O2-let's make a deal

5.6K 742 440
                                    

"Good guy, bad habits."

--------------------------------------------

Cukup dengan satu kalimat yang terputus itu, tampaknya Haera langsung terpengaruh dengan ucapan Mark tentang Yuta. Raut muka yang awalnya sudah tampak tak yakin itu terlihat semakin ingin mundur.

"Hey, please.. Jangan takut seperti itu, buruknya Kak Yuta hanya sedikit, trust me." lanjut Mark.

"Belum apa-apa kamu udah menyerah seperti itu, coba ingat Moon Taeil, seram kan?"

Mana ada ceritanya seorang Moon Taeil -anak pemilik rumah sewa yang Haera huni saat ini- terlihat menyeramkan. Pria itu sama sekali tidak seram, hanya saja rusuh bukan kepalang. Si tukang tagih yang menjadi kaki tangan ketika ibunya sedang berhalangan untuk menagih uang sewa itu bahkan sangat menyebalkan. Dia, orang yang menjadi alasan mengapa Haera selalu pergi ke apartment Mark di waktu yang terlalu pagi setiap harinya; menghindar dari tagihan.

Dan detik itu pula mood Haera langsung terjun bebas ketika terbayang betapa resenya Taeil saat datang menagih tunggakan uang sewa rumah atapnya yang sudah tak terkira sebanyak apa.

Lantas Haera kembali memusatkan pandangannya pada Mark. Kalau dipikir-pikir walaupun memang terdengar tidak mungkin, kata-kata Mark ada benarnya dan tawaran itu cukup menggiurkan untuk diambil. Hitung-hitung upahnya nanti bisa menyelamatkan Haera dari Taeil. "Tapi.. Memangnya kakakmu mau? Dia kaku, aku tidak yakin. Lagipula pekerjaannya sebagai apa?"

"Jadi sekretarisnya, mungkin."

Sontak Haera terperangah, hatinya mendadak sibuk mencibir di sana. Mark bercanda? "Yang benar saja kamu Mark Lee, tubuhku pendek mana cocok jadi sekteraris. Pernah kamu lihat sekretarisnya Om Johnny?"

"Johnny? Dosenmu?" tanya Mark.

"Iya."

"Dia sudah jadi asisten dosen, masih memiliki asisten?"

"Bukan di kampus bodoh, di perusahaannya." pekiknya.

Mark mendelik tak acuh. "Oh, aku kan tidak tau profesinya apa aja."

"Profesinya banyak, tapi sayang dia pelit. Dan kamu tau, sekretarisnya Om Johnny itu cantik, tinggi, persis seperti perempuan-perempuan yang ada di drama. Yang seperti itu baru cocok jadi sekretaris." jelas Haera.

Mark hanya menghela napas mendengar alasan itu, ia bahkan tidak tau siapa yang dimaksud oleh Haera. "Coba dulu Haera, jangan mundur sebelum memulai. Kurasa dia memang butuh pembantu. Kak Yuta seorang presiden direktur, tapi kerja sendiri."

Detik berikutnya Haera sontak terbelalak. Tidak salah dengarkah telinganya? Pria yang baru saja merebut botol isotoniknya tadi memiliki jabatan setinggi itu? Rasanya sedikit meragukan bagi Haera mengingat penampilan pria itu terlihat urakan, belum lagi tindiknya yang banyak sekali menghiasi telinga. Dan kelihatannya pria bernama Yuta itu memang tidak setua itu, memangnya ia bisa memimpin perusahaan?

"Presiden direktur? Semuda itu?"

Mark terkekeh, mengangguki pertanyaan Haera. "Kenapa? Hebat?"

Haera mendadak gelagapan. Kenapa dirinya jadi disangka mengagumi pria itu. Padahal Haera justru tengah tidak yakin dengan kemampuannya. Pun akhirnya Haera menggeleng malas. "Biasa aja."

"Kerjaan Kak Yuta akhir-akhir ini kacau, dia mengurus semuanya sendiri, aku yakin sebenarnya dia butuh bantuan, tapi memang dasar orangnya..."

Enggan melanjutkan kalimatnya, Mark lebih dulu menoleh, memastikan si bahan pembicaraan tak berada di tempat yang sama.

ILLEGAL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang