Kintan memerhatikan wajah Keyra yang terlihat agak pucat. Keringat kecil-kecil pun muncul di pelipis perempuan itu. Keanehan itu sudah dia lihat sejak Keyra keluar dari gedung kantornya.
Sepanjang perjalanan pulang, Kintan mencoba untuk menahan diri agar tidak bertanya meskipun dia merasa sangat penasaran. Dalam perjalanan pulang pun Keyra lebih banyak diam, dan Kintan yang mendominasi percakapan mereka. Barulah setelah mereka sampai di rumah, Kintan berani bertanya kepada Keyra.
"Lo kenapa sih, Key? Dari tadi gue liat lo agak beda gitu, lo sakit?"
Keyra tampak linglung sebentar. Dia menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan kalau Kintan mengajaknya bicara.
"Gue? Ah, gue nggak apa-apa kali. Sebenernya gue lapar."
"Lo belum makan siang?"
Keyra mengangguk pelan.
"Ya, ampun. Di kantor tadi lo nggak makan siang?"
"Hm, nggak makan."
"Kenapa? Kan gue tadi chat lo kalau gue lagi ada tugas ke luar bentar."
"Iya. Gue tau kok."
"Terus kenapa nggak makan siang? Kan, lo bisa makan sama yang lain. Ya, anggap aja lo lagi mengakrabkan diri sama yang lain."
"Nggak apa-apa. Gue masih malu-malu gitu."
"Halah. Sejak kapan lo malu-malu?"
"Sejak kerja di sana."
"Baru juga sehari," cibir Kintan.
"Ya, kan tetep aja, Tan."
"Ya, udah, sekarang lo makan dulu. Kalo lo tepar nanti gue lagi yang repot."
"Iya, tau. Gue paham kok."
"Gue ke kamar dulu. Mau mandi."
"Iya, sana."
Keyra menghela napas lega ketika Kintan beranjak menuju ke dalam kamarnya. Kebohongannya tadi yang mengatakan malu untuk makan siang bersama teman-teman kantor memiliki alasan lain, yaitu mengantisipasi frekuensi bertemunya dia dengan laki-laki itu.
Keyra rela menahan rasa lapar sampai di rumah agar dia tidak bertemu dengan laki-laki itu. Melihat laki-laki itu berkeliaran di sekitarnya saja membuat Keyra ingin sekali menjambak rambutnya. Namun, Keyra masih cukup sadar diri siapa dia dan siapa laki-laki itu. Melihat dari kumpulannya, Keyra menduga kalau laki-laki itu salah satu petinggi kantor.
Yang Keyra butuhkan saat ini adalah makan, perutnya sudah merengek minta diisi makanan. Keyra memiliki riwayat sakit maag, yang mana sudah kejadian saat dia kelas dua Sekolah Menengah Pertama. Untuk itu sampai sekarang Keyra selalu menjaga pola makan dan asupan makanannya untuk menghindari kambuhnya penyakit maag tersebut.
"Makan apa ya?"
Keyra membuka tudung nasi, rasa kecewa hinggap dihatinya ketika melihat tidak ada satu pun makanan di meja makan. Keyra sadar, dia hanya tinggal berdua dengan Kintan. Mereka sama-sama bekerja, yang itu artinya tidak ada yang sempat memasak di rumah.
Di saat seperti inilah Keyra merasa lebih baik tinggal di rumah. Ketika dirinya pulang ke rumah, dan merasa lapar, Keyra tidak perlu kebingungan lantaran tak ada makanan. Mamanya akan selalu menyiapkan makanan di rumahnya. Atau paling tidak Keyra akan memasak sendiri yang mana bahan makanan sudah tersedia di rumah.
Di sini, Keyra benar-benar harus mandiri. Melakukan semuanya sendiri, tidak bisa hanya mengandalkan orang lain. Meskipun ada Kintan yang bisa dia ajak bekerja sama namun Keyra sadar kalau dia hanya menumpang di rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My, Oh My! [END]
Romance👇 Silakan dibaca setelah memastikan kalau Anda sudah cukup umur. Tks 👉Series pertama Argadinata . . . Terkejut! Keyra tidak sengaja melakukan one night stand dengan bosnya sendiri! Kejutan lainnya datang berurutan sampai-sampai dia mendengar peng...