43-never ending story

2.4K 205 103
                                    

"jumping on my trauma, already wear pajamas"
-----------------------------------------------------------------
⚠️

saat buka bab ini,
anggap aja kalian lagi baca dua part

edisi spesial, khusus buat kamu
yang sudah bertahan sampai sejauh ini

○○○○

tiga bulan kemudian.

Besok adalah hari terakhir, hari dimana sidang yang selama ini berhasil terulur terlalu panjang itu akan menghasilkan satu keputusan.

Sejauh ini Yuta –atau Ten lebih tepatnya– telah gagal melancarkan perintahnya untuk menghabisi nyawa pria yang hingga kini masih berada di sel tahanan itu. Yuta mengerti menetapnya Taeyong disana menjadi kendala tersendiri untuk Ten melakukan apa yang ia perintahkan, tapi sialnya Yuta tetap tidak bisa berubah pikiran dengan seluruh alibi yang Ten berikan. Nyatanya hasrat itu bukan hanya keputusan singkat yang ia buat saat sedang marah, setelah waktu berlalu semakin lama Yuta justru semakin berambisi untuk menyelesaikannya.

"T-tuan.."

Ten berlutut di depan Yuta yang sejak tadi hanya memandangnya rendah, ia sadar Yuta akhir-akhir selalu bersikap angkuh setiap kali bertemu dengannya, belum lagi saat Ten berusaha menemui Haera. Yuta selalu terkesan menghalanginya untuk bertatap muka dengan perempuan itu. Bahkan untuk saat ini saja, entah kebetulan atau memang disengaja, Ten yang tadinya berniat untuk menemui Haera secara langsung dengan mendatangi rumah itu tanpa bicara apa-apa pada Yuta justru harus tertimpa sial karena naasnya ia kini malah berakhir menegangkan dengan hanya berdua bersama Yuta di atap. Istri tuannya itu malah tidak tau ada dimana sekarang.

Ten tau, menceritakan hal gila ini pada Haera memang bukan pilihan yang tepat. Ten pasti akan membuat Haera stres setelah mendengarnya, tapi menyembunyikannya pun tetap akan menjadi satu hal yang salah. Yuta tidak akan mau kalah kalau bukan Haera yang menyadarkannya.

"Sudah berapa kali aku memberimu kesempatan, Ten Lee?" tekan Yuta.

Ten tercekat. Tubuhnya mendadak kaku saat ia bisa merasakan dinginnya mulut laras pendek di tangan Yuta yang kini menempel dikeningnya. Mereka sudah sempat adu mulut tadi. Ten berusaha keras menjelaskan seluruh kegagalannya, tapi Yuta dengan cekatan berhasil mengunci pergerakannya hingga ia tidak bisa berkutik seperti ini. "T-tuan, aku sudah mencoba berbagai macam cara tapi--"

"Kau tidak becus, sialan." didorongnya kepala itu oleh Yuta dengan pistol ditangannya. Ten mulai berkeringat dingin. Bukan tidak mungkin kalau Yuta akan membunuhnya, pasalnya ia sudah berulang kali memohon untuk diberi kesempatan selama tiga bulan terakhir ini, dan Yuta –meski kelihatannya tidak ikhlas– tetap memberinya peluang.

Mungkin saja kan Yuta kali ini sudah sampai di titik jengah? Besok sudah sidang terakhir, itu artinya Ten akan semakin kehilangan cara karena Taeyong yang langsung dipindahkan ke lapas selepas hukuman itu dijatuhkan. Di rumah tahanan yang keberadaannya tidak begitu terasingkan saja Ten sudah kesulitan, bagaimana kalau di lembaga pembinaan yang notabenenya memiliki penjagaannya yang luar biasa sempurna.

Tanpa berani mendongak, Ten yang merasa terancam itu kembali mencoba mengintrupsi kala mendengar Yuta mengisi ulang peluru revolvernya. Sial, laras pendek itu memiliki amunisi sekarang.

"Tuan Na, dirumah ini ada Lee Haera--"

"Kau takut mati lalu menggunakan Haera sebagai alasan?" Yuta tak peduli. "Haera dan putraku tengah pergi dengan Mark sekarang, mereka tidak akan pulang sampai urusanku selesai denganmu."

ILLEGAL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang