Bab 13

79.3K 2.8K 13
                                    

Happy reading, maaf kalau typo.

.

.

.

Keyra sedang mengurut keningnya saat ini. Setelah menghabiskan waktu beberapa jam di ruangan Farren membuat Keyra hampir tepar. Rasa lelah lebih mendominasi saat ini. Matanya terasa berkunang-kunang hingga membuatnya tidak fokus.

Beruntungnya hari ini tak banyak pekerjaan yang harus Keyra kerjakan. Selagi dirinya masih pegawai baru Keyra masih dalam masa pengawasan dan kerjanya masih butuh bimbingan.

Permasalahannya saat ini adalah perutnya kelaparan. Dia keluar dari ruangan Farren bertepatan dengan jam makan siang. Keyra merasa malu jika harus pergi ke kantin dan makan siang sedangkan hari ini dia belum melakukan pekerjaan apa pun selain sibuk mendesah bersama atasannya.

Jadi, Keyra memutuskan untuk menuju ruangannya guna memeriksa adakah pekerjaan untuknya hari ini. Seperti dugaannya tadi, hari ini tak banyak pekerjaan yang harus Keyra selesaikan. Namun, Keyra merasa kebingungan bagaimana cara mengisi perutnya yang keroncongan.

Saat ini Keyra sedang mencoba untuk menghubungi Kintan. Mungkin saja Kintan sudah selesai dengan urusannya dan sedang menuju kantor. Namun, balasan dari Kintan membuatnya kecewa. Rupanya Kintan masih harus menyelesaikan pekerjaannya di luar kantor sampai nanti sore.

Hanya ada dua pilihan saat ini untuk Keyra. Pilihan pertama adalah membeli makanan dari luar. Dan pilihan yang kedua adalah menahan lapar sampai dia pulang ke rumah.

Untuk pilihan yang kedua akan Keyra singkirkan dulu. Dia tidak yakin bisa menahan diri untuk tidak memasukkan apa pun ke dalam perutnya, di mana saat ini perutnya sudah meronta ingin diisi. Sementara untuk pilihan yang pertama akan Keyra coba terlebih dulu.

"Mbak Diyan."

Perempuan berambut dicepol itu menoleh. "Ada apa?"

"Hm ... begini, Mbak. Kalau semisal sekarang ini saya pesan makan dari luar, boleh tidak, ya?"

"Kamu lapar? Saya ada camilan, kamu mau?"

Keyra buru-buru menggeleng. "Bukan itu, Mbak. Saya mau makan nasi."

"Kamu belum makan siang?"

"Belum, Mbak."

"Kenapa?"

"Tadi saya masih kerja, Mbak."

"Kerjaan kamu bisa ditinggal dulu kan? Harusnya kamu sempatkan untuk makan."

"Tadi kerjaannya nggak bisa ditinggal, Mbak. Jadi, saya nggak bisa pesan makan dari luar ya, Mbak?"

"Bisa kok."

"Kalo saya makan di kantin, masih bisa nggak, Mbak?"

"Hm, bisa. Tapi, pastinya semua makanan udah dibereskan. Kalau kamu mau kamu bisa langsung cari tukang masaknya, terus bilang deh kalau kamu mau makan."

"Eh, kok saya merasa kayak ngemis gitu ya, Mbak?"

"Ngemis? Ya, nggak dong."

"Saya pesen makan aja deh, Mbak."

Diyan tak menjawab, Keyra pun sudah disibukkan dengan berselancar di ponselnya untuk mencari menu makan siang apa yang akan dia beli. Siang ini Keyra merasa sangat ingin mmakan nasi goreng yang biasa nongkrong di perapatan jalan rumah Kintan. Mungkin saja si pemilik warung bersedia mengantarkan pesanannya ke sini.

"Key, Mas Joko nyari kamu tuh." Tiba-tiba suara Diyan membuat Keyra mendongak.

Keyra mengernyit bingung. "Siapa, Mbak?"

My, Oh My! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang