"Now I want them dead."
---------------------------------------
BUGH!
"Bodoh!" tekannya. Pria bertubuh tinggi dengan setelan formal itu terus melayangkan kepalan tangan tepat diwajah pria lain yang berada didepannya.
Sasaran empuk yang tak lain bernama Lucas itu ambruk begitu saja, ia memegangi wajahnya kemudian berlutut. Tubuhnya seakan mati rasa, segala pukulan keras yang ia terima sudah tak terhitung berapa banyaknya. Ia tau akan seperti ini akhirnya, apapun yang ia lakukan, kemanapun dirinya pergi, Lucas tidak akan pernah bisa lari dari cengkraman pria di depannya. Sejak keputusan itu ada, hidupnya akan terus diawasi, selalu.
Kebakaran itu ulahnya? Tentu saja, ia hanya berusaha profesional dengan pekerjaannya. Namun meski begitu, jangan sebut dirinya tergabung dalam organisasi pembunuh bayaran atau pekerjaan kotor rendahan lainnya, mereka lebih dari sekedar itu.
"Aku tidak menerima kesalahan dalam bentuk apapun. Bukankah kau tau bagaimana aturan mainnya?" pria itu berucap dingin namun menusuk. Nada rendahnya sungguh mengintimidasi Lucas dengan segala kecerobohannya. Tak ada yang bisa ia lakukan, dirinya hanya tinggal mempersiapkan kemungkinan terburuk setelah ini.
Melakukan aksi sabotase dengan meninggalkan barang bukti, bukankah ia harus bersiap untuk mati?
"Kau sengaja meninggalkan bukti disana?"
BUGH!!
Baru saja Lucas ingin menggeleng, satu pukulan kembali mendarat ditempat yang sama. Jangan tanya bagaimana kondisinya saat ini, ia berantakan, keringat bercampur darah mengalir dimana-mana, matanya sedikit membengkak, sudut bibirnya terluka.
"T-tuan." Lucas mencoba mengintrupsi, satu jam berada diruangan tanpa sirkulasi benar - benar membuat dirinya yang bahkan tak sedikitpun memberikan perlawanan itu kehabisan tenaga.
"Maaf Tuan, saya akan bereskan semuanya, beri saya kesempatan satu kali lagi." pintanya.
"Lalu kau mau apa?" Pria itu menarik kursi, duduk tepat didepan Lucas yang masih setia berlutut sejak tadi. Ia kemudian mengambil botol kecil yang ada di saku jasnya.
Lucas mendongak, pandangannya seketika membulat ketika ia melihat pria itu memutar tutup botol ditangannya. Kepalanya reflek menggeleng. "Saya mohon jangan tuan --argh!"
Lucas mengerang kencang, itu alkohol, pria gila didepannya baru saja menumpahkan cairan pembersih luka itu tepat diatas permukaan kulitnya yang terbuka.
"Kalau aku kasih waktu untuk membunuh semuanya, kau sanggup?"
"argh.." Lucas masih sibuk menahan rasa sakitnya, kehilangan fokus pada perintah tuannya. "Saya --sanggup Tuan, apapun yang anda perintahkan."
Pria itu tampak menarik napas, kemudian meletakkan kembali botol ditangannya. "Siapa nama polisi itu?"
"Jung Jaehyun."
"Ia targetmu selanjutnya. Sisanya, bunuh siapapun yang ikut membantu pria itu." Lucas hanya sanggup untuk mengangguk mendengar perintah itu. Tangannya gemetar, tak berani menatap lawan bicara, terlebih ketika suara itu semakin mendekat ke telinganya. "Kalau tidak, akan kupastikan peluruku melubangi kepalamu."
---
Detik ini, Jaehyun tak melakukan hal bermanfaat apapun, ia hanya sibuk merenung, berdiri menghadap luar jendela; menunggu teman sekamarnya. Ini sudah malam, tapi Eunwoo justru baru keluar untuk mencari makanan. Mereka belum makan, sejak tadi keduanya hanya terlalu larut memikirkan penyebab kebakaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILLEGAL✔
Fanfiction❝If karma doesn't hit you, I fuckin' will.❞ highest rank: #1 in yuta (18/2/21) #1 in nakamotoyuta (4/1/21) #1 in yutanct (9/1/21) #6 in nakamoto (23/1/21) #3 in johnnysuh (07/2/21) #8 in ten (20/1/21) #8 in crime (24/2/21) #9 in lee (24/2/21) #9 in...