Bab 43

36.8K 2.2K 54
                                    

Jeng jeng jeng
Haloooo
Selamat datang
Jangan lupa vote, komen dan follow ya.
Sorry typo
Happy reading
________________________
.
.
.


"Siapa nama kamu?"

"Alika."

"Ada urusan apa datang ke sini?"

"Meminta pertanggungjawaban."

"Pertanggungjawaban kepada siapa?"

"Kepada Mas Farren."

Farren memijat pelipisnya dengan hati-hati. Matanya sesekali melirik Keyra yang duduk tak jauh darinya. Dibandingkan dengannya, Keyra justru tampak tenang. Tak terpengaruh sama sekali dengan kehadiran perempuan asing yang bernama Alika.

"Pertanggungjawaban dari segi apa?" Farren menatap lekat lawan bicaranya.

Untuk beberapa saat Farren tetap diam sambil menunggu jawaban dari Alika. Namun, sudah terhitung satu menit Alika tak kunjung buka mulut. Hal itu semakin membuat Farren cenat-cenut.

"Kamu bisa bicara kan? Silakan bicara. Kalau ada yang ingin kamu sampaikan maka katakan. Jangan hanya diam begitu karena saya nggak akan mengerti meskipun saya menunggu sampai tahun depan."

Perempuan itu menatap Farren sejenak, kemudian menatap Keyra ragu. "Boleh saya bicara sama Mbak?"

"Eh, apa-apaan itu?" Farren menggeleng tak terima. "Urusan kamu hanya dengan saya. Kamu datang ke sini untuk bertemu saya kan?"

Alika menggeleng. "Tadinya memang begitu. Tapi, saya berubah pikiran. Saya merasa lebih tenang kalau bicara dengan sesama perempuan."

"Kamu bercanda?" Farren terkekeh. "Apakah saya sedang dipermainkan?"

"Maaf."

"Hei, ini sama sekali nggak lucu!"

Keyra bergerak untuk menenangkan Farren. "Kamu tenang, ya? Biar aku yang bicara sama dia."

Farren menggeleng. "Nggak bisa begitu, Key. Nggak ada jaminan kalau dia nggak akan macam-macam sama kamu."

"Aku yakin bisa selesaikan masalah ini saat ini juga. Kamu percaya kan?"

"Key!"

"Dia kelihatan perempuan baik-baik."

"Jangan tertipu, bisa jadi dia cuma pura-pura."

"Makanya biarin aku bicara sama dia. Aku janji nggak akan lama."

Farren menatap Keyra dengan lekat. Hingga senyuman Keyra mampu membuatnya merasa lebih baik.

"Oke, aku beri dia kesempatan untuk bicara sama kamu. Tapi, nggak lebih dari sepuluh menit."

"Lima belas menit," tawar Keyra.

"Oke, lima belas menit dan nggak ada tambahan waktu. Kamu harus selesaikan pembicaraan kalian tepat waktu."

"Iya, aku tau."

Akhirnya Farren meninggalkan ruangannya meskipun dengan berat hati. Sebagian hatinya tak terima kalau harus meninggalkan Keyra dengan perempuan bernama Alika itu. Farren hanya tidak ingin mengalami suatu hal yang tidak baik.

"Pak, kenapa keluar?" tanya Kanya.

"Cari angin," balas Farren.

"Perempuan tadi mau apa, Pak?"

"Mana saya tau, Kanya! Kamu liat sendiri kalau saya ada di sini."

Kanya cemberut. Meskipun begitu dia mencoba untuk mengerti. Bahkan, dengan baik hatinya dia mempersilakan bosnya untuk duduk daripada terus berdiri.

My, Oh My! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang