43 : Big Family

4.6K 149 5
                                    

Dokter mulai memeriksa Kanaya, sedangkan Alfino kini tengah berada diluar ruangan sembari mendengarkan omelan dari seorang suster yang masih cukup muda, berumur sekitar 24 tahunan.

"Mangkanya mas! Istri bangun dari koma 9 bulan, bukannya langsung manggil kita, kalian malah ngobrol, gini kan jadinya! Lain kali, kangen-kanganannya itu ditunda aja dulu, kalau nanti istrinya balik koma lagi kan bahaya!" gerutu sang suster sembari mengerucutkan bibirnya, baru kali ini Alfino menemukan seorang suster yang berani mengomel seperti itu, sangatlah langka dan harus diberi bintang lima.

"Iya suster," balas Alfino sembari tersenyum menampakkan giginya, ia lelah mendengar omelan dari sanga suster yang membuatnya merasa kantuk tersebut.

Suster membuang pandangannya jengah, setelah itu ia celingak-celingul seperti seorang maling yang mencuri salah satu leptop milik tetangga Alfino. Ya, saat itu Alfino pulang sekitar jam 2 pagi dari rumah sakit, bakun tanpa sengaja ia melihat maling-maling tersebut beraksi. Tapi Alfino malah bodho amat dengan semua itu. Esok harinya, para warga mulai membicarakan tentang pencurian tersebut, mereka mengghibah disaat semua emak-emak sudah berkumpul digerobak sayur.

Alfino menatap arlojinya, sudah pukul 18.00 waktu Indonesia bagian barat, suara adzan mulai berkumandang dari berbagai penjuru. Jadilah Alfino beranjak dan berjalan santai menuju mushola.

30 menit lamanya, Alfino kini sudah kembali dari mushola, ia berjalan menuju kamar rawat Kanaya, hanya sekedar untuk mengecek kondisi istrinya dan sikembar.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam." Jawab Kanaya, suster juga menjawab, namun setelah itu ia terfokus dengan bubur yang ada ditangannya dan setelah itu kembali menyuapi Kanaya.

"Biar saya aja sus."

"Oke, kalau ada apa-apa nanti langsung manggil kita ya, jangan diem-diem bae!" sengit sang suster. Alfino menyengir, suster ini sangat sensian, mungkin bawaan dari orok.

Alfino meletakkan bubur diatas nakas, setelah itu dia menopang dagu dan menatap Kanaya yang masih asik berselancar diinternet. Jangan salah, walaupun perempuan itu baru saja sadar dari koma, namun tidak menghentikan niatnya untuk membuka benda gepeng yang biasa diberi nama hendfon.

Namun, Kanaya merasa terusik dengan tangan Alfino yang mulai menyentuh pipinya, tangan pria itu mengelus-ngelus pipi Kanaya yang mulai kembali merona seperti sembilan bulan yang lalu.

"Geli Al!"

"Kangen," cicit Alfino. Kanaya memposisilan dirinya agar terduduk, ia melepaskan alat bantu pernafasan yang sedari tadi bertengger dilubang hidungnya.

Kanaya merentangkan tangannya, memberikan kesempatan bagi Alfino unyuk memeluk tubuhnya. Dan dengan sigap, Alfino memeluk tubuh ramping itu bagaikan seorang anak yang rindu dengan sang ibu.

Disela-sela aktivitas berpelukannya, tiba-tiba ada suster yang nyelonong masuk, ia berjengkit kaget mepihat pemandangan tersebut.

"Eh.. Mm.. Pasien Kanaya akan dipindahkan diruangan rawat biasa, jadi segera bersiap-siap ya?!"

~°°°°~

Kini Kanaya dan Alfino sudah berada diruangan baru, Alfino juga sudah memberi tahu orang rumah pasal hal ini. Namun, Alfino tidak memberitahulan jika Kanaya sudah sadar, tentu hal itu membuat Alvin dan Farhan bingung bukan main. Namun Alfino sudah menyuruh agar mereka sekua segera datang kerumah sakit.

Bunyi notifikasi terdengar dari hendfon Alfino, pria itu membuka aplikasi hijau. Ternyata mereka semua sudah sampai didepan rumah sakit. Alfino pun meminta izin kepada Kanaya untuk keluar, dan tentu Kanaya membolehkan hal tersebut.

Dear Alfino (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang