"Let me distract you."
------------------------------------
"Haera." "Kak Jaehyun." panggilnya bersamaan.
"Kamu dulu." sela Jaehyun cepat.
"Kak Jaehyun duluan."
Jaehyun menghela napas. "Kamu yakin dengan kata sandi rumahmu? Aku rasa kamu perlu menggantinya."
Jangan tanya mengapa Jaehyun berkata seperti itu. Kata sandi rumah Haera merupakan tanggal dimana mereka putus setelah pacaran cukup lama.
"Kak Jaehyun masih inget?"
Jaehyun terkekeh. "Mana mungkin aku lupa."
Haera menunduk, ia sontak tersenyum samar. Entah senyum dalam arti apa, bisa jadi senang atau mungkin sebaliknya.
"Kalau calon suamimu tau -"
Haera menggeleng cepat. "Bukan, dia bukan."
Jaehyun tertawa kecil melihat Haera panik, padahal Jaehyun tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, walau tidak bisa di elak bahwa ia cukup terkejut saat tau mantan kekasihnya sudah memiliki calon suami sedangkan ia belum berpindah ke hati siapapun. Jaehyun bukan hanya terkejut, mungkin lebih tepatnya kecewa. Apapun itu sekarang Jaehyun hanya berusaha supaya tingkahnya tidak terlalu kentara.
"Kalau iya juga tidak apa-apa." dustanya.
"Kak Jae..." rajuknya. Haera tak ingin membahas hal itu, sungguh tidak penting menurutnya. Perkataan Yuta hanya membuat hubungannya dengan Jaehyun menjadi canggung sedangkan hubungannya dengan Yuta sendiri menjadi tanda tanya. Haera benci itu.
"Iya aku bercanda." ucap Jaehyun diselingi tawa kecil yang berhasil membuat kedua lesung yang sering Haera lihat dulu kembali muncul di pipinya. Jaehyun kemudian mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan sebelum akhirnya netra itu kembali terarah pada Haera. "Kamu tinggal sendiri disini?"
Haera mengangguk. "Aku gak nyangka harus ketemu Kak Jaehyun lagi dalam kondisi buruk seperti ini. Maaf soal kemarin."
Ia sempat bertemu Jaehyun di rumah duka kalau kalian lupa. Dan saat itu, Haera benar-benar tidak memiliki keinginan untuk berbicara. Pertemuan pertama setelah berpisah cukup lama seharusnya diisi dengan cerita, bukan air mata, tapi yang terjadi saat itu justru Haera yang bahkan tidak sanggup untuk berpindah dari depan figura ayahnya.
"Aku mengerti Haera."
Haera tersenyum lega, Jaehyun selalu menjadi yang terbaik menurutnya. Mungkin akan terdengar membosankan kalau Haera berkata mereka saat itu putus dalam keadaan baik-baik dan tanpa masalah, terlalu klise, basi. Tapi mau mencari alasan lain pun rasanya sulit karena memang seperti itu nyatanya.
Bahkan tanpa keduanya tau, hingga saat ini, baik Haera maupun Jaehyun belum kembali menjalin hubungan berlandaskan rasa suka dengan siapapun.
"Ada yang ingin ku ceritakan." ucap Jaehyun. "Aku belum yakin sebenarnya, tapi kupikir kamu harus tau."
"Tentang kematian ayah?"
Jaehyun mengernyit. "Kamu tau?"
Haera tersenyum canggung. "Hanya menebak, alasan kita ketemu lagi sekarang karena kecelakaan itu, aku kira Kak Jaehyun ingin membahas kasusnya."
Jaehyun hanya diam, lidahnya mendadak kelu, rasanya ragu untuk bercerita. Di satu sisi ia tidak mau membawa Haera ke dalam kasus ini, mengingat perempuan itu selalu bertindak diluar dugaan. Haera mungkin bukan perempuan yang pandai berkelahi, ia juga berisik, ceroboh, bahkan terkadang bodoh, tapi meski begitu Haera juga terbilang pemberani dan tidak pernah menyerah dengan keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILLEGAL✔
Fanfiction❝If karma doesn't hit you, I fuckin' will.❞ highest rank: #1 in yuta (18/2/21) #1 in nakamotoyuta (4/1/21) #1 in yutanct (9/1/21) #6 in nakamoto (23/1/21) #3 in johnnysuh (07/2/21) #8 in ten (20/1/21) #8 in crime (24/2/21) #9 in lee (24/2/21) #9 in...