Plok
Plok
Plok
"Masih koma ternyata." ujar gadis itu sembari tersenyum devil, dia menatap tubuh Kanaya yang terbaring lemas itu dengan tatapan sengit.
"Lo ngapain disini Sella!" bentak Alfino. Dia cukup kaget dengan keberadan Sella yang tiba-tiba muncul daru balik pintu.
Sella menatap Alfino, kini bukan dengan tatapan sengit yang ia berikan saat menatap Kanaya. Tatapan kali ini menandakan tatapan rindu yang teramat sangat dalam. Gadis itu hendak memeluk tubuh Alfino, namun secepat mungkin Alfino berbalik badan menghindari Sella.
Namun, Sella tetap mengejarnya, gadis itu benar-benar tidak tahu malu. Sella memelum pinggang Alfino possessif, tangannya meraba dada bidang atletis milik Alfino.
"Minggir lo jalang! Jangan sentuh gue, tangan kotor lo nggak pantes megang-megang tubuh gue yang baru aja bersih karena gue selalu megang tangan Kanaya!" pekik Alfino yang tidak terima dengan perlakuan tak sopan santun dari Sella. Lelaki itu melepaskan pelukan kasar dari Sella dan setelah itu ia menghempaskan tubuh Sella.
"Sayang, kamu kenapa kasar? Aku itu istri kamu sayang!"
"Nggak tahu malu! Lo itu bukan istri gue Sella! Dasar parasit kehidupan, lo nghak pantes buat hidup didunia ini, lo itu nggak lebih dari seorang jalang tau nggak! Pergi, gue jijik sama lo!" hardik Alfino semakin panas karena ucapan Sella barusan.
Sella mulai mengeluarkan air mata buayanya, ia menangis tersedu-sedu sembari memeluk kaki Alfino, benar-benar ya, Sella merendahkan harga dirinya sendiri.
"Aku tau Alfino, kamu itu masih cinta sama aku, kamu cuma gengsi aja. Udah ya, jangan marah-marah, terkadang orang itu emang gengsi mau ngungkapin perasaannya!"
"Gengsi apaan lah Anjir! Gue emang nggak suka sama lo! Jangan pernah berharap lagi Sel! Lihat penampilan lo sekarang! Udah kaya lonte yang habis pulang nge clubbing tau nggak!
Sella melotot mendengar hinaan Alfino, ia menatap dirinya sendiri dari bawah. Benar sjaa, dengan pakaian lusuh, rambut yang acak-acak bagaikan orang gila, celana yang sobek, ntah kapan celana kurang bahan itu sobek.
Sella berlari keluar. Akhirnya Alfino bisa bernafas lega, dia terduduk disofa, untung sikembar tidak terbangun karena pertengkaran tadi.
Alfino beranjak, dia menjumpai anak-anaknya yang tertidur pulas dibox bayi.
"Anak ayah, kalian tadi terusik ya tidurnya? Maafin ya, tadi ada orang gila yang dateng kesini, mau rebut ayah dari kalian dan bunda. Tapi ayah akan selalu berada disamping kalian kok, promise!" ujar Alfino.
Tiba-tiba tangis dari Gemini pecah, gadis kecil itu menangis membuat Alfino kalang kabut, tidak biasanya Gemini menangis begitu kencang seperti ini, benar-benar membuat jantung Alfino mau copot.
"Stttt.. Sayang, jangan nangis ya, Yah disini," pinta Alfino, pria itu mengecup pipi gembul milik anaknya.
Tidur panjang Kanaya terusik karena tangisan dari bayi-bayi tersebut, perlahan tangannya mulai bergerak. Dan setelah itu dia mulai mengerjabkan matanya.
Ruangan bernuansa putih yang pertama ia lihat, bau obat-obatan yang pertama menyeruak dihidungnya, tangisan dari seorang bayilah yang pertama ditangkap oleh telinganya.
Perempuan itu menoleh kearah samping, senyumnya terukir tatkala melihat sosok yang ia yakini adalah Alfino tengah menenangkan seorang bayi, pasti anak Sella. Pikirnya.
Kanaya berfikir, dirinya saat ini berada dirumah sakit, ingatannya beralih pada 9 bulan yang lalu ketika dia kecelakaan, dan tentu, tidak mungkin lagi anaknya bisa selamat.
"A-alfino.."
Tubuh Alfino bergetar tatkala mendengar suara lirih tersebut, ia menengok kebelakang yang ternyata sudah ada Kanaya yang menyambutnya dengan senyuman tipis.
"Kanaya?" Kanaya mengangguk lemah. Dengan sigap, Alfino meletakkan Gemini kedalah Box, setelah itu ia menghampiri Kanaya dan memeluk perempuan tersebut.
"Kanaya kenapa tidurnya lama? Alfino nungguin Kanaya dari 9 bulan yang lalu, Kanaya lelap banget tidurnya, sampai nggak ada niatan buat membuka mata dan ngelihat Alfino dan anak-anak kita." Gerutu Alfino, jika semua orang akan menyuruh pasangannya yang bangun dari koma itu untuk istirahat, namun tidak dengan Alfino. Pria itu malah mengadu bagaiakan anak kecil.
"Anak kita? Anak kamu sama Sella kali, bukannya aku udah sembilan bulan koma, itu kata kamu kan?" ujar Kanaya sembari tersenyum tipis.
"Nggak Kanaya! Setelah kamu dinyatakan koma, dan aku tau semuanya dari Aska, terus aku langusng cerai sama Sella! Aku nggak mau hidup sama seorang pembohong! Kamu percaya sama aku ya?" jelas Alfino, Kanaya hanya manggut-manggut saja.
Pandangan Kanaya beraloh pada Box bayi yang terletak tidak jauh dati ranjangnya, ia menatap Alfino, seolah meminta penjelasan.
"Dia anak kamu, anak kita. Dia selamat Kanaya." Alfini menjelaskan dengan sangat antusias, laki-laki itu sangat bahagia hari ini, Kanaya telah sadar dari koma, dan dia sudah bisa mengeluarkan unek-uneknya ke Sella.
Kanaya menutup matanya tak percaya, sebutir air mata mengalir daru ujung matanya, dia benar-benar sangat bahagia sekali, baru sekarang ia merasakan kebahagiaan yang benar-benar WAW.
Alfino mendorong box itu agar lebih dekat dari Kanaya, dan Kanaya, dia beeusaha untuk memposisikan dirinya agar terduduk. Walapun badannya serasa remuk sekarang.
"Anak Kanaya?"
"Iya, ini anak Kanaya sama anak Alfino, mereka kembar, cantik dan genteng, Gemini dan Leo, aku emang ngasih nama kaya gitu, heheh." Alfino menjelaskan sembari terkekeh diakhir kalimatnya.
Kanaya sangat terharu melihat bayi-bayi mungil yang kini tengah teetidur lelap tersebut, bibirnya selaku menyunggingkan senyuman tipis, sampai Alfino enggan untuk memanggil dokter dan suster untuk sekedar memeriksa kondisi Kanaya.
Alfino memberikan Gemini untuk digendong oleh Kanaya, sedangkan Leo sekarang berada didekapan Alfino. Lagi-lagi Kanaya hampir menangis.
"Huaaa.. Alfino! Aku nggak nyangka, aku udah jadi bunda aja, anak bunda cantik dan ganteng, maafin bunda ya, bunda udah tidur lama banget," celoteh Kanaya yang membuat Alfino tersenyum geli.
"Mama sama Papa mana?"
"Mereka pulang, nanti malem baru dateng," jawab Alfino yang membuat Kanaya mendesah kecewa. Wanita itu mengerucutkan bibirnya, sangat lucu sekali walaupun sudah punya ekor 2.
Alfino meletakkan Leo dibox, dia berinisifatif untuk menelepon semua orang yang dia anggap dekat dengan Kanaya, tak terkecuali Aska dan Wendy.
"Udah jangan sedih dong."
"Telefon siapa tadi?" tanya Kanaya penuh selidik.
"Dih, cemburu ya? Aku nggak telefon siapa-siapa kok Nay, jangan fikir aku telefon sama cewek! Aku udh beda dari Alfino yang dulu, dihadapan kamu ini adalah Alfino yang baru, yang udah punya dua ekor!" sahut Alfino cemberut, yang membuat Kanaya tertawa ngakak.
Namun, sedetik kemudian, perempuan itu meringis karena merasakan kepalanya yang sangat pusing dan nut-nutan.
"Bentar ya, aku panggil dokter, kamu istirahat aja!" pamit Alfino, Kanaya hanya menganggukkan kepalanya saja, setelah itu ia kembali membaringkan badannya.
Hai guys! Gimana nih? Aku cuma sekedar ngingetin huat kalian, jangan lopa Vote! Karena itu bener-bener penting banget, aku nggak nyari views, aku nyarinya vote oke! Aku nyari vote!
JANGAN LUPA VOTE NASVERS! (NANAS LOVERS)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Alfino (END)
Teen FictionStart : September 2020 Finish : Desember 2020 Tidak perlu banyak basa-basi untuk mengatakan kata cerai dan putus, karena berbasa-basi itulah yg membuat seseorang bertambah sakit dan terluka. Jangan berkata kata manis dan menjalin se...