"so, how do you feel? satisfied?"
----------------------------------------------"Apa yang kau lakukan sialan?!"
Sentakan keras itu terdengar bertepatan dengan ditutupnya pintu kamar. Haera yang sejak tadi tengah berdiri menatap lurus keluar pintu balkon itu sontak terperanjat ditempat. Disana, ia melihat Taeyong tengah berjalan cepat menuju titik dimana ia berdiri, membuat tangan Haera semakin gemetar memegangi ponsel yang menempel ditelinga.
Sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi, dalam satu gerakan Taeyong menarik tangan Haera. Ia belum mengambil alih ponsel itu dan malah lebih dulu melempar tubuh Haera hingga tersungkur di lantai setelah sukses menabrak nakas didekatnya --Sakit. Rasanya begitu ngilu saat tulang-tulang punggungnya menghantam kuat pintu-pintu laci yang teksturnya tidak rata disana.-- Haera dengan cepat beringsut, tubuhnya meringkuk ketika mendapati Taeyong yang terlihat semakin geram didepannya.
Lantas satu tangan Taeyong dengan kuat merebut paksa ponsel di genggaman Haera. Gerak tarikan itu sempat terhenti sesaat karena nyatanya Haera berusaha mempertahankan benda itu untuk tetap berada di tangannya. Haera tidak mau melepaskannya dan itu jelas membuat amarah Taeyong memuncak begitu saja.
Pun reflek secara kasar Taeyong menyentak tangan itu, membuat rintihan pelan keluar begitu saja dari sela bibir si perempuan. "Taeyong maaf, jangan--"
Jantung Haera semakin berdetak tak karuan ketika Taeyong berhasil melepaskan benda itu dari tangannya. Pun tanpa mengulur waktu sambungan telepon itu diputus sepihak oleh pria yang kini berdiri menjulang didepannya. Dari sorot matanya pun Haera mampu menilai bahwa Taeyong semarah itu ketika ia memperhatikan layar ponsel ditangannya lamat-lamat.
Picingan mata dengan alis menukik tajam yang sejak tadi entah kemana lama kelamaan akhirnya kembali terlihat, diiringi dengan seulas senyum yang berhasil mengintimidasi Haera dalam sekejap. Taeyong kemudian merendahkan tubuhnya, mendaratkan satu lututnya tepat di depan Haera yang masih duduk menekuk kaki disana. "Nomor darurat negara ini 911 Haera, siapa yang kau hubungi?"
Gelagapan Haera menggeleng. Telapak tangan yang awalnya bertumpu pada lantai itu perlahan menutup. Haera takut. "A-aku tidak tau."
"Bohong." pelannya dengan sedikit menekan. "Kau masih juga mencoba kabur dariku?"
Tatapan nanar itu terlihat jelas dari sorot mata Haera, melihat Taeyong menatapnya seperti itu sudah lebih dari cukup untuk membangkitkan kepanikan hebat dalam diri Haera. Pun tubuhnya tanpa sadar semakin melesak mundur pada nakas dibelakangnya. Selalu ada bagian dari dirinya yang berusaha kuat untuk melawan setiap kali ia berada di posisi seperti ini, namun sayangnya sisi lemah itu justru selalu dengan lancang mendominasi, mengambil alih kendali diri Haera sepenuhnya.
"Siapa yang memberimu ponsel ini?" tanya Taeyong dengan nada memaksa. Pun Haera lebih memilih bungkam, ia tidak mungkin kembali mempertaruhkan Doyoung semudah itu dengan memberi Taeyong jawabannya.
Lantas Taeyong mendengus, menyeringai samar. Percuma saja Haera diam disana. Berusaha merahasiakan pemberi ponsel itu tak ada gunanya karena Taeyong jelas tau kalau tidak ada yang menemui Haera selama ini selain dirinya, kecuali...
"Kim Doyoung sialan." lirihnya yang cukup berhasil mengejutkan Haera diposisinya.
Sesuai kecurigaannya, Taeyong sebelumnya memang sempat mencari Doyoung dikamar yang disewa pria itu dan anehnya Doyoung tidak ada disana. Bahkan seluruh barang bawaannya juga ikut menghilang, kamarnya tertata rapih seperti saat pertama disewakan. Pun setelah memeriksa kamera pengawas, Taeyong akhirnya menemukan bahwa pria itu memang sudah pergi sehari yang lalu tanpa bicara apapun padanya. Taeyong terlalu fokus pada Haera sampai-sampai Doyoung lepas dari pengawasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILLEGAL✔
Fanfiction❝If karma doesn't hit you, I fuckin' will.❞ highest rank: #1 in yuta (18/2/21) #1 in nakamotoyuta (4/1/21) #1 in yutanct (9/1/21) #6 in nakamoto (23/1/21) #3 in johnnysuh (07/2/21) #8 in ten (20/1/21) #8 in crime (24/2/21) #9 in lee (24/2/21) #9 in...