Setelah berkemas-kemas untuk pulang mereka pun segera masuk ke dalam bus, walau pun dia lubuk hati mereka paling dalam mereka rada kesal karna persami tahun ini gagal, namun karna bu Isma meninggal mereka pulang saja.
Bus pun mulai melaju dengan kecepatan sedang menuju ke sekolah, kanaya yang sedari tertidur pun langsung di bangun kan oleh lala yang ada di sampingnya. Namun tetap saja kanaya masih tertidur, sementara pundak lala sudah pegal dan kram.
"Nay, bangun dong, sekiranya kalo ngga mau bangun itu pindah tempat kek, pundak gue pegel nih, lo senderin terus, Nay!" cetus Lala berusaha membangun kan namun tidak di gubris oleh Kanaya.
Alfino yang sedari tadi memperhatikan Kanaya tertidur dan Lala yang sedang kecapean, dia langsung menghampiri mereka berdua.
"Kalo lo capek, sana deh, biar gue aja yang duduk di sini, gimana?" tawar Alfino kepada Lala yang sedari tadi hanya bengong karna Alfino yang super cuek namun ganteng itu menghampiri diri nya.
"Okey Fin, titip Kanaya ya, tenang aja, Kanaya ngga pernah ngeluarin suara pas tidur dan nggak ileran kok, hehehe," ujar Lala menerangkan sambil cengengesan.
Alfino pun memandang gadis cantik yang sudah menjadi istrinya itu, istri sahnya di mata agama dan hukum, apakah mereka berdua bisa mencintai satu sama lain seperti pasangan pada umumnya? Entah lah hanya tuhan dan author yang tau.
Tiba-tiba Kanaya pun terbangun, dengan pelan dia mengusap-ngusap matanya, perlahan dia mengenali siapa orang yang ada di samping nya itu, dia pun langsung membenarkan duduknya, ada rasa tidak enak hati kepada Alfino, dan jujur saja dia sangat malu dan benar-benar malu.
"Sory Al, gue ngga tau kalo yang gue senderin itu elo, pasti Lala kan yang suruh elo kesini? Tenang aja gue bakal ajak Lala balik kesini dan elo bisa duduk dengan tenang di samping nya Wendy" ucap Kanaya dengan suara bergetar.
"Ngga usah Nay, ngga apa-apa kok, emang seharusnya gue ada di sini, dan satu lagi, manggilnya jangan elo gue ya kalo di depan mama sama papa, kalo mama sama papa kita tau, bakal marah mereka." terang Alfino memeringati.
Kanaya pun hanya manggut-manggut saja dengan ucapan Alfino, karna yang dia ucapkan itu benar hal nya.
"Kruk... Kruk... Kruk!"
"Itu suara perut elo Nay?" tanya Alfino sambil menahan tawa nya.
"Enggak, bukan perut gue kok, mungkin elo salah denger aja kali," elak Kanaya dengan muka yang sudah seperti tomat.
"Ya elah, lo kenapa bunyi sih? Nggak tau tempat deh, disini kan ada Alfino, mau di taruh kemana coba muka gue? Dasar cacing nakal!" ketus Kanaya sambil memukul pelan perutnya yang rata.
Namun suara itu kembali terdengar oleh Alfino. "Nih, makan, gue tau lo belum makan kan tadi. Nih, nggak usah nolak!" paksa Alfino sambil memberikan sebungkus donat 🍩 dan air minum🥤kepada Kanaya. Dan Kanaya pun menerima makanan itu sambil menahan malu yang sudah menjalar ke tubuhnya.
"Thanks Al" balas Kanaya dan di jawab anggukan oleh Alfino.
Setelah lama di perjalan akhirnya mereka pun sampai ke sekolah dengan selamat, para siswa dan siswi pun langsung mengambil tas-tas mereka masing-masing, suasana di sekolah itu sangat sepi, padahal seharusnya anak-anak belum pada pulang, namun mungkin sekolah sementara di liburkan karna bu Isma meninggal.
"Nay yuk pulang!" ajak Lala tersenyum. "Kayaknya gue pulang sendiri pakai taksi deh La, lo kan di jemput sama kakak lo, jadi gue sungkan lah." Alibi Kanaya sambil tersenyum kikuk kepada lala.
"Ya elah Nay, kenapa harus sungkan sih? Kan lo tu juga keluarga gue," timpal Lala.
"Bukan gitu La, gimana ya? Gue ada urusan sama adek kelas dulu." Elak Kanaya lagi-lagi memberi alasan.
"Ya udah deh kalo gitu, gue pulang dulu ya, bya Nay," pamit Lala sambil melambaikan tangan dan berangsur pergi.
Akhirnya Kanaya pun bisa bernafas dengan lega, sebenernya Kanaya hanya berbohong kepada Lala, dia tidak benar-benar menjumpai adik kelas, namun dia menjumpai Alfino, yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik nya.
Kanaya pun perlahan mendekat kepada Alfino. "Kenapa sih Al? Kenapa gue harus pulang bareng elo? Gue kan pengen nya sama Lala." gerutu Kanaya namun hanya di acuhkan oleh Alfino.
"Alfino wijaya kusuma, gue lagi ngajak ngomong elo! Bisa-bisa nya lo cuekin gue, dasar!" ketus Kanaya dengan amarah yang menurut Alfino lucu, karena geram, maka Alfino menvubit pipi Kanaya, setelah itu dia tersenyum, untung di sana para siswa dan siswi sudah mulai berhamburan pergi, kalau tidak sudah malu kuadrat Kansya dan Alfino.
"Kanaya Megantara, cepet masuk! Atau ngga, gue cium di sini!" ancam Alfino. "Enak aja main cium, ngga boleh tau!" tukas Kanaya tak terima.
Tanpa meminta izin dari Kanaya, Alfino pun mencium gadis itu, bukan di bibir loh ya, cuma di pipi saja, kalo di bibir mungkin tidak akan ada habisnya nanti. Wanjay....
"Dah halal, boleh aja Nay, cepet masuk! Atau nggak bibir elo yang jadi sasaran." ancam Alfino sekali lagi. Kanaya pun hanya berdiri kaku, sambil masuk ke dalam mobil, kejadian tadi sangat memalukan sekali untuknya.
"Lo harusnya bersyukur Nay, dicium sama cowok ganteng kaya gue, dulu nih ya, para siswi di SMA gue yang lama, pada rebutan minta di cium sama gue loh." dan dengan bangganya Alfino menyombongkan diri.
"Ya elah, narsis banget sih lo? Tapi lo kasih nggak?" tanya Kanaya penasaran. "Nggak, bibir gue bukan SCTV : Satu Untuk Semua." sarkas Alfino dengan sewotnya.
Tanpa di sadari akhirnya mereka telah sampai di rumah Kanaya, mereka berdua pun turun dari mobil sambil membawa koper masing-masing, mama dan papa Kanaya pun menyambut kedatangan mereka berdua.
"Assalamualaikum Kanaya, Alfino." sambut mereka serentak seperti sudah merencanakan kepulangan Kanaya dan Alfino.
"Waalaikumsalam, loh mama sama papa kok tau kalo Kanaya sama Alfino hari ini pulang?" tanya Kanaya dan Alfino bingung.
"Biasalah, Lala," jawab Dian dan Farhan sembari terkekeh pelan.
Mereka pun berbincang-bincang di ruang tamu, dengan secangkir teh dan kopi, sedangkan Kanaya dia sudah menjilati es krim vanila nya. Entah kenapa gadis itu biasanya berubah menjadi gadis dewasa dan kadang-kadang menjadi gadis kecil, sudahlah tidak ada yang tau akan hal itu.
"Kanaya kamu makan es krimnya di kurangi dong, udah nikah juga masih aja makan es krim, malu-maluin suami kamu tauk." tegur Dian pada Kanaya.
"Kamu malu?" tanya Kanaya sambil menatap Alfino dengan tajam.
"Nggak papa kok tan, eh mm.. maksudnya Alfino mah, nggak papa kok mah, Alfino menerima Kanaya apa adanya," ucap Alfino sambil tersenyum.
"Memang menantu idaman," puji Farhan dan Dian serentak.
"Modus!" sosor Kanaya."Oh iya Nay, papa mau bilang kalo hari ini juga kamu bakal pindah ke rumah mertua kamu!" ucap Farhan dan dibalas raut wajah kaget dari Kanaya.
"Yah pa, Kanaya baru aja pulang, masih capek tau, lagi pula Kanaya masih pengen kangen-kangenan sama papa dan mama," ujar Kanaya mencari alasan.
"Okey, cuma malam ini aja ya, besok kamu harus udah pindah" putus Farhan memberi kesempatan, dan hal itu membuat Kanaya tersenyum bahagia.
"Tapi tetep aja kamu harus tidur sekamar, dan seranjang sama Alfino, jangan membantah ucapan papa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Alfino (END)
Fiksi RemajaStart : September 2020 Finish : Desember 2020 Tidak perlu banyak basa-basi untuk mengatakan kata cerai dan putus, karena berbasa-basi itulah yg membuat seseorang bertambah sakit dan terluka. Jangan berkata kata manis dan menjalin se...