Bab 47 : Will you marry me

77 9 2
                                    

Kalo lupa, baca bab sebelumnya ya hehe
.
.
.

Seorang wanita berbalut sweater rajut selutut berwarna hitam dengan santainya berjalan menembus keramaian kota Seoul disore hari. Sesekali langkah kakinya terhenti di depan toko accessory  atau toko pakaian yang ia lewati. Matanya berbinar dan senyumnya merekah manakala melihat barang yang dia sukai. Kemudian melanjutkan langkahnya tanpa berniat kembali dan membeli apa yang disukainya itu.

Umumnya seorang wanita sangat ingin membeli hal apapun yang dia temui dan sukai, tapi tidak dengan wanita satu ini, Wang yiren. Dia hanya gemar berjalan-jalan dan melihat-lihat. Tapi tak ada sedikitpun ia berniat untuk membelanjakan uangnya itu.
Yiren melirik sekilas jam yang melingkar di tangan kirinya. Matanya membulat dan menutup mulutnya ketika jarum jam menunjukkan pukul 15.45. Tanpa menunggu waktu, kakinya mengambil langkah seribu. Seolah dirinya takut terlambat sampai disuatu tempat.

°°°

Sebuah bangunan setinggi dua lantai berdiri kokoh ditengah keramaian kota Seoul. Wanita berpakaian sweater hitam itu berdiri menyiku bertumpu pada tangan yang ditaruhnya di atas lutut sambil mengatur deru nafasnya yang terengah-engah, memandangi bangunan yang dominan warna pastel itu dengan lekat. Merasa nafasnya sudah teratur, yiren kemudian memasuki bangunan megah itu.

Crriingg

Lonceng diatas pintu berbunyi. Lonceng itu menjadi saksi keluar-masuknya para manusia dari pintu tersebut. Seketika, aroma cokelat mendominasi ruangan. Terasa hangat meski didalam memakai pendingin ruangan. Aroma kopi pun tak mau kalah mendominasi. Alunan lagu dengan tempo lembut pun menyapu gendang telinga manusia-manusia yang ramai berbincang disini.

Satu langkah didepan pintu, yiren memejamkan matanya. Menyesapi keadaan disekitar. Mempertajam pendengarannya, penciumannya. Ya. ini adalah hal yang kini menjadi hobinya. Menyesap lembut wangi surga yang tercipta dalam pikirannya.

Fussss

Aktifitasnya terhenti ketika sebuah suara seperti pompa air yang menyemburkan isinya itu menyapu telinganya. Dia melirik mencari sumber suara.

Fusss

Lagi-lagi suara itu terdengar. Suara yang berasal dari coffee maker itu terdengar begitu indah ditelinganya. Dia tersenyum kemudian mendekati Barista yang sedang meracik kopi untuk seseorang yang sedang menunggu di meja yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Dia, yiren segera berjalan menuju arah coffee bar itu. Dia berdiri menyandar dan menopangkan dagunya pada kedua tangan yang dia taruh diatas meja pantry. Dia tersenyum kegum menyaksikan seorang Barista dengan lihai meracik minuman-minuman dan kopi pesanan pelanggan dengan segala atraksi yang menarik pengunjung, agar tidak hanya menikmati secangkir kopi, tetapi juga menonton atraksi menarik dari Barista disini.

Kimmie Coffee, adalah salah satu Coffee Shop favorit di Seoul. Berdiri sejak awal tahun 2000, hingga kini masih ramai dengan pengunjung yang bagai tak bosan-bosannya untuk sekedar minum kopi bersama kerabat, teman, bahkan keluarga. Suasana kebersamaan sangat kental terasa disetiap sudut ruangan café berlantai dua ini.

Sebuah café dengan arsitektur korea tempo dulu dengan aksen kayu yang mendominasi ruangan. Lantai dasar dibagi menjadi beberapa ruangan yang hanya dibatasi dengan buffet yang menyerupai rak buku yang dilengkapi beberapa pajangan unik khas korea.

Di sana, terdapat ruangan khusus keluarga, yang memiliki meja dengan banyak kursi, serta aksen-aksen khas ruang keluarga. Ada ruangan khusus untuk bersantai yang memiliki meja dengan sepasang sampai dua pasang kursi, biasanya digunakan untuk orang-orang yang memang sedang bersantai untuk makan siang atau sekedar berbincang-bincang hangat.

Scenery | KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang