37-terimakasih, johnny

1.2K 225 66
                                    

"she no longer needs me"
-----------------------------------

Sorot mata itu lagi-lagi terarah lurus, memandang kosong televisi yang kini menyiarkan acara hiburan di pagi hari.

Haera dengan damai duduk di sofa sampai tiba-tiba ia berhasil dibuat sedikit terperanjat ketika ada seseorang yang mengecup pipi kirinya dari belakang.

Lantas Haera tersenyum, siapa lagi kalau bukan Yuta.

"Menonton apa?"

Haera menggedikkan bahu, ia juga tidak tau apa yang bermain di layar tvnya sejak tadi. Matanya memang terarah kesana, tapi pikirannya berlarian entah kemana.

Kepala perempuan itu akhirnya tertoleh ke kanan, menatap langsung seorang Na Yuta yang hanya memakai celana pendek tanpa atasan itu terduduk di sampingnya. Dengan rambut sedikit basah persis orang baru selesai mandi, Yuta bersandar di kursi, meluruskan tangannya di belakang punggung sembari memainkan rambut si perempuan.

"Boleh aku minta tolong, Haera?" tanyanya.

Haera mengangguk. "Tentu, ada apa?"

"Aku kesulitan memakai perban." ucap Yuta seraya melirik luka di perutnya.

Ah benar, Haera baru sadar. Tubuh yang kini tak memakai atasan itu memperlihatkan jelas bagaimana luka tusuk di perut sebelah kiri milik Yuta. Luka itu masih meradang, belum sepenuhnya kering, untung saja sudah tidak separah sebelumnya. Sekarang Yuta sudah cukup bisa menyeimbangkan tubuhnya untuk berjalan.

"Kalau begitu biar kuambil kotak obat--"

bruk!

"Yuta!"

Haera protes tepat ketika Yuta justru menarik tangannya disaat ia baru saja mulai berdiri untuk mengambil apa yang memang tengah dibutuhkan. Alhasil, tubuh kurus perempuan itu kembali terduduk, bahkan terkesan ambruk tepat menimpa dada Yuta.

"Nanti saja, lukanya masih basah." alasannya seraya mulai merengkuh pundak si perempuan.

"Ishh, kalau gitu jangan dekat-dekat, aku belum mandi."

Respon cepat itu membuat Haera menarik diri dari Yuta. Ia reflek memundurkan punggungnya tepat ketika Yuta mengeratkan rengkuhannya disana.

Yuta tertawa. "Maksudmu kamu bau?"

Seraya mendelik malas, Haera mengangguki pertanyaan Yuta samar-samar. "Mungkin? Asal kamu tau, habis bangun tidur aku muntah-muntah."

Sontak saja jawaban itu membuat Yuta langsung menegakkan posisinya. Sorot matanya pun dalam sepersekian detik berubah, antara terkejut, khawatir, atau bahkan sampai panik.

"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya serius. "Perlu aku panggil dokter kalau--"

Haera terkekeh. "Tidak usah berlebihan, sejak hamil sepertinya ini menjadi rutinitasku. Aku sudah beberapa kali muntah, terlebih saat pagi hari."

"Tapi tetap saja Haera--"

"Iya, aku mengerti. Kalau memang merasa buruk aku akan bilang padamu." Haera berucap disertai senyum lebarnya, berusaha terlihat baik-baik saja demi menenangkan Yuta.

ILLEGAL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang