Bab 38

46.2K 2.5K 66
                                    

123.....
Yuksss dimulai lomba membacanya.
Siapa nih yang pertama kali baca?
👇Absen kuy di sini! 👇

Jangan lupa vote, komen, follow.
Sorry typo
Happy reading
_________________________________
.
.
.

"Key, lo kok mau sih sama kakak gue?"

Kulit kacang yang ringan itu dengan santainya melayang di udara hingga menabrak kening Darren. Pelototan tajam dari si pelaku pun ikut menyertai.

"Bisa diam nggak? Ini tangan udah nggak sabar mau gaplok," ancam Farren.

Darren meringis pelan. Bukan karena rasa sakit akibat lemparan kulit kacang ataupun karena ancaman Farren. Dia meringis karena takjub dengan kecemburuan dan kebucinan kakaknya itu.

Awalnya Darren tak percaya dengan cerita Karren yang mengatakan kalau kakak sulung mereka sudah memiliki kekasih. Mungkin Darren tak akan heran kalau Karren mengatakan kakak sulung mereka sudah memiliki seorang wanita, yang membuatnya heran adalah kakak sulung mereka sudah punya kekasih. Ya, memang sih Farren itu normal. Bahkan, terlampau normal. Kekasihnya sudah pasti wanita kan?

Nah, yang aneh itu adalah kakaknya punya kekasih, dalam artian bahwa dia sudah terikat dengan satu orang wanita. Bukan sekadar punya wanita yang bisa diajak senang-senang saja, tapi seorang kekasih yang Darren duga nantinya akan dibawa ke pelaminan.

"Iya juga sih. Dari sekian banyaknya laki-laki kenapa harus dia?" pikir Keyra.

"Nah, kan. Lo liat deh dia baik-baik. Otak ngeres kayak pasir putih begitu mau lo jadiin calon masa depan? Nggak ada yang lebih ngeres lagi apa?"

Keyra mengangguk setuju. "Kalau dipikir-pikir bener juga sih."

"Coba deh lo buka mata lo lebar-lebar. Jangan sembarangan ambil keputusan. Hidup cuma sekali lho, Key. Sayang banget hidup lo harus kena kutuk kayak begitu. Mending lo cari laki-laki lain deh yang leb—adaw! Setan lo, Mas!"

Darren mengelus keningnya yang saat ini terasa panas akibat jepretan karet gelang. Wah, kakaknya itu tidak main-main saat ingin menyakitinya.

Sementara Farren langsung murka, dia sudah berniat menjepret lagi. "Emang adik nggak ada akhlak!"

"Apaan sih, Mas?"

"Ngomong apa barusan? Ngatain Mas kayak setan?!"

Darren melongo, pura-pura bingung. "Lah, emangnya bukan?"

"Kamu yang setan!" murka Farren, "setan itu sukanya menghasut, dan itu kamu!"

"Maaflah, emang kenyataannya Mas begitu kok."

"Sekali lagi ngatain setan, kelar hidup kamu!"

"Lagian kenapa juga Mas jepret jidat aku kayak begitu? Dikira jidat aku landasan pesawat terbang atau apa?" sungut Darren yang masih mengelus-elus keningnya.

"Makanya kalau ngomong tuh yang sopan! Keyra sebentar lagi jadi kakak ipar kamu. Panggil dia dengan sopan."

"Panggil apa? Panggil nenek?" cibir Darren.

Farren sudah bersiap menghajar adiknya lagi, namun Keyra berhasil menahannya. "Keyra bakal nikah sama Mas! Bukan sama opa."

"Iya, tau. Kalau Keyra nikah sama opa, yang ada oma murka. Nggak ada tuh warisan buat kita."

"Makanya itu mulut disaring dulu kalau ngomong. Jangan sembarangan!"

"Lah, situ juga kalau ngomong suka sembarangan. Itu mulut kan nggak ada saringannya. Udah kayak pancuran aja nyerocos."

My, Oh My! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang