Bab 23

57.3K 3K 81
                                    

Halo, ada yang nunggu?
Sudah siap bertemu dengan Farren?
Atau Keyra aja?
Ya sudah, siapkan diri masing-masing
Yuks, vote dulu
Sorry typo
Happy reading
———————————————————

.
.
.

Digrebek.

Keyra memikirkan nasibnya setelah ini. Entah benar atau tidak saat ini Keyra merasa sedang disidang dan siap menunggu hukumannya lantaran digrebek oleh dua orang perempuan berbeda usia. Yang Keyra tahu salah satu di antara mereka adalah adik perempuan dari lelaki yang duduk di sampingnya saat ini. Sedangkan perempuan berumur tersebut adalah mama mereka.

"Tuh kan, aku udah bilang sama Mama. Tapi, Mama nggak percaya. Mas Farren tuh udah mencurigakan tiba-tiba pindah dari rumah," lapor Karren kepada mamanya.

Farren yang disebut tentu saja tidak tinggal diam. "Dari dulu Mas memang udah nggak tinggal di rumah."

"Tapi, seenggaknya Mas nggak pindah rumah ke apartemen. Mas punya rumah sendiri kan?"

Farren tertawa kencang, namun terdengar hambar. "Sok tau kamu. Terserah Mas dong mau tinggal di mana. Mas pake duit sendiri, nggak pernah minta sama kamu."

"Ishh, tapi tingkah Mas ini aneh. Selama ini Mas tinggal di rumah sendiri, tapi tiba-tiba pindah ke apartemen. Mas juga nggak kasih tau di mana apartemen Mas kalau aku nggak tanya sama Mas Devan, dan pasti sampe sekarang aku nggak tau."

"Kamu nggak perlu tau, nggak perlu ikut campur. Sekolah aja yang bener."

"Mas sengaja pindah tempat tinggal supaya bebas mau itu-itu sama perempuan kan? Supaya aku nggak tau terus nggak ngadu sama mama, iya kan?"

Farren melotot kaget. "Itu-itu apa maksud kamu?" tanya Farren pura-pura tersinggung, karena bagaimanapun juga adiknya benar. Farren sengaja memilih tempat tinggal lain yang tidak diketahui keluarganya supaya dia bebas melakukan apa pun tanpa diganggu, termasuk itu-itu yang dimaksud Karren.

"Alah, Mas jangan pura-pura polos. Dari tampang aja Mas udah keliatan busuk. Pake ngeles pula."

Etdah! Adek kurang asem! Mana ada adek menghina kakaknya sendiri?

"Sembarangan kamu, ya. Mas kamu ini bukan lelaki busuk. Kamu nggak liat tampang Mas udah sep—"

"Sudah cukup!" sentak Mama Farren tiba-tiba. Perempuan berstatus Nyonya Besar itu menatap nyalang putra sulungnya.

"Ma, jangan emosi dulu." Farren tiba-tiba berlutut di depan mamanya. "Aku ngaku deh, tapi jangan emosi dulu apalagi ngamuk."

"Nah kan, Ma. Apa kataku. Mas Farren udah nggak bener nih, Ma. Langsung lapor papa sekalian nikahin aja, Ma," serobot Karren.

Mata Farren melotot tajam ke arah adik bungsunya. Bukannya keberatan dinikahkan dengan Keyra, tapi memangnya Keyra bersedia menikah dengannya? Dan juga bagaimana respon papanya saat tahu anak kesayangannya membuat ulah.

"Nikahin aja, Ma."

"Karren! Diem dulu, elah! Jadi adek nggak ada pengertiannya sama kakak sendiri!" sembur Farren penuh kekesalan.

"Lho, aku kan cuma mau membantu Mas Farren terbebas dari masalah."

"Terbebas palamu!"

"Farren!" Juwita—Mama Farren—menginterupsi sambil melototi putranya. "Sudah berapa kali kamu berbuat begini?"

Farren menggaruk kepalanya dengan ekspresi bingung. "Begini apa maksudnya, Ma? Ambigu banget, aku nggak ngerti."

Juwita langsung menjewer telinga Farren seraya berteriak, "Mau sampai kapan kamu main-main sama perempuan, Farren?!"

My, Oh My! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang