20 : Siapa Pelakunya?

1.7K 114 10
                                    

"Alfino! Kaki Kanaya cakit," rengek Kanaya.

Astaga! Apa ini? Mengapa Kanaya menjadi manja, bukannya Kanaya adalah cewek yang mandiri, yang jarang berkeluh kesah? Mungkin efek menjadi istri Alfino begini kali yah.

Alfino menatap gadisnya yang sedang meringis tersebut. Ah, kenapa sangat menggemaskan sekali? Pengen sekali dia menggigit pipi Kanaya, pasti rasanya sangat enak sekali.

"Alfino! Yang sakit itu kaki, kenapa kamu malah ngelihatin wajah aku?" tanya Kanaya sambil mencebikkan bibir, dan mengembungkan pipinya.

STOP! Habis sudah kesabaran Alfino, dengan secepat kilat, dia pun mencium pipi Kanaya sambil menggigit pipi itu dengan kedua belah bibirnya.

"Akhhh.. Alfino! Sakit tau, emangnya aku itu donat apa, main gigit aja, kata mama kalo ada orang yang buat aku sakit, pasti Alfino bakal bales nyakitin orang itu, lah ini apa? Malahan kamu yang nyakitin aku," ucap Kanaya sambil menatap Alfino kesal.

"Iya iya, udah! Maafin Alfino ya Kanaya cantik," sesal Alfino sambil mencubit pipi Kanaya. Wajah Kanaya pun seketika menjadi panas, apakah dia baper?

"Nay, selalu jadi kaya gini ya, aku janji, bakal jadi suami yang baik, dan jadi ayah yang baik buat anak-anak kita, itu adalah janji aku, aku juga ngga bakal nyakitin kamu, entah itu fisik maupun batin, kalo aku ngelanggar, bunuh aku ya?" ujar Alfino.

Kanaya terharu, segitukah Alfino mencintainya? Akhhhh... Rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu yang terbang di perutnya.

"Mas, mbak! Udahkan, pacarannya? Kita udah sampe dari dua puluh menit yang lalu loh, mau turun ngga nih?" Tanya pak supir.

Kanaya dan Alfino menjadi salah tingkah, pasti pak sopir itu mengira yang tidak-tidak tentang Kanaya dan Alfino, sudah dipastikan itu! Jadi malu.

Mereka berdua pun turun dari mobil dengan perasaan yang tercampur aduk.

"Makasih ya mang, kalo gitu saya sama suami saya permisi dulu, ini bayaran buat mang Asep, sekali lagi makasih banyak ya," ucap Kanaya sambil tersenyum canggung.

"Iya sama-sama mbak, mas. Kalo gitu saya permisi dulu, Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam."

~🍻~

Mereka berdua pun masuk kerumah, terlihat sepasang dua ingsan tengah terduduk dikursi makan sambil sesekali bercanda.

Dan pada akhirnya mereka pun bersorak heboh, tatkala melihat Alfino dan Kanaya yang sedang berjalan menuju meja.

Dimeja makan, tampak makanan yang amat beragam, dari yang pedas, gurih, dan manis, apakah ini Diana yang masak?

"Halooo mah, pah. Kanaya udah agak lama ya ngga ketemu sama kalian, jadi rindu deh," ucap Kanaya tak kalah heboh.

"Ih Kanaya, kita kemarin baru aja ketemu kok, yakan pah?" ucap mama Alfino.

"Jangan rindu Nay, inget kata Dillan."

Kanaya pun langsung menabok lengan Alfino. Bisa-bisanya dia membahas tentang Film disaat acara keluarga.

"Awh.. Biasa aja kali yang," ringis Alfino, dan bagian diakhir kalimatnya berhasil membuat jantung Kanaya berdetak ngilu karenanya.

Kanaya menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangan, dia benar-benar sangat malu disaat ini. Dasar Alfino! Tidak mengenal tempat!

Dia berharap, semoga saja Mama dan Papa mertuanya tidak menyadari kalo dirinya tengan menahan malu saat ini.

"Kenapa ditutup sih mukanya? Aku kan jadi ngga bisa lihatin wajah cantik kamu yang lagi memerah itu Nay," ucap Alfino sambil memeluk Kanaya.

Diana dan Alvin pun hanya bisa menutup mata sambil terkekeh geli ketika Alfino memeluk tubuh Kanaya.

Dear Alfino (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang