33.Luka

188 43 24
                                    

Sudah 3 hari kaki Silsil yang terluka tak di obati, Silsil berharap semua akan membaik dengan sendirinya.

Tapi yang ada lukanya makin parah dan bahkan mengeluarkan cairan bening berbau busuk seperti lendir.

"Argh! Repotin banget sih jadi anak!" Teriak mama Silsil tepat di depannya.

Silsil menangis "mama pikir aku suka kayak gini? Mama pikir aku suka repotin mama? Enggak ma! Silsil juga gak minta buat di lahirin!"

Plakk!

"Jadi kamu salahin mama udah lahirin kamu?! Oke!" Mamanya terlihat sedang mencari sesuatu di laci.

"Ini! Minum!" Silsil menggeleng kuat.

"Ma...Silsil mohon.."

"Apa?! Bukannya kamu nyesal huh? Mama juga nyesal punya anak kayak kamu! Papa kamu miskin! udah mati, eh gantian kamu repotin mama! Dan gara-gara kamu! Pacar baru mama pergi!"

"Ma! Dia jahat ma! Dia cuma mau harta mama! Silsil pernah denger sendiri dia ngomong gitu ma!" Tangisan Silsil semakin menjadi.

Kelihatannya, mama Silsil tak akan pernah mempercayainya.

"Terserah! Sekarang kamu minum ini! Minum!" Silsil menggeleng.

"Nggak ma"

"Maaf ma, maaf"

"Maaf ma, ampun..jangan.."

"Ma! Ma jang-mmpph uhuk uhukk"

"Kamu baik-baik di sini, tunggu mati." mamanya tersenyum miring kemudian pergi meninggalkan Silsil seorang diri di kamar.

"Ma...Silsil salah apa ma? Silsil...sayang...mama"

Tak lama Silsil meninggal karena dipaksa minum racun oleh mamanya sendiri.

Bahkan kakinya belum pernah diobati sama sekali sampai ia meninggal saat ini.































***









"Sil..lo beneran gak papa? Udah tiga hari gue liat lo nangis diam-diam" sahut Cindy menepuk pundak Silsil.

"Gak papa" Silsil segera menghapus air matanya.

"Sil, kalo emang lo anggap gue sahabat, harusnya lo gak nyembunyiin apa-apa ke gue"

Sekali lagi Silsil menatap Cindy, tersenyum lembut.

"Gak papa Cin, gue ngantuk..tidur dulu ya, bye"

Cindy bingung harus bagaimana lagi.

Silsil menarik selimutnya dan tidur menghadap dinding kamar.

Maaf Cin, ini terlalu menyakitkan buat gue cerita semuanya ke lo -batin Silsil.




***





"Alan please! Beliin ya ya ya?" Alan memutar bola matanya malas.

"Gak"

"Aaaaa, gue muji lo aja gimana? Habis itu lo beliin gue eskrim ya? Okay deal!"

Alan menatap Yonna tak terima.

"Gue aja belum jawab apa-apa"

"Gapapa Lan, asal lo tahu aja gue baru pertama kali muji cowok terang-terangan"

"Ya terus?"

"Alan ganteng deh"

"Udah basi"

"Aish, kalau gitu hmm Alan baikk lebih baik daripada Reinaldo-"

"Apaan?"

Yonna kaget mendengar suara itu, refleks tangannya memegang lengan Alan di sampingnya.

"Eeh...Reinaldo.."

Mati gue mati -batin Yonna panik.

"Lo hobi banget ya ngomongin gue di belakang?"

Yonna melotot "Ah? Eng..enggak ih..orang tadi Alan yang maksa gue"

Alan melepaskan genggaman Yonna.

"Eskrimnya gak jadi"

"HAH?!"

"Eh, udah dulu ya gue..nyusul Alan dulu, hehe..bye" pamit Yonna hendak berlari mengejar Alan.

"Tunggu" Yonna termundur ketika Reinaldo menarik tangan kanannya.

"A..apa?"

Jangan-jangan dia mau hukum gue lagi aduhh eskrim gak dapet, malah dapet hukuman aish! -pikir Yonna.

"Lo? Mau eskrim?" Yonna langsung antusias mendengarnya.

Ooh! Dia mau beliin gue eskrim ahay! Baik juga ternyata xixixi -lanjut Yonna dalam hati.

"Reinaldo baik deh!"

Reinaldo menaikkan sebelah alisnya.

"Ya udah sana beli" setelah mengucapkan itu Reinaldo pergi dengan motornya.

Yonna mengerjap beberapa kali.

"HUAAAAAAAAAA!!!!!"

How To Comeback 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang