46.Kelam

165 41 102
                                    

*Last chap masa lalu Vero* xixixi.

Vero menggigit bibir bawahnya, sambil memegangi sebuah surat tulisan tangan dari Michael.

Isi surat itu ialah..

    Sore itu aku sedang bermain ditaman, saat mamaku pergi untuk membeli sesuatu aku bosan menunggu jadi aku memutuskan untuk berkeliling sebentar.

    Kudapati seorang anak kecil yang terlihat seumuran denganku, tengah menangis karena terjatuh. Aku menghampirinya dan mengejeknya cengeng, anak perempuan itu memukulku, kemudian tertawa.

   Kami sempat bermain bersama selama seminggu, setelahnya ia hilang, entah kemana.

   10 tahun kemudian, tepat diumurku yang ke-tujuh belas aku hanya meminta di pertemukan kembali dengan dia.

   Suatu sore aku kembali berjalan melewati taman yang dulunya menjadi tempat pertama kami bertemu, dan kulihat seorang gadis tengah berjongkok sambil menangis.

    Kudekati dia, ternyata benar dia orangnya. Orang yang sudah lama kunantikan. Aku sangat bahagia saat itu.

    Aku pernah bertanya kepadanya waktu kami masih berumur tujuh tahun, katanya dia tidak suka dengan laki-laki yang terlihat dingin dan kaku. Dia lebih menyukai laki-laki yang banyak bicara. Sementara aku sebenarnya sangat malas berbicara pada orang lain.

   Mungkin ini yang namanya cinta, aku rela berubah demi dia. Ya, setelah sekian lama kini aku menyadari bahwa aku mencintainya.

   Dia gadis yang galak, namun aku cinta padanya.

                                 Untuk: Vero Adelina.
                                  Dari: Michael.

"Bukan surat perpisahan, tapi kenapa setelah ngasih surat ini dia ngilang tanpa kabar sih?!" Vero membolak- balik kertas tersebut.

"Apa karena gue galak jadi dia nyerah? Haduhh"

"Non, di depan ada yang cariin" sahut bibi dari luar kamar.

Vero mengiyakan dan diam-diam berharap Michael yang datang.

Tapi begitu membuka pintu, Vero langsung menutupnya lagi dengan suara yang cukup keras.

"Vero buka, atau Michael mati di tangan gue"

Mendengar hal tidak masuk akal itu, Vero cepat-cepat membuka lagi pintunya.

Arian menariknya ke suatu tempat tanpa berkata apa-apa.

"Maksud lo apaan?" Tanya Vero malas.

"Lo harus nikah sama gue" Vero tertawa pahit.

"Nikah? Kemana selingkuhan lo itu? Hm? Dibuang sama dia? Haha sampai kapan pun gue gak bakal mau!"

Arian mengangguk.

"Baiklah, tapi jangan salahin gue kalau Michael mati."

Vero memukul kepala Arian dari samping. Membuat Arian terpaksa menghentikan langkahnya.

"Dimana dia?!"

Arian tersenyum licik.

"Sayangnya dia udah sekarat, nyawa dia ada di tangan gue Vero, kalau lo nikah sama gue, bisa di pertimbangkan."

Vero mengepalkan tangannya geram.

"Dimana dia?" Ucap Vero sekali lagi penuh penekanan.

"Minggu depan kita nikah, baru gue kasih tahu dia dimana"

Vero tak tau harus berbuat apa lagi sekarang, yang benar saja. Kenapa harus mengancamnya dengan kata 'Michael' apa Arian tahu kelemahan Vero? Vero tidak tega jika Michael sampai kenapa-napa. Apalagi setahunya Michael tidak pandai melawan.

"Semakin cepat, semakin baik bukan? Ya terserah sih kalau lo gak mau ya udah"

"Ya udah iya!" Vero menutup erat kedua matanya, tidak sanggup melihat ekspresi bahagia Arian.

Dia yakin Arian ingin menikah dengannya hanya karena harta keluarganya.

"Nih ada surat dari Michael" Vero menatap tajam Arian.

"Kenapa ada sama lo?!"

"Baca dulu"

Tanpa basa-basi lagi, Vero segera membacanya.

Isi surat itu mengatakan bahwa Michael akan pindah ke luar kota dan tak bisa bertemu dengan Vero lagi. Surat tersebut adalah surat perpisahan.

"Lo percaya sama dia? Asal lo tahu, waktu itu gue liat dia bukan ke luar kota, yang ada lagi di jalan mau pergi berobat katanya sih sakit parah, dan karena waktu dulu dia pernah mukulin gue, gue balas pukul dia" jelas Arian santai.

Vero menarik kerah baju Arian.

"Lo udah tahu dia sakit parah masih mukulin dia? Laki-laki macam apa lo?!"

Arian mendorong bahu Vero pelan.

"Oh iya gue lupa dia bukan laki-laki ya? Haha lemah" ucap Arian tertuju pada Michael.

Vero menampar pipi kiri Arian.

"Dimana dia sekarang?! Dia sakit parah!"

"Sesuai perjanjian, minggu depan baru gue kasih tahu"

Argh sialan! Arian brengsek -batin Vero.












































3 hari kemudian Vero mendapat surat dari Arian, menyuruhnya ke jembatan panjang yang di bawahnya terdapat sungai. Beruntung jembatan tersebut tak jauh dari rumahnya.

Vero sebenarnya tidak mau pergi, tapi lagi-lagi diancam dengan nama 'Michael'.

"Lo?" Vero menaikkan sebelah alisnya.

Yang datang bukanlah Arian, tapi selingkuhannya. Laura.

Laura melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan sinis.

"Lo berharap banget ya sama Michael? Sayangnya dia udah mati di tangan Arian hari itu juga, dan lo udah di bohongin sama Arian, jauhin Arian gue! Gak usah rebut dia!"

Vero mengerjap beberapa kali.

Apa dia tidak salah dengar?

Sebenarnya siapa yang bohong dan siapa yang jujur? Vero bingung harus mempercayai siapa.

"Selamat ketemu Michael di alam lain"

Byurr!

"Henti-kan.." Arian terlambat, Vero sudah terlanjur di dorong jatuh ke sungai yang arusnya deras juga dangkal.

Arian memegang kedua bahu Laura kuat "lo apa-apaan?!"

Laura menepis tangan Arian.

"Lo yang kenapa?! Katanya mau nikahin gue, kenapa jadi dia?! Jangan pikir gue gak tau apa-apa!"

Arian mengacak rambutnya kesal.

"Gue nikah sama dia biar bisa ambil harta keluarganya! Kenapa lo gak bisa mikir sedikit aja Laura? Setelah itu kan gue ninggalin dia!"

Laura gelagapan, tapi tetap merasa tidak bersalah.

Arian terlihat sangat frustasi.

Bibi yang dari jauh tanpa sengaja melihat kejadian tersebut cepat pulang ke rumah dan melapor ke orangtua Vero.









Tanpa berlama-lama, dua hari setelahnya Laura langsung di hukum mati oleh keluarga Vero.

Termasuk Arian yang ketahuan membunuh Michael, di hukum mati oleh pihak keluarganya.

How To Comeback 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang