"if you promise to stay, i promise to never leave"
---------------------------------------------------------------------Johnny membatu. Sementara Yuta telah berada di dalam ruang itu dan berdiri beberapa langkah di depannya, Johnny di ambang pintu masih berpikir keras harus melakukan apa.
Upaya yang Yuta lakukan sejak tadi untuk meminta Haera berhenti saja tidak bekerja sama sekali, apalagi kalau Johnny yang melakukannya. Disaat Yuta bahkan sudah terlihat selemah itu, Haera disana justru masih setia menggenggam erat revolver ditangannya, seakan tak terbesit sama sekali bagaimana Yuta akan berakhir jika ia tetap melakukan niat buruk itu.
Pun Johnny melihat Yuta kembali melangkahkan kakinya setelah sebelumnya Haera sempat memberi penekanan untuk berhenti.
"Kubilang berhenti disitu!" Haera kembali berteriak jengah pada Yuta.
Johnny yang belum bertindak apa-apa hanya semakin kehilangan akal disana, sama dengan Yuta yang juga langsung tak berkutik ditempatnya. Ingin sekali Johnny berlari dan langsung menarik tangan itu sebisanya, tanpa harus peduli akan kemana ujung senjata api itu mengarah asal tidak mengenai tubuh Haera. Sayangnya Johnny tau itu terlalu gegabah untuk dilakukan ditengah keadaan yang rawan seperti ini, ia jelas tidak bisa melakukan itu. Johnny terlalu takut, bahkan mungkin selama hidupnya baru kali ini Johnny merasa setakut itu.
"Baik, aku berhenti. Tapi tolong taruh benda itu." Yuta bersuara. Pria itu reflek mengangkat tangannya, menuntun Haera untuk mengikuti perintahnya tanpa harus bertindak diluar kendali.
Dibelakang, Johnny semakin kuat menggertakkan rahangnya. Ia tidak bisa diam saja diambang pintu macam orang bodoh seperti ini. Johnny harus melakukan sesuatu. Haera masih tetap diam disana, tangan perempuan itu terlalu kukuh memegang revolver disamping kepalanya. Tak terlihat goyah sama sekali bahkan disaat dirinya dan Yuta sudah kehabisan cara harus berbuat apa.
Ya Tuhan, Johnny sekacau itu sekarang. Ia tak berani bergerak sedikitpun takut-takut Haera akan bertindak nekat diluar dugaan. Posisi revolver ditangan Haera sangat mengancam mereka, tak ada celah sedikitpun antara kepala dan mulut pistol itu, keduanya salah mengambil keputusan sedikit saja, Haera benar-benar bisa mati.
"Tolong Haera, jangan seperti ini." ucap Yuta disana.
Sementara Yuta terus berusaha mempengaruhi pikiran Haera, Johnny berusaha fokus mengatur emosinya. Tangan Johnny terkepal kuat, nyaris gila hanya karena melihat Haera menangis gemetar diujung hidupnya sedangkan ia tidak bisa melakukan apa-apa.
"Turunkan Haera aku mohon. Kita bisa bicara baik-baik --jangan lakukan itu."
Haera tetap menggeleng dengan ajakan Yuta dan sialnya napas Johnny menjadi semakin memburu karena itu. Batinnya terus mendesak untuk cepat-cepat memikirkan sesuatu, apalagi ketika melihat telunjuk Haera mulai bergerak masuk ke tengah lingkaran pelatuk revolvernya.
Pun satu tarikan napas tiba-tiba terdengar dari Haera bersamaan dengan gelengan kecil yang reflek Yuta berikan disana. Sial.
"Maaf Yuta, maaf."
Johnny terbelalak.
"LEE HAERA!"
DORR!!!
Secepat kilat Johnny menembakkan pistol miliknya yang sejak tadi tersimpan rapih di balik punggung itu ke lorong kosong tepat ketika Yuta meneriakkan nama Haera disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILLEGAL✔
Fanfiction❝If karma doesn't hit you, I fuckin' will.❞ highest rank: #1 in yuta (18/2/21) #1 in nakamotoyuta (4/1/21) #1 in yutanct (9/1/21) #6 in nakamoto (23/1/21) #3 in johnnysuh (07/2/21) #8 in ten (20/1/21) #8 in crime (24/2/21) #9 in lee (24/2/21) #9 in...