31-bad alive

1.8K 266 64
                                    

"when his eyelids cover his pupils, it's game over"
--------------------------------------------------------------------

"Kau lagi-lagi gagal, Na Yuta."

Suara berat milik Johnny menjadi yang pertama kali menyapa, setelah ia perlahan semakin mempersempit jarak langkah diantara keduanya. Hawa tegang menguar ditengah sengitnya sorot pandang mereka. Tidak disangka Johnny akan semudah dan secepat ini bertatap muka dengan Yuta, satu-satunya orang lain yang sangat Johnny salahkan sejak awal masalah ini terjadi, selain dirinya sendiri.

"Dia bersamamu waktu itu dan kau sama sekali tidak bisa menjaganya, keparat!" Johnny tersulut, suaranya menekan dalam dengan nada rendah seraya mulai mencengkram kerah kemeja putih rumah sakit yang Yuta kenakan.

Awalnya Yuta hanya diam, sebelum akhirnya senyum tipis itu terlihat ketika ia menepis tangan Johnny dari bajunya, membuat Johnny tanpa sengaja bergerak mundur dari hadapannya. "Lalu apa? Kau merasa dirimu yang pantas bersama Haera hanya karena kau yang menyelamatkannya waktu ia berada di dermaga?"

Yuta tak mau kalah. Berdebat dengan Johnny tak akan ada ujungnya, ia tau Johnny memiliki perasaan yang sama untuk Lee Haera; rasa perhatiaan juga pedulinya tak kalah dengan apa yang Yuta berikan untuk perempuan itu. Dan Yuta jelas tidak menyukainya. Johnny tidak pernah sadar tentang dimana posisinya.

"Kau telah membunuh ayahnya, jangan lupakan itu Johnny Suh!" kalimat sarkas yang tak kalah dalam dari Yuta berhasil memancing penuh amarah yang tertahan dibalik diamnya Johnny. Fakta itu lagi-lagi berhasil membangkitkan kembali rasa bersalahnya pada Haera yang sempat mengganggu cukup lama.

Tangan Johnny lantas terkepal sempurna, bersiap meninju Yuta kapan saja. "Kau--"

"Cukup -cukup! Astaga Tuan Na, Tuan Seo!" Ten dengan cepat berlari menahan tubuh Johnny, disusul oleh Mark yang senantiasa menjaga Yuta dibelakangnya. Akan bahaya kalau dua orang itu dibiarkan lebih lama, mereka hanya akan menimbulkan keributan yang tak ada akhirnya.

"Ini rumah sakit, kalian ingin bertengkar dalam keadaan seperti ini dan berakhir di kamar mayat?!" kesal Ten, bisa-bisanya dua pria dewasa itu berdebat tanpa mengingat tempat.

Mark ikut mengangguk setuju. Ini masih pagi, bahkan hampir semua pasien mungkin baru saja bangun dari waktu istirahatnya, untung saja lorong dari jajaran ruang rawat itu saat ini sepi tidak ada siapa-siapa. "Tahan emosi kalian."

Lantas mereka menjauh, berusaha mengendalikan diri walau tatapan mengerikan itu masih juga terpatri. Ketegangan karena kesalnya Yuta pada Johnny begitupun sebaliknya masih jelas terasa disana.

"Bagaimana rasanya Na Yuta?" Johnny mulai lagi. Suara tenang namun dalam itu seketika berhasil menarik atensi Yuta yang sebelumnya sudah sempat membuang muka. "Dulu kau meremehkanku karena aku lalai dan membiarkan anak buahku bertindak diluar kendali. Ternyata kau sendiri sama bodohnya-"

Yuta kembali menegang. Lee Taeyong, Johnny baru saja mengungkit tentang pria sialan itu.

"--kau bisa tertipu oleh orang yang selama ini berperan penting dihidupmu." sindir Johnny selanjutnya.

Yuta seketika tersulut, tangannya secara reflek bergerak dari genggaman Mark untuk melayang ke depannya. "Brengsek! --"

"TUAN NA, CUKUP!"

ILLEGAL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang