31.Jin

204 45 25
                                    

Slurrpp

Jin yang memasuki tubuh Owen terus mencari mangsa dan memakannya dengan lahap.

Tanpa ia ketahui, para polisi sudah mengincarnya.

"Berhenti di sana!" Jin tersebut menoleh.

Dengan santai ia berdiri dan berjalan mendekat.

Polisi itu siap menembaknya jika ia kabur.

"Naif, lo semua pikir bisa musnahin gue? Cih jangan salahin gue, kalian sendiri yang cari mati!" Jin itu kemudian merangkak siap memangsa satu persatu polisi di depannya.

Semuanya gelagapan melihat dia tidak berjalan seperti manusia normal.

"Tem..tembak dia!" Suruh seorang polisi.

Kedua temannya pun menembak jin tersebut tapi sayangnya selalu melesat.

"Arrghhhhh!!" polisi yang di tengah kini berhasil dimakan oleh jin tersebut.

Kedua temannya terus menembaki badannya hingga tak bergerak lagi.

Dari kejauhan nenek Alan tengah membaca sesuatu dengan jimat di tangannya.

"Pergilah kau!" nenek Alan kemudian melemparkan jimat itu tepat di punggung Owen.

"Arghhhh tidak! Grrrghhh!" teriakannya berhasil memekikkan telinga orang-orang di sana.

Dalam sekejap semua senyap, tidak ada lagi keributan.

"Dia sudah mati" ucap seorang polisi.

Polisi satunya lagi menelpon ambulance untuk membereskan semua ini, tanpa tahu bahwa manusia bernama Owen telah dirasuki jin.



***




"Nenek! Nenek tidak apa-apa?" Tanya Alan.

Nenek tersenyum "Tidak apa, Alan nenek ingatkan sekali lagi kau harus berhati-hati dengan Yonna, selain kita tidak mengetahui asal usulnya, dia juga kemungkinan akan terkena efek dari obat yang dia makan waktu itu"

Alan diam tak berniat menjawab.

Nenek menghela napasnya dan pergi dari sana.

"Alan, maksud nenek apa? Gue baru dateng gak sengaja denger ada yang makan obat gitu terus efek apaan sih?"

"Gapapa semuanya udah beres, ayo pulang" Yonna terlihat cemberut.

"Aneh..ngomong-ngomong gimana dengan abang lo?" Tanya Yonna hati-hati karena takut salah ngomong.

Alan menoleh ke jasad abangnya yang sedang diangkut ke mobil ambulance.

"Harusnya sudah lama dia dikubur."

Yonna menatapnya iba.





































"Ma.."

"Silsil kangen, tapi-"

Silsil mengepalkan kedua tangannya.

Berusaha tidak mengingat kejadian yang sangat amat menyakitkan baginya.

"Harusnya Silsil gak ke sini, Silsil pulang dulu ma.."

Sementara di sebuah rumah yang terlihat sederhana itu terdapat seorang wanita tua yang duduk di teras rumahnya.

Sambil mengharapkan kehadiran seseorang.

Seseorang yang amat ia sayangi setelah kepergiannya.

How To Comeback 1 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang