11-unexpected

2.5K 429 332
                                    

"this is my hell, bastard. i make the rules."
----------------------------------------------------------

Pagi ini matahari bersinar tidak seterik biasanya, tapi entah apa yang baru saja terjadi, pria bernama Ten itu justru masuk ruangan dengan pelipis yang dibanjiri keringat. Deru napas ditambah pakaian yang terlihat basah itu membuat Taeyong yang sejak tadi duduk menunggunya terlihat keheranan, apa mungkin pria itu baru saja berangkat dari tempat tinggalnya dengan cara berlari? Bisa jadi iya, mengingat kelakuan Ten yang memang jarang masuk akal.

"Darimana?" tanya Taeyong.

"Dari luar."

Taeyong mendelik, baru juga dikatakan, Ten itu aneh. Ia juga tau kalau seperti itu jawabannya.

"Nih." Ten menyerahkan kantung obat berisi sebuah micro sd dari dalam kantung celananya. Tidak salah memang, ia yang mengambil itu dari Kun kemarin malam. "Susah sekali mendapatkannya, kau lihat semua luka-luka ini? Bilang apa?"

Seraya melirik malas, Taeyong dengan tidak ikhlas menuruti keinginan pria itu.
"Terimakasih Chittaphon-ssi."

"Ada imbalan ya, tidak hanya terimakasih." pintanya lagi. Sudah menjadi kebiasaan, setiap mendapat perintah dari Taeyong, Ten pasti akan mengeluarkan banyak syarat hanya untuk menuruti perkataannya, berbeda jika Yuta yang memintanya langsung. Karena itu terkadang Taeyong malas jika menjadi perantara antara Yuta dan Ten.

"Sudah coba kau buka?" tanya Taeyong alih-alih merespon perkataan lawan bicaranya.

Ten mengangguk.

"Sudah tadi malam, tidak bisa." ucapnya seraya berjalan kearah kursi, mengistirahatkan tubuhnya disana. "Sungguh aku tidak bohong, yang membuat berkas itu sangat pintar."

Taeyong mengernyit. "Kenapa memangnya?"

"Berkasnya pakai kata sandi."

"Kau sudah biasa meretas kata sandi kan? Kenapa –"

"Sudah kucoba berulang kali, tetap tidak bisa." potongnya.

"Coba lagi."

Ten berdecak. "Coba lagi coba lagi, kau pikir aku kalah undian disuruh coba lagi. Capek Lee Taeyong, kau kira mainan kode tidak pake otak."

Taeyong mendengus, Ia juga mengerti tentang itu, hanya saja rasanya terlalu payah kalau harus menyerah begitu saja, belum lagi kalau Yuta tau mereka tidak berhasil membongkar isi micro sd itu. Jangankan Yuta, Taeyong dan Ten pun penasaran apa isi tiga berkas dengan nama Lucas disana.

"Tapi mau bagaimana lagi, kau mau Tuan Na marah?"

Ten merotasikan kedua matanya, lagi-lagi mengingat tuannya. Ten selalu bingung harus menolak dengan cara apa kalau Yuta sudah memberi perintah. Bagaimanapun juga Ia mendapat upah besar setiap bulannya karena bekerja dengan Yuta, bisa berhenti aliran dananya kalau Yuta sampai kecewa dengan kinerjanya.

Ten mengusap kasar wajahnya. "Yaudah sini, nanti kucoba. Sampai kepalaku botak awas kau Taeyong." ancamnya.

Taeyong kembali menyerahkan benda itu pada Ten yang sibuk memasang ekspresi menghujat sejak tadi. "Kapan akan kau kasih ini ke Tuan Na?" tanya Ten.

"Secepatnya."

  
  

---

  
  

"Yak Lee Haera!"

"Haera-yaa!!" teriaknya lagi pada seorang perempuan yang berjalan beberapa langkah di depannya. Mereka sejak tadi terus menaiki tangga di sebuah gedung apartment. Entah sekarang mereka berada dilantai berapa, yang jelas Taeil sudah merasa sangat kelelahan.

ILLEGAL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang