17 : I Love You

2K 153 9
                                    

"IYA, itu semua benar!"

~🍻~

"Kira-kira di dalem mereka ngomongin apa aja ya la? Gue jadi penasaran, kita kesana yuk!" ajak Kanaya. Cemas, khawatir, takut menjadi satu dan tercampur aduk didalam hatinya.

Lala pun hanya terdiam mendengar ocehan Kanaya, bukan apa-apa, pasalnya Kanaya sudah sepuluh kali bertanya dengan pertanyaan yang sama.

Kanaya pun masih kembali mengoceh, segitu pentingnya Alfino sehingga membuat Kanaya cemas? Ah, mungkin hatinya sudah seutuhnya di berikan kepada Alfino.

"Nay, lo ngga bisa diem ya? Capek gua denger lo ngoceh terus, dari ruang guru dan sampe sekarang lo ngga berhenti ngoceh, untung aja kita jam kos, kalo ngga udah di sleding lo sama guru, emang segitu berartinya ya Alfino di mata elo?" ucap lala malas.

Kanaya pun terdiam sejenak, mencoba mencerna setiap kalimat yang telah Lala lontarkan kepadanya, benar juga, kenapa dia cemas dan khawatir? Segitu berartikah Alfino? Sudahlah jangan difikirkan lagi.

"Kan dia emang suami gue La." ucap Kanaya sambil menyeruput Es jeruk.
Lala pun menyerngitkan dahinya.
"Halunya lancar ya bun?"

~🍻~

"Tuh kan bener, dah lah pecat aja pak!" ucap Wendy penuh amarah.
Sedangkan bu Indi? Dia sudah menangis, dan terlihat pasrah akan hukuman yang diberikan oleh Kapsek, apapun itu akan tetap dia terima.

Terlihat pak Kapsek yang sedang meredam amarah, sungguh memalukan sekali guru yang ada di hadapannya ini, mengapa ada guru seperti ini?

"Cukup! Jangan berdebat! Biar saya dan para wali kelas yang menentukan hukuman yang pantas untuk bu Indi, ssbaiknya kalian berdua keluar, dan begitu pula dengan bu Indi, sebaiknya bu Indi segera meminta maaf dengan Alfino, mungkin tidak hanya Alfino saja, tapi juga dengan anak-anak yang pernah ibu rayu!" ucap pak Kapsek tegas.

Akhirnya, mereka bertiga keluar dari ruangan Kapsek, ada rasa malu dihati guru muda itu, dia tidak meminta maaf, dia hanya berjalan menghindari Alfino sambil menundukkan kepala.

"Bu Indi udah kayak janda kurang belaian aja deh, rela nurunin harga diri, cuma buat ngerayu siswanya, ngga punya malu tuh guru!" seloroh Wendy.

"Udah lah, jangan bahas guru gila itu, mending kita nyari Kanaya sama Lala, mungkin mereka di kantin," ajak Alfino dan dijawab anggukan oleh Wendy.

Mereka berdua berjalan menuju kantin, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka, termasuk seorang kapten basket di lapangan.

Tatapan penuh kebencian, mengapa dia benci dengan Alfino? Ntah lah, apa mungkin dia seperti Kania, yang benci dengan Kanaya, karena Kanaya sudah menggeser kedudukan nya sebagai primadona sekolah? Bisa juga, mungkin pria itu juga bermodus seperti itu.

Setelah beberapa menit kemudian, Alfino dan Wendy pun sampai di kantin, mereka segera menghampiri Kanaya dan Lala yang sedang mengobrol.

"Hay Nay!" sapa Alfino sambil tersenyum.

"Owh gitu ya sekarang, gue dah nggak di sapa lagi, dasar!" sahut Lala sinis, namun malah dibalas senyuman dari Kanaya.

"Gimana tadi kalian?" tanya Kanaya.

"Bu Indi bakal dihukum, semoga aja dia di pecat, sumpah aku kesel banget sama dia Nay, dan yang lebih parahnya lagi, dia tadi ngga minta maaf atau apa kek gitu, tapi malah fitnah aku!"

Dear Alfino (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang