Bab 29

2.4K 371 19
                                    


Jessica akhirnya dilepaskan oleh Geo setelah seharian ia memuaskan nafsu bejat pria itu. Jessica tidak bisa berkutik ketika Geo memperlihatkan fotonya yang sedang mengangkang dalam keadaan telanjang yang pria itu dapati saat kejadian dimana ia mabuk kemarin malam.

Jessica tidak peduli pada Geo karena yang ia perdulikan saat ini adalah karirnya. Jessie terancam di depak dari perusahaan yang selama ini menaungi dirinya. Dan malam ini ia berencana untuk menemui Bosnya. Sepertinya Jessica belum tahu mengenai berita viral terkait foto Ali dan Prilly yang menyebar di media sosial.

Jessica benar-benar merasa lelah jadi ia memutuskan untuk segera pulang kerumahnya setelah satu malam ia tidak menampakkan dirinya di depan sang Mami. Jessie menghubungi manager dan asisten pribadinya untuk mengurus semua kekacauan yang terjadi namun dengan tegas Agra sang manager mengatakan jika masalah dirinya yang terlibat skandal di club itu langsung ditangani oleh Bos mereka.

Dan satu kata itu mampu membuat perasaan Jessie semakin tak karuan. Jika Bos besar mereka sudah turun tangan itu tandanya masalah dirinya kemarin bukan hal sepele. Ali jelas tidak akan mau melakukan hal-hal sepele yang biasanya diurus oleh Agra.

Selama ini jika terlibat masalah Agra lah yang mengurus dan menyelesaikan semuanya tapi kali ini kenapa Ali harus turun tangan dan harapan Jessica untuk terus berkarir di bawah naungan management Ali sepertinya sebentar lagi hanya tinggal kenangan.

Cepat atau lambat ia pasti akan didepak dari sana dan Jessica tidak mau hal itu sampai terjadi tapi saat ini ia benar-benar tidak bisa memikirkan cara untuk membuat namanya baiknya kembali. Meskipun dikenal sombong namun Jessie tidak di cap sebagai wanita murahan setidaknya sebelum skandal di club itu terjadi.

"Arghh!!"

"Kenapa Mbak?"

"Apa sih Pak? Mau tau aja urusan orang kalau nyetir ya nyetir aja nggak usah kepo!" Jessie mendamprat supir Taksi yang ia tumpangi.

"Ya biasa aja dong Mbak. Saya nanya karena Mbak tiba-tiba berteriak saya kirain Mbak gila mau saya turunin di sini aja saya ogah ngantar orang gila." Jawab Bapak itu dengan berani yang membuat wajah Jessica merah padam.

Ia benar-benar sedang emosi saat ini.

"Bapak bisa nggak diam aja? Saya lagi pusing jadi tolong jangan buat saya semakin pusing karena kekepoan Bapak! Ngerti?"

"Iya-iya Mbak. Sombong amat sih. Untung cantik." Gerutu supir taksi yang dibalas dengusan oleh Jessica.

Tak selang berapa lama akhirnya ia tiba di depan gerbang rumahnya. Setelah membayar ongkos taksi yang ia tumpangi Jessica langsung melesat memasuki pekarangan rumahnya.

Jessica benar-benar tidak sabar untuk menceritakan semuanya pada sang Mami. Sepertinya ia harus meminta bantuan dari Ibunya namun sayang ketika memasuki rumahnya keadaan rumah begitu sepi tidak ada lampu yang menyala padahal hari sudah malam.

"Mami.."

"Mi.."

"Mami.."

Jessica mengeraskan suaranya untuk memanggil sang Mami yang tak kunjung menjawab. "Kemana sih Mami?" Jessie bertanya pada dirinya sendiri.

Jessica melangkahkan kakinya memasuki ruangan keluar dan matanya seketika membulat saat melihat sang Ibu sedang menangis dengan deretan koper yang berjejer di sisinya.

"Mi.. Mami kenapa?" Jessica menghampiri Ibunya. "Ini..ini koper untuk apa Mi? Mami mau kemana?" Tak kunjung mendapat jawaban dari Ibunya yang terus saja menangis Jessica ingin beranjak ke dapur untuk mengambil air putih untuk Ibunya.

Langkahnya seketika terhenti saat melihat sosok Ayah yang ia kira masih diluar kota. "Papi sudah pulang?" Tanyanya dengan ekspresi mulai tak enak, Jessica mulai berspekulasi bahwa tangisan Ibunya pasti berkaitan dengan kepulangan sang Ayah tapi apa? Apa yang salah dengan orang tuanya.

"Mulai malam ini kamu dan Ibu kamu keluar dari rumah ini Jessi!"

"APA?!"

***

"Pi..maksud Papi apa? Papi becanda kan?" Jessica mulai ketakutan. Jika ia dan Ibunya harus keluar dari rumah ini lalu mereka akan tinggal dimana?

Apalagi saat ini kondisi keuangan dan karirnya sedang diterpa badai. Jessica tidak bisa berbuat apa-apa setelah Arga mengabari jika dirinya harus membayar ganti rugi pada perusahaan yang sudah ia tanda tangani kontrak kerja sama.

Dan sekarang ia justru di usir okeh Ayahnya lalu kemana Jessica akan pergi? Dunia sedang menghujatnya saat ini.

Jessica tidak menyangka jika hidupnya hancur hanya dalam hitungan hari. Sekarang ia benar-benar seperti sampah tak berguna.

"Tanyakan pada Ibumu jangan padaku! Atau mungkin Ibumu bisa mengajakmu menemui Ayah kandungmu!"

"MAS RAMLAN!!!"

Jessica terlonjak kaget saat Ibunya tiba-tiba berteriak pada Ayahnya. Tapi tunggu dulu, tadi Ayahnya bilang apa?

"A..yah kandungku? Bertemu dengan Ayah kandungku? Papi jangan bercanda ah, Jessie tahu Papi pasti sedang mengerjai Jessie saat ini kan? Ya kan Mi? Kalian lagi bercanda kan?" Jessica berusaha tertawa meskipun tawa yang keluar justru tawa kemirisan.

Melihat wajah Ayahnya yang kaku jelas ini bukan candaan terlebih ketika Ibunya kembali menangis dengan lebih histeris, Jessica tahu semua yang terjadi saat ini adalah kenyataan bukan sebuah lelucon.

"Mi apa maksud semua ini Mi?" Jessica memilih bertanya pada Ibunya ketimbang sang Ayah yang sepertinya sudah siap melahap mereka hidup-hidup.

Jessica belum pernah melihat Ayahnya semarah ini. Sosok Ayahnya yang selama ini ia kenal adalah pria yang baik, suami yang romantis dan Papi yang begitu mencintai anak-anaknya tapi kenapa hari ini Papinya berubah mengerikan seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi?

"Keluar dari rumah putriku!" Suara lantang Ramlan kembali membuat Jessica menoleh. "Putri Papi? Siapa? Prilly? Aku juga putri Papi bukan cuma wanita udik itu!"

Plak!!!

Jessica tidak menyangka jika hari ini pipinya yang ia jaga sepenuh hati harus tergores karena tamparan keras sang Ayah.

"Mas apa-apaan kamu hah?!" Jessica tidak merasakan apapun selain rasa sakit terutama pada hatinya. Dengan mata berkaca-kaca ia tolehkan wajahnya ia tatap sang Ayah yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalahnya setelah menampar dirinya.

"Jangan pernah sekalipun kau hina putriku!" Ancam Ramlan dengan jemari mengacung tegak tepat di depan wajah Jessica.

"Aku sudah cukup bodoh membiarkan putriku menderita selama ini." Sambung Ramlan, ia tatap wajah Jessica dan Ibunya yang berubah pias sebelum kalimat Ramlan selanjutnya yang membuat dunia Jessica runtuh seketika.

"Aku juga sudah membuang-buang waktu dengan membesarkan putri dari benih pria lain. Kamu bukan putriku Jessica! Kamu adalah anak haram Ibumu dengan mantan kekasihnya!"

*****

Khusus hari ini edisi Jumat barokah sekaligus hari terakhir saya menggunakan Rekening atas nama Ainun marziah karena Senin insyaallah saya udah buka rekening baru.

Maka saya adakan diskon alias promo nah untuk promo jangan dihitung satuan ya dear karena kalau satuan harganya tetap harga normal.

Nah untuk besok hanya dengan 300k kalian bisa dapat 18 pdf aku termasuk yang terbaru Ketulusan hati. 150k dpt 9 pdf termasuk ketulusan hati juga.

Nah buat yang berminat silahkan chat ke wa 081321817808

HANYA UNTUK 5 ORANG SAJA. Jangan PHP please karena kalau terus PHP terpaksa nomornya di blok.

Terima kasih dear..

Ketulusan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang