Bab 8

87.5K 3.2K 28
                                    

Maaf ya, baru sempat update.
Silakan dibaca, semoga suka.
Jangan lupa vote dan komennya supaya aku lebih semangat.
Terima kasih
————————————————

.
.
.

Farren memimpin rombongan sidak di setiap lantai pagi ini. Sidak ini sengaja dia lakukan untuk mencari tahu seperti apa tingkah anak buahnya setiap pagi. Ada beberapa karyawan yang membuatnya kecewa, seperti datang terlambat dan tidur di ruangan.

"Dua minggu lagi kita cek, apakah masih sama atau tidak. Ingat, untuk hari ini masih saya beri toleransi. Tapi, untuk besok, siap-siap surat pemecatan sampai di depan mereka."

Rombongan itu memutuskan untuk naik ke lantai berikutnya. Untung saja lift sudah berada di lantai lima sehingga mereka tidak perlu menunggu terlalu lama.

Masuk ke dalam lift, Farren melirik sekilas dua orang karyawan perempuan yang berada di dalam lift. Satu perempuan memutuskan untuk keluar, sedangkan yang satunya tetap di dalam lift.

Diam-diam Farren menyimak obrolan mereka, hingga satu perempuan yang tersisa itu mendapatkan pertanyaan dari salah satu anak buahnya. Meskipun tidak begitu tertarik, Farren tetap menyimak. 

Namun ternyata, Farren jauh lebih tertarik dengan parfum yang perempuan itu kenakan.  Aroma parfum yang tak asing di hidungnya.

"L-lantai enam, Pak," jawab perempuan itu yang mana lebih terdengar seperti cicitan.

Tiba-tiba saja Farren tersentak. Suara perempuan itu pun sangat tak asing di telinganya. Merasa penasaran, Farren refleks bertanya sambil memutar tubuhnya, "Lantai enam?"

Hingga akhirnya kedua mata mereka bertemu. Saat itu juga Farren merasa tebakannya tepat. Perempuan yang ada di depannya ini, adalah perempuan yang sedang Farren bayangkan.

Rupanya, bukan hanya Farren saja yang terkejut. perempuan itu bahkan sedikit tersentak kaget begitu menyadari kehadiran Farren. Wah, kebetulan macam apa ini?

Farren menyeringai. "Lantai enam, ya?"

TING

Pintu lift otomatis terbuka, membuat pertanyaan Farren tak dijawab sama sekali. Tapi, tak apa. Farren tak keberatan sama sekali. Lagi pula Farren yakin masih banyak kesempatan untuk mereka berjumpa lagi. Wah, Farren merasa sangat tidak sabar.

"Permisi, Pak."

"Tunggu, ada yang tertinggal," seru Farren sebelum lift tertutup.

Perempuan itu berhenti namun tak menjawab sama sekali, hanya sebuah tatapan bingung yang tercetak jelas di wajah Keyra. Dan Farren semakin senang melihatnya.

"Jepit rambut," ucap Farren tak jelas. Yang mana semakin membuat Keyra mengernyit bingung.

Bahkan lebih dari itu. Keyra benar-benar hampir kehilangan kontrol dirinya kalau saja pintu lift tidak langsung tertutup.

"Sidak kali ini cukup sampai di sini saja. Kita lanjutkan besok pagi," ujar Farren kepada anak buahnya.

Mengingat wajah Keyra yang berubah pucat, Farren mengulum senyum. Laki-laki itu tertawa pelan pada lift yang tertutup. Di sisi lain, sikap Farren tersebut jelas saja menimbulkan rasa penasaran anak buahnya.

"Itu ... saya kenal perempuan itu. Dan jepit rambut dia ada di kamar saya, sepertinya tertinggal atau memang sengaja ditinggal," terang Farren tanpa sadar.

Penjelasan Farren tersebut jelas membuat para anak buahnya tersentak. Terang saja mereka merasa tidak menyangka kalau Farren akan mengatakan itu. Dan juga kini timbul pertanyaan, apakah Farren mengenal perempuan itu? Mereka berdua ada urusan apa?

My, Oh My! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang