Prilly terasa terhenti berdetak saat Ariska dan Arjuna sama-sama berteriak memanggilnya Bunda. Prilly bukan tidak bahagia hanya saja ia merasa tidak enak pada Ali yang tidak memberikan respon berarti pria itu masih diam dengan wajah kaku seperti biasanya membuat Prilly semakin canggung saja.

Berdehem pelan Prilly kembali berusaha santai bersikap cuek sama seperti Ali. Wanita itu kembali memfokuskan matanya pada Arjuna dan Ariska yang kini sedang bermain kejar-kejaran.

"Hati-hati Nak." Prilly kembali berseru saat melihat Arjuna nyaris terjatuh.

Arjuna tersenyum lebar menatap kearah Prilly sambil mengacungkan jempolnya. Anak itu rupanya memiliki sifat humoris yang membuat Prilly tersenyum geli.

Sejak berkenalan tadi Arjuna memang sudah terlihat menempeli dirinya. Prilly sempat berfikir jika Arjuna cenderung pendiam seperti Ali namun nyatanya anak itu sama ramahnya dengan Ariska kembarannya.

"Mereka hanya begitu dengan orang-orang yang sudah mereka terima di hidup mereka."

"Ya?"

Prilly jelas terkejut ketika tiba-tiba Ali bersuara meskipun tanpa menatap kearah nya namun Prilly tahu jika Ali sedang berbicara dengannya.

"Ariska dan Arjuna sejak kecil sudah ditinggalkan oleh Ibu mereka." Ali tidak tahu kenapa tiba-tiba ia begitu terbuka pada sosok Prilly yang jika dilihat masih termasuk asing untuknya.

Namun hatinya menyuruh dirinya untuk bercerita pada gadis ini. "Saya adalah paman mereka."

Prilly membulatkan matanya, ia benar-benar terkejut dengan fakta yang baru saja Ali katakan. "Jadi ini dari maksud Chacha kemarin?"

"Maksud kamu?" Ali menoleh menatap Prilly dengan ekspresi bingung.

"Kemarin saat di UKS Chacha meminta saya untuk menghubungi Abi-nya jangan Papanya." Prilly menceritakan tentang perkataan Ariska kemarin.

Ali tersenyum namun bukan senyuman teduh seperti yang Prilly lihat beberapa waktu lalu. Ini adalah sebuah senyuman penuh kemirisan seolah ada beban berat yang sedang dipikul oleh pria ini.

Prilly memilih diam membiarkan Ali menenangkan hati dan pikirannya sampai akhirnya pria itu kembali membuka suara memberi tahunya satu fakta yang cukup membuat Prilly terkejut bukan main.

"Mereka adalah anak dari Kakak tertua saya dan kamu tahu siapa Ibu mereka?" Ali kembali memperlihatkan senyuman mirisnya. "Cinta pertama saya. Mereka berselingkuh di belakang saya dan akhirnya hadir si kembar di tengah kami."

Prilly tidak tahu harus memberikan respon seperti apa, ternyata kehidupan Ali dan si kembar cukup memprihatinkan tak jauh berbeda dengan hidupnya sendiri. Sama-sama memprihatinkan.

"Mereka sudah dibuang oleh Ibu mereka sejak masih bayi lalu Ayah kandung mereka juga tak begitu perduli dengan keadaan mereka. Mereka benar-benar orang tua pengecut bukan?"

Prilly tidak bisa memberikan jawaban lain selain menganggukkan kepalanya. Benar, mereka orang tua si kembar adalah orang tua paling pengecut sedunia. Mereka berani berbuat tapi tidak berani bertanggung jawab. Benar-benar pengecut.

"Dan sekarang membahagiakan si kembar adalah tugas saya. Saya akan melakukan apapun untuk membahagiakan mereka termasuk meminta kamu menjadi Bunda mereka. Apakah kamu bersedia?"

*****

Fix hari ini 4 kali Update. Senang nggak? Pasti senang dong yaa..

Nah besok aku bakalan adain Promo special rencananya sih sekalian ikutin cerita ini dalam promo, gimana setuju nggak?

Hitung-hitung lebih hemat ya kan, tapi belum tau mau buat promo yang fix-nya gmn, ada saran nggak?

Komen dong kasih sarannya tetap dalam bahasa yang baik dan benar ya mana tau bisa aku pertimbangkan ya kan?

****

Ketulusan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang