Bab 30

51.1K 2.3K 61
                                    


Cussslah, jangan kelamaan
Don't forget vote
Comment and follow
Sorry typo
Happy reading
_______________________________
.
.
.

"Pacaran mungkin," ungkap Kintan.

"Serius? Key, lo pacaran sama Farren?" Susan membeo dengan ekspresi terkejut. "Demi apa?!"

Keyra berpura-pura fokus mengaduk adonan kue. Dan memilih tidak menjawab.

"Key, lo nggak bisu!"

Semua berawal dari Susan yang penasaran alasan Keyra pulang terlambat, ditambah lagi Keyra datang sendiri, tidak bersama dengan Kintan yang tentunya satu kantor. Maka cerita mengalir seperti air karena Kintan juga merasa puas setelah berhasil membuat Keyra bergeming.

"Astaga, Key. Kok bisa lo pacaran sama Farren?"

"Bentar deh, San. Lo tau siapa nama cowoknya?" tanya Kintan dengan ekspresi bingung. "Padahal gue belum bilang nama cowoknya lho."

Susan mendengus sinis. "Gue udah bisa nebak kali. Dari cerita lo yang nyebut kalau tiba-tiba seorang bos bisa duduk semeja sama kalian waktu makan siang. Memangnya siapa lagi bos kalian kalau bukan dia?"

"Lo kenal Pak Farren dari mana? Emang seterkenal itu, ya?"

Susan mengangguk malas. Dia melirik Keyra yang sibuk dengan adonan kue. Akhirnya dia berinisiatif membantu. "Jangan salahin gue kalau kuenya bantet."

"Aduk yang bener," jawab Keyra.

"Farren itu anaknya temen bokap gue. Untungnya hidup gue bukan kayak novel, mungkin sekarang gue udah dijodohin sama dia. Secara, bokap gue sobatan banget sama bokapnya Farren."

"Bukan karena dia temennya Rion?"

"Itu juga sih, Key. Tapi, tolong banget, jangan sebut nama Rion lagi."

"Gue bukannya nggak setuju kalau Keyra jadian sama Pak Farren." Kintan menatap Keyra. "Gue banyak denger Pak Farren itu kayak apa. Pergaulan dia itu bebas, mungkin nggak semua tau. Tapi, ada temen jauh gue liat dia di hotel sama cewek."

Gerakan tangan Keyra yang sedang menyiapkan loyang terhenti. Matanya menatap Kintan dengan ekspresi datar.

"Setiap orang punya masa lalunya, di zaman sekarang laki-laki nggak cukup sama satu cewek itu udah biasa," sahut Susan, "contohnya Si Rion kampret tuh."

"Hm, gue juga pernah ngerasain itu."

"Tapi, gue dukung Keyra sama Farren kok. Dari banyaknya temen Rion, gue paling kenal sama Farren dan satu lagi, gue males nyebut namanya. Tapi, sejauh gue kenal Farren, dia orangnya nggak banyak tingkah. Maksud gue, dia yang paling mending dibandingkan temennya yang lain."

"Nggak banyak tingkah?" Keyra terkekeh heran.

"Pak Farren kalau di kantor jadi panutan," sahut Kintan sambil menatap Keyra. "Mungkin karena gue pernah denger cerita jelek itu gue jadi mikir yang aneh-aneh. Kalaupun lo serius sama Pak Farren, gue cuma bisa berdoa semoga lo bahagia."

"Good! Memang sebagai teman kita harus saling mendoakan." Susan memeluk kedua temannya bergantian. "Omong-omong, tangan gue pegel ngaduk terus. Kenapa kita nggak pake alat aja sih?"

"Nggak boleh. Di rumah gue harus serba hemat."

Susan melirik sinis. "Napas aja lo buat hemat kan?"

"Terserah gue dong."

"Awas, lo bisa mati muda."

Kintan melotot. "Sialan lo!"

"Kalian berdua emang sialan," sahut Keyra dengan mata memicing tajam. "Kalian berdua enak ya main-main sedangkan gue sibuk kerja."

My, Oh My! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang