28-no, please

1.9K 246 72
                                    

"it shouldn't be a nightmare"
-----------------------------------------

bab ini terlalu panjang, darr mohon maaf sebelumnya rampungnya lama huhu

•••

Botol wine kosong itu Haera genggam erat ditangannya.

Sudah beberapa detik Haera berdiri di depan ranjang, menatap nyalang ke arah Taeyong yang tertidur di hadapannya. Sorot kebencian itu terlihat jelas dari kedua netra Haera. Menyedihkan sekali rasanya setelah seharian menangisi Yuta ia harus kembali melihat Taeyong yang setengah mabuk pulang ke kamar hotel itu. Haera benci, ia benar-benar membenci Lee Taeyong.

Perempuan itu hingga detik ini masih belum bisa menerima kenyataan bahwa ia mungkin telah kehilangan Yuta dan rasa sakit itu semakin bertambah dari satu penyesalan karena Haera tidak bisa berada di samping pria itu diwaktu dimana Yuta paling membutuhkan dirinya.

Semua karena Lee Taeyong. Bahkan hingga masalah-masalah terkecil yang terjadi saat ini semuanya karena ulah pria bermarga Lee itu.

Haera sudah kehilangan Yuta, itu artinya ia benar-benar sudah tak memiliki alasan apapun untuk bertahan hidup. Sejak sang ayah pergi meninggalkannya pun rasanya Haera sudah putus harapan, apalagi saat ini --saat ia tau Yuta juga melakukan hal yang sama.

Haera masih memiliki niat untuk mengakhiri hidupnya. Hanya saja ia merasa dirinya tidak akan mati dengan tenang kalau Taeyong masih bisa bebas melakukan apapun setelah ini.

Ya, Haera ingin Taeyong pergi lebih dulu.

Pun Haera berjalan ke sisi ranjang seraya mengeratkan genggamannya pada mulut botol wine ditangannya. Botol yang di bawa Taeyong saat pria itu pulang tadi sudah terasa berat bahkan saat tidak ada isinya, setidaknya masih ada harapan bahwa benda itu akan memberikan efek ketika Haera memecahkannya di kepala pria itu.

Beberapa detik berlalu. Setelah dirasa yakin dengan keputusannya, Haera kemudian memilih memejamkan mata seraya mengayunkan botol berat itu dengan tangan gemetarnya.

Deg. Sial.

Baru satu detik, jantungnya tiba-tiba berdegup kencang ketika ia merasa ada yang menahan pergelangan tangannya tepat saat botol itu bergerak turun kearah kepala.

Taeyong belum tidur.

"Sulit dipercaya. Jadi sekarang kau berniat membunuhku sebelum mengakhiri hidupmu sendiri? Pemberani sekali kau Lee Haera." suara serak itu mengudara sembari Taeyong beranjak bangun, membuat Haera sontak mundur beberapa langkah sembari berusaha melepaskan genggaman Taeyong di tangannya.

Tangan kiri Taeyong mencengkram erat pergelangan tangan Haera dengan tangan satunya yang ia gunakan untuk mengambil alih botol wine dari perempuan itu.

"Bagaimana mungkin kau berniat memecahkan botol ini dikepalaku saat kau sendiri takut dengan suara pecahan kaca." gumamnya. Bau alkohol menguar disekitar ketika Taeyong berdiri dihadapan Haera, aromanya terlalu pekat di dalam indera penciumannya, bisa-bisanya Taeyong masih bisa mengendalikan diri dalam kondisi mabuk seperti ini.

"Akhh--"

Haera merintih saat Taeyong tiba-tiba mendorong tubuhnya hingga tersungkur dilantai. Dengan panik Haera menyeret mundur tubuhnya hingga ia menabrak dinding dibelakang. Haera merutuk dalam hati. Sungguh, sudah tidak ada celah kemanapun untuk menghindar sedangkan Taeyong terus berjalan mendekat padanya.

ILLEGAL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang