Bab 28

53.7K 2.4K 19
                                    

Ayok setor vote dan comment dulu
Awas lupa lho
Nanti Farren nangis
Sorry kalau typo ya
Jangan lupa follow akunnya
Happy reading
😘😘😘😘😘
____________________________
.
.
.

Keyra dan Kintan sama-sama memandang khawatir Susan ketika harus menyetir dalam kondisi tubuh yang baru saja pulih. Sebenarnya mereka tidak pernah meminta Susan untuk mengantar mereka ke kantor, hanya saja tiba-tiba pagi tadi Susan datang dan menawarkan tumpangan.

Keyra melongokkan kepalanya ke dalam mobil. "Lo beneran sanggup?" tanya Keyra yang merasa tidak tega. "Lo sewa supir dadakan aja deh, San. Gue khawatir tau."

"Lo bawel banget sih, Key. Gue udah sembuh kali," sahut Susan dengan tampang songongnya. "Berani taruhan? Gue bisa lompat-lompat sambil koprol, kalau kurang yakin gue bisa salto sekalian deh."

Kintan berdecak kesal. Memandang sengit Susan dari luar mobil. "Anak itu udah sembuh, Key. Liat aja tuh tampangnya udah kayak banci mau ngamen, menor banget. Mana omongannya songong begitu."

Keyra mengangguk setuju, dia yang awalnya merasa khawatir kini berubah menjadi kesal. "Kalau sifatnya dia udah nyebelin gini gue yakin kalau dia memang udah sehat."

"Makanya jangan bawel. Kan gue udah sehat," jawab Susan. Ia mengibaskan tangan kanannya. "Hush! Sana kerja, jangan males-malesan. Harus kerja yang bener supaya bisa beli skincare mahal."

"Kampret lo!" umpat Kintan. Dia menarik tangan Keyra tiba-tiba. "Ayok, Key. Males gue liat dia lama-lama. Tambah kesel gue, bisa-bisa darah gue naik."

"Jangan ngedumel diem-diem, Tan. Sini bilang di depan gue!" seru Susan dengan cekikikan menjengkelkannya.

Setibanya mereka di dalam lift, Kintan teringat sesuatu. "Key, gue mau tanya nih."

"Susah nggak pertanyaan lo? Gue belum belajar."

"Gue serius, elah!"

Keyra tertawa kecil. "Oke, maaf. Lo mau tanya apaan?"

"Lo ada hubungan apa sama Pak Farren?"

"Uhuk! Apa?"

Kintan menghela napas. "Ya elah! Baru ditanya gitu aja udah pura-pura batuk."

"Gue batuk beneran, Tan. Pe-pertanyaan lo aneh gitu sih."

"Aneh gimana sih maksudnya? Kan gue cuma tanya apa yang ada dipikiran gue. Lagian ya gue udah penasaran dari waktu itu tuh, waktu Pak Farren tiba-tiba muncul di rumah."

TING

Keyra tersenyum lebar ketika pintu lift terbuka. "Kita pisah di lantai ini lho ya." Ia mendorong Kintan untuk keluar dari dalam lift.

"Gue belum nyerah, Key. Lo nggak lupa kan apa yang gue bilang diawal lo kerja di sini? Lo jangan main-main sama atasan di kantor ini, Key." Pintu lift tertutup setelah Kintan menyelesaikan ucapannya.

Keyra termenung setelah keheningan menghampirinya. Ia ingat dengan jelas peringatan Kintan dulu yang melarangnya berurusan dengan para atasan kantor. Alasannya sangat klise, dia siapa dan mereka siapa. Keyra juga tidak pernah bermimpi akan berurusan dengan salah satu dari atasan kantor. Bahkan, sebelum dirinya resmi bekerja di kantor ini dia telah berurusan dengan orang itu.

Setibanya dia di dalam ruangannya, matanya terbelalak karena melihat sebuket bunga mawar di atas mejanya. Keyra buru-buru mengeceknya. Dan, sesuai dengan dugaannya. Bunga mawar itu berasal dari Farren.

"Astaga ... laki-laki itu," geram Keyra. "Mau publikasi atau gimana sih?"

"Lho, Keyra udah datang?" tanya seseorang dari belakang tubuh Keyra.

My, Oh My! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang