Bab 21

60.4K 2.7K 5
                                    

Halo everybody...
Sorry typo
Don't forget, vote.
Happy reading.
-----------------
.
.
.

Entah sudah suapan yang keberapa nasi goreng itu masuk ke dalam mulutnya, yang Keyra rasakan hanyalah perasaan gugup mendominasi. Dirinya tak habis pikir sampai bisa meminta izin untuk menginap di apartemen Farren. Mengingat betapa ganasnya lelaki itu bila berdekatan dengannya.

Merasa penasaran, Keyra melirik singkat lelaki yang saat ini sedang memainkan ponselnya, sesekali lelaki itu menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya. Dalam situasi seperti ini, Keyra justru merasa tak nyaman. Dari apa yang Keyra lihat lelaki itu tampak tenang, sangat berkebalikan dengannya.

Seharusnya Keyra merasa senang karena hanya dirinya yang tidak nyaman, setidaknya lelaki itu tidak memperparah ketidaknyamanannya saat ini. Mungkin memang sebaiknya lelaki itu tetap tenang sampai Keyra bisa keluar dari apartemennya.

"Hmm," gumam Keyra pelan.

Masalahnya, lama-kelamaan Keyra merasa mati kebosanan bila berdiam diri dalam situasi hening. Namun, bukan berarti Keyra ingin diajak mengobrol juga. Bahkan, suara helaan napasnya lebih kerasal ketimbang suara yang lain.

"Ada apa? Nasi gorengnya nggak enak?"

Mata Keyra mengerjap. Alangkah senangnya hati Keyra ketika laki-laki sudi mengeluarkan suaranya. Detik itu juga, Keyra mati-matian menahan diri agar tidak tersenyum kesenangan. Selama ini kan, Keyra selalu bisa mengontrol ekspresi wajahnya.

Perempuan itu segera menjawab, "Eh, bukan kok."

"Terus kenapa kamu melamun?"

"Bukan melamun. Cuma nggak enak aja diam-diaman kayak gini. Aku lagi mikir apa seb—" Keyra menggigit bibirnya untuk menghentikan ucapannya yang terdengar sembrono itu.

Sementara itu sudut bibir Farren langsung berkedut, meskipun tampak kurang jelas terlihat oleh mata telanjang, Keyra tetap bisa melihat kilatan geli di mata lelaki itu. Pasti saat ini Farren sedang merasa kesenangan.

"Jadi, kamu nggak suka kalau kita diam-diaman kayak gini? Hm, menurut kamu apa sebaiknya kita ngobrol? Aku pikir ini waktunya kita untuk saling mengenal."

Mendengar itu, Keyra langsung mempertimbangkan saran Farren yang rasa-rasanya tidak salah. Apa sebaiknya dia ikuti saran lelaki itu? Toh, dia tidak merasa rugi sama sekali.

"Boleh juga. Mau kenalan lagi?"

Farren tertawa kecil. "Nggak perlu sebut nama atau tempat tinggal, aku pikir kita udah melewati perkenalan bagian itu."

"Oke, jadi mau kenalan bagian yang mana?"

"Keluarga kamu."

"Apa?"

"Boleh kan kita ceritakan keluarga masing-masing? Maksudnya supaya kita bisa lebih akrab lagi." Dan aku bisa menyusun strategi untuk menikahi kamu.

"Rasanya nggak ada yang menarik dari cerita keluargaku."

"Satu pun?"

"Mungkin."

"Gimana kalau kamu ceritakan reaksi keluarga kamu saat tau kamu kerja di kantor aku."

"Hm ... sebenarnya sebelum aku diterima kerja aku udah berulang kali jelaskan sama keluarga aku, apa pun hasilnya nanti aku akan tetap semangat. Intinya aku nggak akan berhenti gitu aja, meskipun sejujurnya perusahaan kamu itu salah satu tempat yang udah lama aku cita-citakan. Maksudnya, aku udah lama banget ingin kerja di sana."

"Oh, ya? Aku merasa tersanjung. Terus reaksi keluarga kamu?"

"Papa dan mama senang banget saat tau aku berhasil diterima kerja. Sebenarnya Kintan juga banyak membantu karena sebelumnya ada rasa gugup untuk kerja di sana. Yang aku dengar dari kebanyakan orang, kerja di perusahaan kamu itu sulit. Aku nggak tau sulit dalam artian apa. Yang jelas sesulit apa pun pekerjaanku nanti aku hanya berharap bisa bertahan."

My, Oh My! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang