Akibat lembur menonton film semalaman membuat Keyra dan Kintan bangun kesiangan. Yang lebih dirugikan di sini adalah Keyra. Tepat pukul delapan pagi dia harus sudah di kantor. Terlihat tidak elit kalau dia yang tergolong masih pegawai baru sudah berani datang terlambat. Lucunya lagi, karena dia masih pegawai baru apakah pantas datang tepat pukul delapan yang sebenarnya sangat mepet?
Memikirkan segala kemungkinan itu membuat Keyra pusing sendiri. Bahkan, untuk mandi saja Keyra tak benar-benar mandi. Biasanya dia mandi menghabiskan banyak air. Namun, kali ini air yang digunakan hanya sedikit. Sekali bilas, gosok dengan sabun, kemudian bilas. Ya, sesingkat itulah mandi paginya kali ini.
"Lo sih enak, bisa banget ngomong tenang. Masalahnya lo nggak akan datang ke kantor, telat juga nggak akan ketauan. Lah gue?" sungut Keyra.
Meskipun terlibat adu cekcok dengan Kintan yang sedari tadi memintanya untuk tenang, nyatanya Keyra semakin was-was. Pasalnya, Kintan tak akan datang ke kantor. Dia memiliki jadwal kerja di luar kantor untuk hari ini.
"Kata siapa gue nggak keliatan kalau telat?" balas Kintan, "seharusnya jam delapan itu gue sama yang lain udah mulai survei. Nah, ini mah boro-boro."
"Tapi, kan lo nggak pake sistem absen digital, Tan."
"Ya, meskipun gitu. Gue juga nggak mau telat kali, Key."
"Lah, terus kenapa lo minta gue buat tenang? Padahal lo tau tenang disaat kayak gini nggak akan bisa."
"Ya, karena cuma itu yang bisa gue omongin sama lo."
"Gue berangkat duluan."
Keyra merampas tasnya yang digenggam Kintan. Tak ada waktu lagi sekadar untuk membenarkan tampilannya yang jauh dari kata rapi. Meskipun begitu Keyra masih bisa merapikannya di jalan nanti. Semoga saja bus yang mengantarnya bekerja bisa lebih tepat waktu.
"Lo nggak makan dulu?" teriak Kintan yang sama sekali tidak Keyra gubris.
—0—
Begitu turun dari bus, Keyra berlari sekencang-kencangnya, lari sebisanya yang mana kecepatannya dalam berlari itu bisa menyelamatkannya dari keterlambatan. Keadaan kantor sudah sepi, hanya terlihat beberapa orang.
Hanya ada dua kemungkinan untuk situasi saat ini. Kemungkinan yang pertama adalah dia datang terlalu pagi. Atau kemungkinan yang kedua dia datang terlambat. Keyra hampir menangis karena sudah bisa menduga kemungkinan yang kedualah yang terjadi saat ini. Kantor terlihat sepi karena semua orang di kantor ini sudah masuk ke dalam ruangannya masing-masing dan bahkan sudah mulai bekerja.
"Sial," umpat Keyra begitu melihat jam di pergelangan tangannya.
Sialan, pukul delapan lewat satu menit! Sudah sangat jelas kalau hari ini dia sangat tidak beruntung.
"Wow. Saya baru tau kalau pegawai baru sudah berani datang terlambat."
Sebuah suara rendah dari belakang tubuh Keyra membuatnya sontak berbalik. Mulutnya menganga begitu melihat seseorang yang dia hindari teleponnya sejak tadi.
Tentu saja! Untuk apa Keyra menjawab telepon laki-laki itu sedangkan dirinya sedang tergesa-gesa. Tidak penting sekali!
"Kamu?"
Farren mengernyit dengan sebutan Keyra untuknya. "Kamu?" ulang Farren seolah mengejek.
Seorang perempuan di belakang Farren segera mengambil alih situasi sebelum Farren mengamuk. "Maaf, sepertinya kamu agak kurang sopan terhadap Pak Farren," ucap perempuan itu.
"Kenapa?" tanya Keyra spontan.
Buru-buru dia menutup mulutnya. Keyra baru teringat dengan fakta jejeran petinggi kantor yang salah satunya adalah laki-laki itu. Keyra mulai menebak-nebak, apakah laki-laki itu salah satu direktur? Misalnya direktur pemasaran? Direktur personalia? Atau direktur-direktur lainnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My, Oh My! [END]
Romance👇 Silakan dibaca setelah memastikan kalau Anda sudah cukup umur. Tks 👉Series pertama Argadinata . . . Terkejut! Keyra tidak sengaja melakukan one night stand dengan bosnya sendiri! Kejutan lainnya datang berurutan sampai-sampai dia mendengar peng...