32 : Khawatir Dan Cemas

2.2K 102 3
                                    

"Alfino mana ya? Kok belum pulang sih? Hufttt, awas aja kalo dia sampe macem-macem sama gue," gerutu Kanaya. Dia sangat sebal dengan Alfino yang tak kunjung pulang. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 09.30.

Kanaya hanya bisa termondar-mandir sambil melihat bintang dilangit yang tak kunjung jatuh.

Dan pada akhirnya, dia malah menjadi khawatir. Khawatir dengan Alfino, semoga saja makhluk itu selamat sampai tujuan, tidak dapat godaan dan pulang dengan selamat dong pastinya.

"Astaga Alfino! Udah satu jam gue disini mondar-mandir nungguin lo balik. Tapi lo nya malah asik kluyuran nggak kenal waktu," dumel nya.

Kanaya merogoh saku piyamanya, dan segera mengambil hendfon, setelah itu dia menghubungi Wendy. Siapa tau Alfino berada di rumahnya.

"Apa sih Nay? Malem-malem telefon gue? Kaya nggak bisa besok aja," tanya nya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Berdemege juga nih suara si Wendy, hahah, batin Kanaya sambil terkekeh kecil mendengar protesan dari Wendy.

"Mm.. Alfino, dia sekarang lagi dirumah lo kan ini?" tanya Kanaya sambil menggigit jari-jari kukunya yang pendek.

"Hah? Alfino? Dirumah gue? Hahahaha! Lo mimpi ya? Mana ada Alfino dirumah gue Nay," balas Wendy sambil tertawa renyah.

"Bukannya lo tadi keluar sama Alfino ya? Soalnya Alfino bilang, kalo lo ngajak dia pergi," kata Kanaya heran. Dia sangat bingung dengan sandiwara yang dibuat oleh Alfino.

"Nggak, gue nggak pernah ngajakin dia keluar malem ini. Apa jangan-jangan Alfino lagi jalan sama yang lain? Emng kenapa sih? Kok lo kayaknya cemas banget gitu," ujar Wendy. Kanaya hanya bisa tersenyum kecut, seteleh itu dia membanting hendfonnya keranjang.

Ternyata Alfino bohong, dia sudah membuat kepercayan Kanaya untuknya menjadi lebih berkurang, dan mungkin saja, kepercayaan itu besok akan hilang sepenuhnya.

Ingin sekali dia marah, rasanya dia ingin menghancurkan semua yang ada dikamarnya itu, menghancurkan kaca contohnya.

"Lo kenapa bohong sih Al? Lo kenapa buat gue over thingking? Lo kenapa nggak jujur aja gitu? Kalo lo nggak pergi sama Sella, gw juga bakal ngijinin kok pasti. Atau emang sekarang lo lagi sama Sella?" lirih Kanaya. Dia tertidur terlentang, dengan air mata yang mengalir dari sudut matanya.

"Keneye eke bekel eseheen beet menghender dere Selle. Huh! Nyatanya lo malah lagi jalan sama dia, anjing lo Al! Lo itu anjing!" teriak Kanaya menggema.

Diana yang mendengar teriakan Kanaya yang menyebut kata 'anjing' pun sontak terkaget. Ada apa dengan Kanaya? Kenapa dia merasa kalo dia pernah diposisi Kanaya? Ini semua seperti seperti Deja Vu.

Dia segera berlari menuju kamar Kanaya, dia mengetuk pintu namun tak ada jawaban dari arah dalam. Dan dengan terpaksa Diana pun masuk. Terlihat Kanaya, dia sedang duduk di Balkon sambil memandang langit.

"Kamu kenapa Nay? Cerita sama mama," ujar Diana sambil tersenyum kearah Kanaya. Kanaya hanya menengok sekilas, dan setelah itu dia menangis sesegukan dipundak Diana.

"A-alfino m-mah, di-dia bohong sama ke-Kanaya" isak Kanaya, dia menangis sesegukan, membuat kata-kata yang ia ucapkan menjadi terpotong-potong bagaikan lontong.

"Alfino bohong? Wah, nanti mama pasti akan jewer telinga Alfino. Kamu jangan sedih ya, kalo Alfino ngelakuin apa-apa, atau dia nyakitin kamu, mama bakal selalu dukung kamu, kita 1 geng," lontar Diana yang membuat sudut bibir Kanaya tertarik, dan menampakkan lengkungan indah.

"Mama bisa aja sih," balas Kanaya sambil memeluk Diana erat. Ternyata benar kata Dian, Diana adalah mertua yang baik untunya, Kanaya sangat beruntung memiliki Diana.

Dear Alfino (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang