Bab 40

44.4K 2.7K 170
                                    

Halooooooooo
Kangen gak nih?
Yuks lah, jangan lama-lama.
Silakan vote, komen dan follow.
Sorry for typo.
Happy reading
__________________________________

.
.
.

"Kerjaan kamu apa?" Farren melirik Rama.

Gantian Keyra yang melirik Farren sekilas saat lelaki itu melayangkan sebuah pertanyaan yang lebih cocok dilayangkan Adi, selaku papanya Keyra. Karena ketidaksopanan Farren, ia menjadi ketar-ketir sendiri. Bagaimana kalau Adi marah dan merasa tersinggung? Bagaimana kalau Adi menolak Farren tanpa pikir panjang?

"Maaf, bukannya kamu tidak ada hak untuk bertanya?" Adi memandang lelaki di samping putrinya. "Seharusnya saya yang bertanya. Memangnya kamu ini ayahnya anak saya?"

"Oh, bukan, Pa. Saya kan calon menantu Papa sekaligus calon suami Keyra."

Papa? Panggilan Farren untuk Adi sedikit membuat Keyra tak keruan. Bukannya apa-apa ya, itu kenapa Farren terlihat percaya diri sekali?

Adi mengernyit. "Kamu sebut saya apa?"

Nah, kan! Adi sudah menunjukan tanda-tanda tidak senang.

"Papa," ulang Farren kalem. Tanpa beban sama sekali.

"Saya nggak merasa memproduksi kamu. Istri saya juga tidak melahirkan kamu."

"Memang, Pa. Saya diciptakan untuk menjadi menantu kalian. Bukan menjadi anak kalian."

"Itu, kenapa kamu percaya diri sekali?" Adi memandang heran Farren. Ada ya laki-laki seperti dia? Kemudian Adi melirik putrinya sambil menggelengkan kepala. Masa iya Keyra bernasib sial karena mengenal laki-laki itu?

"Bukannya sebagai laki-laki kita harus percaya diri?"

"Tolong bedakan antara percaya diri dengan tak tahu malu," sarkas Adi.

Farren mengernyit. Ucapan Adi sama ketusnya dengan Keyra beberapa waktu yang lalu. Sepertinya Farren tahu siapa orang yang menurunkan gen jelek seperti itu kepada Keyra. Hm, bukan gen jelek, bagaimana ya menjelaskannya? Intinya sifat ketus Keyra itu menurun dari papanya.

"Kamu siapa sih?" tanya Winda kepada lelaki yang berada di samping Keyra. Perempuan yang berstatus sebagai ibunda Keyra itu merasa sangat penasaran dengan laki-laki itu.

Farren duduk dengan tegap. Kemudian dia meletakkan tangan di dada seraya menjawab, "Perkenalkan, nama saya Farren. Saya adalah kekasih Keyra, putri Papa dan Mama."

Winda melotot kaget. "Kekasih?!" Buru-buru dia menghadap anaknya. "Oh, jadi dia laki-laki yang kamu bilang ngajak nikah tapi tahun depan?"

Farren kedip-kedip mata. Ngajak nikah tapi tahun depan? Maksudnya apa? Farren tidak paham. Bukan apa-apa nih, ya. Sebenarnya Farren sudah ngajak nikah lho, malah kalau bisa secepatnya. Bukan tahun depan! Yaelah! Sekarang saja masih bulan Februari. Farren tidak mau karatan menunggu selama satu tahun!

Berbeda dengan Farren yang sedang berpikir keras, Keyra justru tersenyum canggung. Dia ini tipe anak yang suka banyak omong dengan orang tuanya. Ada peristiwa tidak penting saja dia cerita, apalagi peristiwa bersejarah di mana dia diputuskan oleh seorang laki-laki.

"Kamu mau apa datang ke sini?!" sentak Winda tiba-tiba. Mungkin dia kesal karena tidak ada satu pun orang yang menjawab rasa penasarannya.

Sedangkan Farren yang masih anteng dengan sekelibat pikiran di kepalanya sontak saja tersentak. Dia bahkan sampai mengelus-elus dadanya lantaran jantungnya berdetak kencang. Apalagi melihat Winda yang melotot sambil menunjuknya.

My, Oh My! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang