Bab 18

60.3K 2.7K 12
                                    

Halo...
Selamat membaca.
Jangan lupa votenya...
Sorry kalau typo.
Tks.
———————————————————

.
.
.

Suara orang bertengkar terdengar sampai ke telinga Keyra. Merasa hafal dengan salah seorangnya, Keyra buru-buru sampai di tujuan. Langkah kakinya sengaja dia percepat agar lekas sampai di rumah Kintan.

Keyra yang baru saja selesai membeli beberapa barang di minimarket dikejutkan dengan kehadiran Rion di rumah temannya. Keyra juga bisa menyaksikan Kintan yang tengah emosi dan hampir melakukan kekerasan kepada lelaki itu.

"Astaga, Tan!"

Keyra berteriak heboh saat Kintan mengangkat pot tanaman yang ada di depan rumah. Pot itu hampir saja melayang ke kepala Rion kalau saja Keyra terlambat menahannya.

"Laki-laki nggak tau malu kayak lo mana bisa dipercaya? Gue udah sering nemu laki-laki macam lo ini. Jadi, jangan sesekalinya lo mau nipu gue!" teriak Kintan penuh emosi.

"Sabar, Tan. Kita bicarakan baik-baik, ya. Lagian malu sama tetangga, Tan," bujuk Keyra, "ngobrol di dalam aja, ya?"

"Ngapain?!" sentak Kintan emosi sampai membuat Keyra tersentak. "Manusia kayak dia ini nggak perlu dibaikin!"

"Ya, tapi kan leb—"

"Gue nggak peduli lo mau bilang gue kayak apa. Gue terima, asal lo bilang sama gue di mana Susan sekarang!" potong Rion.

Keyra mendelik ketika ucapannya dipotong sembarangan. "Lo tau sendiri kan emosi Kintan lagi nggak baik. Percuma juga lo min—"

"Lo pikir gue mau ngasih tau?!" sentak Kintan.

Keyra mendelik lagi karena ucapannya dipotong oleh Kintan. Apa tidak bisa mereka bersabar dulu? Biarkan Keyra menyelesaikan kalimatnya dulu, baru mereka bisa mengutarakan pendapat mereka.

"Please. Gue nggak tau harus gimana lagi, cuma lo yang bisa bantu gue supaya gue bisa bertemu Susan lagi."

"Lo udah gila, ya? Kemarin itu lo yang  ninggalin dia. Sekarang? Lo mau bertemu dia lagi? Sinting!"

"Gue punya alasan, makanya sekarang gue mau jujur sama dia."

"Terlambat. Percuma lo kasih alasan. Gue nggak akan biarin orang macam lo ganggu hidup sahabat gue lagi. Lo nggak tau kan semenderita apa Susan karena lo? Dia menyedihkan, tau nggak lo?!"

"Gue minta maaf. Sumpah, gue nyesel. Gue juga tersiksa kayak gini. Jadi, tolong  izinin gue bertemu Susan."

"Nggak akan!"

Keyra memijat pelipisnya yang tiba-tiba saja terasa berdenyut. Memikirkan jalan keluar saat ini memang mampu menguras energi miliknya. Keyra harus mencari jalan keluar lainnya yang jauh lebih efektif sebelum terjadi pertumpahan darah di rumah ini.

Disaat pikirannya sedang berkecamuk tiba-tiba ponselnya berdering, dengan malas Keyra melihat siapa orang yang menghubunginya disaat genting seperti ini. Seketika saja Keyra merasa mendapatkan pencerahan untuk menyelesaikan masalah yang sedang terjadi saat ini.

"Halo?"

"Halo, Key. Ya, ampun aku seneng banget begitu teleponku kamu angkat. Kamu sedang apa, Key?"

"Bagus, kamu menelepon disaat yang tepat. Kamu bisa datang ke tempatku sekarang?"

"Tunggu, ini maksudnya kamu ngundang aku ke rumahmu? Seriusan ini, Key?"

"Ya, kamu bisa anggap begitu."

"Bisa banget, Key. Jadi, aku harus datang ke rumah kamu?"

"Bukan, kamu bisa datang ke perumahan Lintang? Lokasinya dekat dengan kantor kamu. Nomor rumahnya tiga, cat warna putih. Bisa?"

My, Oh My! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang