10 : Seribu Pertanyaan

2.2K 201 11
                                    

Keesokan harinya..... ⏰⌚

"Aaaaaaa!! Anjir kaget gua, itu alarm nggak bisa pelan-pelan apa bunyinya!?" Kanaya memekik tatkala bunyi alarm kamar tersebut berbunyi, pasti ini semua karena Alfino.

"Astaga Nay, itu suara apa toak masjid sih? Kenceng banget suaranya, masih pagi juga udah teriak-teriak aja, budek nih kuping gue." Alfino berucap sambil menutup rapat telinganya dengan bantal.

"Tau ah, udah jam setengah lima nih, yok mandi?" ajak Kanaya sambil berjalan menuju ke kamar mandi.

"Hah? Maksud lo mandi bareng gitu?" tanya Alfino, kaget.

"Maksud gue itu, yok mandi itu, gimana ya. Mm...maksudnya jangan tidur lagi, siap-siap buat mandi gitu, biar handuknya nggak kelupa lagi kayak kemarin." Elak Kanaya sambil masuk ke kamar mandi dengan langkah gontai nya.

"Bingung pisan euy," gumam Alfino pelan sambil menggaruk tengkuknya yang sebenernya tidak gatal sama sekali.

"Alfino, handuk gue dong tolong lah!" teriak Kanaya dari dalam kamar mandi.

"Sukurin siapa suruh tadi kelupaan, sok sokan ngingetin gue lagi tadi, sekarang malah kebalik sendiri kan," cibir Alfino sembari menyerahkan handuk untuk kanaya.

"Ya sory kali Al, sensi banget sih lo, lagi PMS ya?" Kanaya kini malah meledek Alfino.

Jam kini sudah menunjukkan pukul setengah 6 pagi, mereka berdua pun langsung segera pulang ke rumah papa dan mama Kanaya.

Semoga saja mereka hari ini tidak terlambat, kalo terlambat mungkin mereka akan di jemur di lapangan sampai jam istirahat tiba. Membayangkannya saja sudah membuat Kanaya bergidik tak mau.

"Assalamualaikum mah, pah." Kanaya dan Alfino berujar dengan kompak, sembari memasuki rumah besar tersebut.

"Waalaikumsalam Nay, Al. Ya ampun! Kalian ini bikin mama khawatir tau nggak, bisa-bisanya kalian semalem nggak pulang, kamu masih perawan kan? Masih kesegel gak? Kenapa sih kalian? Semalem emangnya kamu lagi..." Dian menggantungkan pertanyaannya.

"Apaan sih Ma, kita nggak ngapa-ngapain, lagian kita baru aja nyampe udah di tanyain kaya gitu, kita ngga pulang karna semalem itu macet banget, tanya aja sama Alfino, iyakan Al? Kita nggak ngapa-ngapain kan yak?"

Setelah puas menggoda anaknya, akhirnya Dian pun mengizinkan Kanaya dan Alfino untuk naik ke lantai atas, hanya untuk sekedar berganti baju saja.

Dan setelah beberapa menit kemudian, mereka berdua pun kembali turun ke lantai bawah.

"Kanaya, Alfino kalian kemarin kemana aja sih? Kenapa nggak pulang?" tanya Farhan dengan tatapan masih mengarah kehendfonnya. "Mereka nginep di hotel Pah." Dian menjawab sambil mengoleskan selai kacang ke roti dan memberikan itu ke Farhan.

"Eh pa, jangan salah faham dulu, kita nginep di hotel karna tadi malem itu macet pake banget, sedangkan Kanaya udah capek, jadi Alfino mutusin buat nginep di hotel deh gitu, tapi kita ngga ngapa ngapain kok." Kanaya menjelaskan panjang lebar dengan cengiran khasnya.

"Ya udah, gih sana berangkat, nanti telat lagi, kalo telat kan nanti di jemur di lapangan, dan itu ngebuat papa khawatir, dah lah sana!" Farhan mengibas-ngibaskan tangan layaknya seseorang yang sedang mengusir ayam.

Kanaya dan Alfino langsung beranjak dari kursi dan berangkat dengan menggunakan mobil Alfino, suasana di mobil itu mendadak menjadi canggung.
Tidak ada pembahasan untuk di bahas.

"Mm?" ucap mereka serentak.

"Lo duluan aja deh," ucap mereka serentak lagi, dan sekilas mata mereka pun terkunci satu sama lain.

Dear Alfino (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang