"Who is in control?"
---------------------------------
"Ayah ingin cerita sesuatu."
"Ada apa? Ada teka teki apalagi kali ini?" tanya Haera antusias dalam sambungan teleponnya.
"Terlalu panjang kalau lewat telepon, nanti biaya tagihannya naik." canda sang ayah. "Bagaimana kalau ayah datang ke tempat tinggalmu besok sore, sepulang kerja?"
Haera menghela napasnya, rasa antusias itu hilang begitu saja. "Baiklah, tapi bawakan aku sesuatu, selain ceritamu."
"Kamu mau apa?"
"Uang untuk bayar sewa rumah."
Terdengar tawa kecil dari sana. "Kamu menunggak berapa bulan?"
Haera tertawa. "Aku bercanda."
"Kalau begitu bagaimana dengan kembang api?"
Haera lagi lagi tertawa. "Kalau itu seharusnya aku tidak perlu minta."
"Ayah -" ucapnya terhenti ketika bunyi dentuman besar tiba-tiba terdengar. "Ayah?"
"Ayah, ada apa?"
"Ayah!!"
Haera membuka mata. Deru napasnya berantakan bak habis berlari tanpa henti.
Memang hanya mimpi, tapi dirinya benar-benar terasa seperti dilempar mundur pada beberapa waktu lalu, tepatnya saat percakapan terakhir yang ia lakukan dengan sang ayah lewat telepon sehari sebelum kecelakaan terjadi.
Haera mengatur napas, meregangkan otot leher, kemudian mengusap pelan wajahnya, berusaha mengumpulkan seluruh kesadaran sepenuhnya.
Mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan, Haera tau pasti ia terbangun di apartment Mark sekarang, namun dirinya tak berada di kamar laki-laki itu, melainkan kamar tamu yang berada tepat disebelah kamar Mark.
Haera melotot, ia ingat kamar ini adalah kamar yang terakhir kali ditempati oleh Yuta.
"Astaga." lirihnya.
Seketika Haera merasa ada yang aneh, ia sendirian di kamar itu, tapi kilasan kejadian sejak ia minum terlalu banyak semalam perlahan mulai muncul di pikirannya. Berawal dari Johnny yang mengantarnya ke apartment, hingga ia bertemu dua Yuta di tempat yang sama.
Tidak sampai disitu, karena setelahnya dirinya dan Yuta..
"Sial -ahh..." umpatnya bersamaan dengan reflek tangannya yang menyentuh perpotongan leher jenjangnya.
Haera memaku ditempat, ada rasa yang janggal di permukaan kulit lehernya.
Dengan cepat Haera turun dari ranjang, berlari menuju cermin yang menggantung di dinding.
"Dasar brengsek!"
Umpatan demi umpatan mengalir begitu saja dari mulutnya ketika Haera benar-benar menemukan beberapa bekas kemerahan disana. Lehernya tidak terlihat baik - baik saja. Yuta menandainya.
"Bajingan brengsek sialan argh!" Haera mengerang kesal seraya menghentakan kakinya di lantai.
"Lee Haera." sebuah suara tiba - tiba terdengar dari arah pintu. Haera reflek diam ditempat kemudian berbalik. Di sana, berdiri seorang pria yang tak ia kenal dengan nampan berisi segelas air dan sebutir obat ditangan. "Yuta memintaku untuk mengantar ini, kamu harus meminumnya."
"Dimana orang itu?" tanyanya dengan kerutan kesal terpatri dikeningnya. "Itu obat apa? Kamu siapa?"
Pria yang awalnya terlihat sedikit bingung dengan pertanyaan beruntun itu kemudian tertawa, terlebih ketika melihat ekspresi marah di wajah perempuan didepannya. "Ternyata kamu benar-benar mabuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
ILLEGAL✔
Fanfiction❝If karma doesn't hit you, I fuckin' will.❞ highest rank: #1 in yuta (18/2/21) #1 in nakamotoyuta (4/1/21) #1 in yutanct (9/1/21) #6 in nakamoto (23/1/21) #3 in johnnysuh (07/2/21) #8 in ten (20/1/21) #8 in crime (24/2/21) #9 in lee (24/2/21) #9 in...