Pagi ini hujan turun, tidak begitu deras, tapi juga tidak bisa diterjang tanpa payung.
Rutinitas pagi keluarga kecil itu pun hari ini berjalan seperti biasa. Dengan apron yang terpasang ditubuh, Haera sibuk membuat kudapan untuk sarapan pagi suami dan anak-anaknya.
Hari ini Yuta pergi kerja, begitu pula anak-anak mereka yang akan berangkat ke sekolah. Bisa Haera tebak, di jam-jam seperti ini, para bocah itu pasti sekarang tengah sibuk di kamarnya masing-masing. Entah Yuta ada di kamar yang mana. Biasanya sih kalau tidak memberi bantuan di kamar si sulung, sudah pasti ia ada di kamar si anak tengah, tidak mungkin kalau di kamar si bungsu. Wajar saja, walau umurnya masih sama-sama 10 tahun, anak bungsu mereka sudah berlagak hidup macam bocah yang tidak butuh bantuan. Entah karena terlalu percaya diri atau justru malah angkuh, setiap kali ingin dibantu ia pasti dengan cepat akan menjawab "aku bisa sendiri, ayah."
Tidak seperti kembarannya, ia sama sekali tidak suka dimanja oleh orang tuanya. Yah walaupun tanpa sadar tetap saja dirinya selalu tiba-tiba mendekati Yuta kalau butuh sesuatu.
"Bunda, selamat pagi."
Pun Haera mendongak kala suara anak keduanya itu terdengar bersamaan dengan derap langkah kaki milik empat orang laki-laki yang ikut meramaikan suasana sekitar.
Yuta disana. Si kepala keluarga tersenyum cerah ditengah langkahnya, dengan diikuti oleh tiga bocah kecil yang melakukan hal serupa dibelakangnya. Lucu sekali mereka, persis seperti anak ayam yang membuntuti induknya.
Pun ketiga anak itu langsung menempati meja makan, tepat di depan pantry, berbeda dengan Yuta yang hanya melampirkan asal jasnya di sandaran kursi dan langsung menghampiri Haera yang ada di balik meja dapur.
Tanpa di perintah, Jeno yang baru saja duduk tak lama langsung sibuk memakan potongan buah yang sudah Haera siapkan sebelumnya, berbeda dengan bocah kembar yang sibuk adu mulut memperebutkan satu kursi di satu sisi meja yang selalu ditempati Yuta seperti biasa.
"Aku disini, Na."
"Aku."
"Kamu sudah kemarin, gantian aku sekarang."
"Tidak mau, kamu disana saja, disamping Jeno."
"Tidak sopan, dia kakakmu tau."
"Masa bodoh, sudah sana."
"Bunda--"
"Apa-apa bunda, sedikit-sedikit mengadu pada bunda."
Anak itu lantas mencebik setelah mendapat serangan seperti itu. Pun ia lalu mengalah pada si bungsu dan duduk di kursi yang ada disebelah Jeno. Haera dan Yuta yang sejak tadi memperhatikan dari dapur hanya bisa tertawa tanpa berniat melerai. Keributan kecil yang sepele seperti itu sudah jadi rutinitas si kembar setiap hari, biar hukum alam yang menyelesaikannya sendiri; yang lebih tua harus mengalah pada yang lebih muda.
Ternyata benar perkiraan Haera. Seiring anak-anak itu bertambah usia, rumah mereka menjadi ramai macam tempat penitipan anak, belum lagi saat anak Ten, Chanyeol, atau Johnny main ke rumah mereka. Omong-omong, berbeda dengan Ten dan Chanyeol yang anaknya laki-laki, Park Sooyoung ternyata melahirkan anak perempuan. Nara namanya --lebih tepatnya Seo Nara.
Selain Renjun, hanya bocah perempuan itu yang amat dekat dengan Jeno. Diluar perkiraan Haera, Sooyoung ternyata tidak masalah -atau justru tidak peduli- jika anak mereka bermain bersama. Sooyoung yang kini hanya tinggal berdua dengan anak perempuannya itu benar-benar tidak acuh, alih-alih merawat anaknya, ia justru sibuk mengurus hidupnya sendiri.
Karena itu, Jaehyun yang kasihan dengan Nara dan notabenenya merasa perlu bertanggung jawab atas terlantarnya anak itu jadi sering mengunjungi rumah Sooyoung untuk mengajak Nara bermain ke rumah Haera. Haera tidak masalah, toh ia selalu ingat janjinya dengan Johnny untuk bisa menemani Sooyoung, atau setidaknya ikut andil menjaga anak mereka. Dan janji itu selaras dengan Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILLEGAL✔
Fanfiction❝If karma doesn't hit you, I fuckin' will.❞ highest rank: #1 in yuta (18/2/21) #1 in nakamotoyuta (4/1/21) #1 in yutanct (9/1/21) #6 in nakamoto (23/1/21) #3 in johnnysuh (07/2/21) #8 in ten (20/1/21) #8 in crime (24/2/21) #9 in lee (24/2/21) #9 in...