34-sorry, yuta

1.8K 280 139
                                    

"i just don't want to feel so bad anymore"
-------------------------------------------------------

Haera tidak tau, waktu seperti ini akhirnya tiba. Waktu dimana ia memutuskan untuk mulai bicara. Bagaimanapun Haera tidak mungkin menyembunyikannya terlalu lama karena pada akhirnya Yuta juga akan tau semuanya.

Masih di kamar yang sama. Yuta duduk tenang disana, menunggunya bersuara di kursi yang letaknya tak jauh dari jendela. Haera yang detik sebelumnya sudah sempat berkata bahwa ada hal yang perlu Yuta ketahui itu kini justru mendadak tergugu, hilang keberanian hanya karena Yuta yang terus menatapnya.

"Aku hamil, Yuta." Haera tertunduk, bersikap pengecut dengan menghindari perubahan raut wajah pria didepannya.

Bak sibuk memproses kalimat yang baru saja menerjang pendengaran itu, Yuta hanya bisa diam di posisinya, meyakinkan telinganya tidak salah dengar dengan apa yang Haera suarakan baru saja. "Anakku?"

Kalau Yuta berharap Haera akan mengangguk mantap setelahnya, nyatanya harapannya harus runtuh secepat itu ketika ia justru mendapati Haera yang perlahan menggeleng.

"Aku tidak tau."

Dunia Yuta seakan terhenti detik itu juga. Sunyi menyelimuti keduanya saat tak satupun dari mereka mengisi dengan suara. Yuta tidak tau harus seperti apa. Mendengar Haera berkata tidak tau rasanya berhasil membuat perasaannya kacau balau. Tanpa perlu dijelaskan pun Yuta cukup pintar untuk menebak maksud dari jawaban itu.

Yuta tersenyum masam, mendadak enggan menatap Haera, dan malah mendengus pelan. "Kamu melakukannya dengan Taeyong?"

Haera termangu, napasnya tercekat, bahkan untuk sekedar menelan ludah saja rasanya berat. Pengakuannya setelah ini mungkin akan terasa seperti hantaman untuk Yuta. Haera tau Yuta berharap hal sebaliknya, dan sayang sekali kenyataan tidak selaras dengan itu. "Maaf Yuta."

Lantas Yuta tersenyum miris seraya berdecih. Yuta tidak tau apakah dirinya harus tetap memberi senyum tulus seperti sebelumnya dan bertindak seakan hatinya masih bisa menerima dan baik-baik saja. Yuta memang mencintai Haera, ia tidak suka melihat perempuan itu merasa bersalah, apalagi ketika melihatnya sedih. Tapi dalam keadaan seperti ini, akan terlalu bodoh kalau ia tidak sekali saja memikirkan perasaannya sendiri.

"Kenapa Haera? Kamu tidak menolaknya?"

Haera benar-benar kaku sekarang, tak punya alasan untuk menjawab pertanyaan itu. Yuta tidak tau saja bagaimana keadaannya saat itu. Memang awalnya Haera menolak juga memberontak, bahkan sampai rela kakinya tertembak. Tapi Taeyong selalu tau titik lemah Haera, dia tau cara terbaik untuk melumpuhkannya hingga hanya bisa tunduk tak berdaya.

Sontak Haera kembali memusatkan pandang pada Yuta, tidak tau lagi harus mengeluarkan kata apa selain, " --maaf."

Yuta reflek berdiri dari kursinya, masih dengan tatapan tak percaya pria itu kemudian menendang kursi yang sebelumnya ia duduki hingga menimbulkan bunyi yang cukup berhasil membuat Haera memejamkan mata. Yuta tidak tau tengah meluapkan emosinya pada siapa, entah marah pada Taeyong, kecewa dengan Haera, atau bahkan mungkin pada dirinya sendiri. "Aku mencintaimu Haera, sangat. Tapi--"

Yuta menarik napas dalam, pikirannya kalut tidak karuan hanya untuk menjelaskan apa yang ada di dalam kepalanya saat ini. "--tidak ada yang tau siapa ayah dari anak itu."

Pria itu mulai terlihat gegabah, membuat Haera ngeri jika Yuta justru tiba-tiba berucap atau bahkan bertindak diluar kendali. "Kita bisa lakukan tes saat ia lahir." usul Haera, mencoba membuat Yuta sedikit lebih tenang.

"Dan bagaimana kalau ternyata itu anaknya?"

dang!

Haera membisu. Fakta yang sangat ia khawatirkan sejak awal kini baru saja menjadi satu-satunya objek yang tengah mereka bicarakan. Nyatanya Yuta juga memikirkan hal yang sama; satu hal yang belum jelas apa jawabannya itu memang sudah mengganggu sejak pertama. Dan sekarang Yuta terdengar seakan ia keberatan jika itu kenyataannya.

ILLEGAL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang