"Oke, ini terlihat seperti bukan arah jalan pulang ke kosan saya." ujar Hanna sarkas ketika Jeff membelokkan kemudi ke arah berlainan dengan yang seharusnya. "Lo mau mulangin gue kemana?"
"Gue gak ada bilang mau mulangin lo."
"So?"
"Temenin gue ke—"
"Dari tadi minta temenin mulu. Lo gak mandiri banget, sih, jadi orang?!"
Jeff melirik ke arah Hanna yang menatapnya sebal. "Temenin gue ke kafe deket sini. Gue ada janji ketemuan sama temen bokap, ada urusan dikit."
"Lo gak bisa nemuin dia sendirian apa?"
"Kalau ada elo kenapa harus sendirian?"
Jeff menambah kecepatannya usai kendaraan di depannya berbelok ke arah lain. Hanna yang mulai mengantuk mengingat ini memang jam tidur siang berusaha mencari topik. Bukan Hanna banget, sih, nyari topik duluan sama lawan bicara. Tapi ya udah gak papa, sekali-kali.
"Kenapa temen lo manggil Jefri?"
Jeff mengedikkan bahu. "Karena nama lengkap gue emang Jefri."
"Bukannya Jeff Raksakatama?"
Jeff langsung tersenyum lebar. "Nice to know kalau elo ternyata tahu nama lengkap gue. Cari tahu soal gue sampai mana aja, Mbak Hanna?"
"Apakah muka gue terlihat seperti cewek yang mau mencari tahu soal elo?" balas Hanna.
"Enggak, sih. Muka lo lebih terlihat seperti calon bininya Jeff."
"Mau muntah." kata Hanna membalas perkataan cowok di sampingnya.
"Gue selalu pake kondom. Gak mungkin elo hamil." gurau Jeff yang tidak dihiraukan Hanna. "Soal Jefri, lo mau tahu apa bedanya sama Jeff?"
Hanna menoleh pada Jeff, mengangkat satu alisnya. Jeff balas menatap Hanna sekilas sebelum menghadap jalan raya. Cowok itu menghentikan mobilnya ketika rambu lalu lintas menunjukkan warna merah.
Hanna kira Jeff akan menyamankan posisi duduknya, tapi yang ada cowok itu malah bergerak untuk mendekat, mencondongkan tubuh ke arahnya. Mengecup bibirnya sekilas, lalu menatap Hanna tanpa menjauhkan badan. "Kalau Jefri cuman bisa gini."
"Kalau Jeff beda lagi. Dia bisa gini." jelasnya lalu bergerak melumat bibir Hanna, kali ini tak hanya sekedar kecupan seperti sebelumnya. Jeff terus menekan wajah Hanna, bibirnya bergerak lebih dalam ketika ia rasakan Hanna mau membalas ciumannya. Hanna melenguh pelan ketika bibir Jeff turun ke rahangnya, meninggalkan kecupan berkali-kali.
"Jeff, lampu ijo!"
Tin! Tin! Tin!
Jeff langsung menjauh dan melajukan mobilnya. Hanna sempat menangkap umpatan lirih cowok itu. Tahu benar bahwa Jeff sedang turn on.
"Shit, Nadinia."
Hanna tersenyum miring. "Apa? Gue bahkan gak menyentuh lo sama sekali."
"I need your hand," ujar Jeff sambil merintih kecil, sedang menahan gairahnya yang menjadi-jadi. Hasrat sialan. Jeff selalu berdiri hanya karena berciuman panas dengan Hanna.
"Yakin? Gue bisa pake mulut." Hanna memiringkan wajahnya. "Mau yang mana?"
Jeff memelankan kecepatan mobilnya ketika dirasa jalanan yang ia pilih benar-benar mendukung. Sepi.
"Jangan ngomong doang."
"Fokus nyetir, oke? Gue belom mau mati."
Tak ingin mengambil resiko, ia meminggirkan mobilnya ke tepi jalan. Kepalanya langsung menengadah, memperlihatkan urat di lehernya yang terlihat seksi saat ia mengerang.
Tangan kiri Jeff mengusap rambut halus Hanna dengan sayang seiring gerakan mulut Hanna yang maju mundur teratur. Hanna menatap Jeff dari bawah membuat Jeff langsung menyuruh Hanna kembali duduk dengan benar, tak peduli bahwa miliknya masih menegang.
"Gue gak mau keluar di mulut lo," katanya. "Mau main di mobil?"
Hanna menjauh dari Jeff dan melepaskan tangan cowok itu dari pinggangnya. Tanpa rasa bersalah, Hanna merapikan rambutnya lalu menggeleng. "Enggak. Selesaiin sendiri."
**

KAMU SEDANG MEMBACA
jeff, please.
Romance[21+] "they say all good boys go to heaven but bad boys bring heaven to you." 18/11/20 - 09/09/21