Bab 5

2.5K 352 9
                                    


"Cha ini Abi Nak bangun. Ayo kita pulang."

Ariska yang masih tertidur pulas terlihat menggeliat namun tetap memejamkan matanya. Sepertinya Ariska benar-benar ngantuk berat.

"Sepertinya Chacha ngantuk sekali Pak." Prilly membuka suara saat melihat Ayahnya Chacha masih membangunkan anaknya padahal Chacha masih terlelap.

"Tapi saya ada keperluan lain." Jawab Ali dengan wajah songongnya.

'Cih! Rugi muka tampan kalau kelakuan minus gitu.'

Prilly mulai melihat kekurangan Ayahnya Chacha, rupanya wajah tampan tak menjamin sifatnya pun sama 'tampan' seperti wajahnya.

"Begini Pak kalau memang Bapak ada keperluan lain Chacha biarkan saja di sini saya akan menjaganya."

"Memangnya Ibu tidak mengajar?"

Ya ngajarlah Prilly kan guru di sini bukan penjaga kantin.

"Ngajar tapi saya tetap tidak akan meninggalkan Chacha sendirian. Saya berjanji."

Ali terlihat menimbang sejenak usulan Gurunya Chacha. Matanya kembali melirik Chacha yang masih terlelap, jika bukan karena telfon dari orang kepercayaannya ia tidak akan mungkin membiarkan Chacha tinggal di sekolah ini.

Sekolah yang sudah menindas putrinya. Ingatkan Ali untuk membuat perhitungan dengan mereka-mereka yang sudah menindas putrinya.

"Baiklah. Saya akan secepatnya kembali untuk menjemput putri saya."

"Siap Bapak--"

"Ali. Nama saya Ali."

"Oh iya Pak Ali." Prilly mengukir sedikit senyumannya khas sopan santun kepada wali murid.

Setidaknya pria ini masih memiliki sisi baik dibalik sifat songongnya.

"Baiklah Ibu--"

"Prilly."

"Iya Ibu Prilly. Saya titip putri saya sebentar." Prilly mengangguk pelan melepaskan Ali yang langsung berbalik beranjak keluar dari UKS.

"Maaf Pak Ali."

"Ya?"

"Apa Bapak benar-benar akan memindahkan Chacha ke sekolah lain?" Tanya Prilly takut-takut. Ia takut jika Ali menilai dirinya terlalu ikut campur padahal Prilly benar-benar tulus menaruh perhatian pada Chacha.

Gadis malang yang sudah mengalami kesedihan bahkan diusianya yang masih sangat kecil itu.

Ali menatap putrinya sekilas sebelum kembali memfokuskan matanya pada sosok guru muda yang berdiri tak jauh dari ranjang Ariska.

"Saya belum tahu pasti tapi jika putri saya menginginkan pergi dari sekolah ini maka saya tidak akan berfikir dua kali untuk mengabulkannya." Sahut Ali sebelum bergerak meninggalkan UKS tanpa memberi kesempatan untuk Prilly menjawabnya.

Prilly menghela nafasnya, sepertinya Ayahnya Chacha ini benar-benar sosok keras kepala dan sulit diatur. Prilly kembali menghela nafasnya pandangannya kembali tertuju pada Ariska.

"Kasihan sekali kamu Nak. Ibu berdoa semoga setelah ini kebahagiaan datang menghampiri kamu dan Arjuna." Ujar Prilly penuh ketulusan.

Tidak ada yang tahu jika garis Takdir baru saja mengaitkan dirinya dengan sosok Abi dari Ariska. Prilly tidak tahu jika setelah ini ia akan lebih sering terlibat dengan pria keras kepala dan sulit diatur itu. Aliandra Wijaya.

***

"Bagaimana?"

"Jessie kembali berbuat ulah."

"Apalagi yang wanita itu lakukan hah?!" Ali nyaris menendang kursinya ketika Rendi kaki tangannya mulai mengurai cerita tentang Jessica model baru yang namanya mulai menanjak setelah mengikuti fashion show di London beberapa waktu lalu.

Perusahaan Ali memang tak tanggung-tanggung jika sudah menyokong artis-artisnya termasuk Jessie karena pada dasarnya gadis itu memang berbakat namun kelakuannya minus sekali.

"Jadi dimana asisten yang di pecat oleh Jessie?" Tanya Ali setelah mendengar tentang kelakuan Jessie siang tadi.

"Melly meninggal karena kecelakaan setelah Jessie mengusirnya."

"Sialan!"

Berita sialan inilah yang membuat Ali langsung bergerak ke sini meninggalkan putrinya yang masih terlelap di sekolahnya.

"Karena kabar yang beredar luas sekarang menyeret nama Jessie hingga membuat acara penggalangan dana minggu depan terancam gagal." Rendi mengurai kembali permasalahan yang timbul akibat kejadian ini.

Citra Jessica tercoreng karena sikapnya yang kasar bahkan ada video yang beredar dimana Jessica sedang memaki Melly yang menurut Rendi video itu tidak terjadi hari ini namun ia tidak bisa memastikan kapan video itu direkam.

Ali kembali memijit pelipisnya yang terasa berdenyut baru saja ia ingin menambah jumlah artis dan modelnya dengan acara penggalangan dana itu tapi kini Jessica justru mengacaukan semuanya.

"Cari cara supaya acara itu tetap berjalan! Kita sudah mengucurkan banyak dana untuk acara itu dan aku tidak mau semuanya berakhir sia-sia hanya karena satu orang itu!"

"Baik Pak."

Ali menghembuskan nafasnya berkali-kali berusaha mengurangi rasa kesal yang menumpuk di dadanya.

Ali benar-benar kesal saat ini.

Setelah menenangkan diri akhirnya Ali memilih meninggalkan kantornya dan kembali ke sekolah Ariska. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore sudah pasti anak-anak disekolah Ariska sudah bubar sejak satu jam yang lalu.

Tring!

085988758xxx
Mohon maaf Pak Ali, ini saya Prilly saya hanya mau mengabari jika Chacha sekarang ada di rumah saya. Di jalan---

Ali menghembuskan nafas leganya setidaknya bersama Prilly anaknya jauh lebih aman. Ali sudah membayangkan Ariska sendirian di sekolahnya karena ia terlambat menjemput namun setelah membaca pesan dari guru anaknya yang bernama Prilly hati Ali seketika tenang.

Rupanya disekolah itu tidak semua guru pada sok tahu dan memiliki nilai minus di mata Ali. Setidaknya masih ada Prilly salah satu guru yang bisa Ali percayai untuk menjaga putrinya.

Ali segera mengemudikan mobilnya menuju alamat yang Prilly kirimkan tadi. Ali sangat hafal di mana alamat itu karena perumahan yang Prilly tempati merupakan kawasan elit ibukota.

Di sana tempat bermukimnya para pengusaha dan orang-orang dari kalangan atas. Apa mungkin Prilly adalah salah satu putri konglomerat atau pengusaha? Tapi kenapa putri pengusaha justru memilih menjadi guru sekolah dasar dari pada profesi yang lain?

Bukannya Ali memandang rendah seorang guru hanya saja mengingat bagaimana watak beberapa perempuan yang sempat dekat dengannya yang berasal dari golongan atas rata-rata mereka memilih profesi elit seperti Dokter atau pengusaha muda melanjutkan perusahaan keluarga mereka.

Tapi Prilly?

Dan tanpa Ali sadari sepanjang perjalanan menuju kediaman Prilly isi kepalanya hanya tentang Ibu guru cantik itu hingga satu jam kemudian mobilnya terparkir di depan rumah besar yang membuat Ali mengernyit bingung.

"Bukankah ini rumahnya Jessica?" Ali bermonolog sendiri.

Kenapa alamat yang diberikan Prilly adalah rumahnya salah satu model yang bekerja di perusahaannya? Sebenarnya siapa Prilly ini?

*****

Ketulusan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang