6 : Pernikahan

3.6K 244 18
                                    

Setelah beberapa saat menunggu, orang tua Kanaya dan Alfino pun datang, mereka datang dengan raut muka yang tidak bisa di tebak, sehingga membuat Kanaya mulai cemas dengan nasib nya itu.

"Mah, pah, Kanaya ngga ngelakuin hal itu kok, mah pah, percaya dong sama Kanaya," isak Kanaya yang masih saja menangis. "Udah! jelasin di dalem! Kanaya bikin malu Mama sama Papa." Tekan Dian disetiap kalimatnya.

"Loh, pak Farhan, itu anak anda? Astaga udah besar aja, oh iya kenalin ini anak saya namanya Alfino," ucap Alvin (papa Alfino) sambil menjabat tangan Farhan (papa Kanaya).

"Iya pak Alvin, ini anak saya, anak bapak ganteng sekali kayak anda, ya udah langsung kita bahas aja sekarang soal anak-anak kita, mari," balas papa Kanaya.

Setelah cukup lama mengobrol dan sedikit menginterogasi anak mereka masing-masing mereka pun memutuskan untuk menikah kan saja Kanaya dan Alfino, dan yap, keputusan itu pun di tolak oleh mereka berdua.

"Pah, Kanaya, ngga mau nikah sama Alfino, dan juga Kanaya sama Alfino ngga ngelakuin apa-apa. Mah, bilang sama papa kalo ini cuma bohong, Kanaya nggak mau nikah!" tegas dan teriak Kanaya memberontak.

"Udah Kanaya, kamu nurut sama papa, Alfino itu baik, papa kenal sama papa nya dia, apalagi Alfino ini kan tampan, pasti mudah untuk kamu mencintai dia," paksa farhan sambil menatap dalam putrinya.

Pada akhirnya mereka berdua pun di bawa ke KUA terdekat, rasanya kanaya ingin di telan oleh bumi saja, dari pada dia harus menikah dengan orang yang belum dia cinta sebelumnya.

"Saya terima, nikah dan kawinnya, Kanaya Megantara binti Farhan Megantara. Dengan mas kawin uang tunai sebesar 5 juta, dan perlengkapan alat sholat, dibayar tunai!" ujar Alfino dengan sekali tarikan nafas.

(Nikahnya tiba-tiba gess, jadi mas kawinnya cuma segitu 😌)

Kalimat per kalimat telah di ucapkan oleh Alfino, pelan tapi pasti, perlahan keringat mulai bercucuran dari wajah nya. Ya kenapa tidak, pasti bagi seorang laki-laki yang sedang mengucapkan kalimat ijab qobul pasti berkeringat.

Tak bisa di pungkiri kalo mereka berdua sangat tegang, dan setelah kalimat suci itu telah selesai di ucapkan, terdengar kata "SAH" dari semua orang yang ada di dalam ruangan yang lumayan besar itu.

Tak terasa buliran kristal bening telah jatuh dari pelupuk mata, menikah dengan orang yang tidak di cintai, harus tinggal serumah, harus bertemu setiap hari, membuat dua muda-mudi itu tertekan.

Kanaya pun mencium tangan Alfino, tangan nya begitu hangat, dan sangat nyaman di pegang, kalo saja dia menikah dengan Alfino di saat ia juga sedang mencintai nya, tapi ini tidak sama sekali.

"Selamat ya nak, kalian udah menjadi pasangan suami istri, kita seneng banget, oh iya al, kamu jaga nafsu ya, kasian Kanaya nanti kalo dia hamil di saat masih sekolah" goda pak Alvin sambil tertawa.

"Apaan sih Pa, kok ngomong kaya gitu, Alfino nggak bakalan sama sekali nyentuh kanaya kok." Elak Alfino salah tingkah.

"Ya, kan bukan nggak mungkin nanti kamu khilaf Al, apalagi istri kamu ini cantik," kali ini bukan Alvin! Namun Dina (mama Alfino).

"Udah lah jeng, jangan di godain anaknya kasian nanti, ya udah sekarang kalian cepat-cepat balik ke tempat persami, pasti mereka semua khawatir sama kalian," ucap Dian sambil melemparkan senyuman.

Akhirnya mereka pun pergi meninggal kan KUA, mereka pun berjalan ke arah tempat persami, mimpi apa kanaya sehingga dia menikah muda dengan seorang gunung es itu.

"Al, hubungan kita gimana?" tanya kanaya memberanikan diri untuk bertanya kepada Alfino yang sedari tadi mengabaikan nya dari tadi.

"Ya kita harus terima kanyataan, apalagi menikah itu hanya satu kali dalam seumur hidup, lo bakal jadi yang pertama dan jadi yang terakhir." Jawab Alfino sambil tersenyum ke arah Kanaya.

Kanaya pun terharu dengan pernyataan yang di lontarkan oleh Alfino.

"Awwwhh, jadi malu!" jujur Kanaya sambil menutup wajahnya.
"Jujur banget sih," kekeh Alfino, geli karena ucapan kanaya.

"Ternyata lo itu, ngga sedingin yang gue kira ya," celetuk Kanaya pada Alfino.

"Gue emang cuek Nay, tapi gak dingin kaya apa yang lo bilang," jawabnya santai.

"Berdoa aja, semoga kisah hidup kita kayak yang di novel-novel" lanjut Alfino. "Kenapa, kan kalo di novel itu halangan sama cobaan nya banyak banget." sahut Kanaya dengan nada agak sewot.

"Ya jangan ambil kejelekan nya Nay, ambil yang bahagia aja," jawab Alfino enteng. "Bener juga kata lo. Eh Al, gue mau minta tolong dong!" izin Kanaya

"Mau minta tolong apa?" tanya Alfino.
"Tolong buat gue jatuh cinta sama elo." ujar Kanaya dan di balasan senyuman oleh Alfino.

Tak terasa mereka pun telah sampai di tempat perkemahan, para siswa dan siswi yang melihat kanaya dan Alfino kembali sontak menjerit dan berteriak-teriak kepada pak Budi.

Lala yang sedari tadi masih mengobrol-ngobrol dengan Wendy seketika berlari menuju kerumunan ketika mendengar teriakan siswi tadi.

"Omaigats, Kanaya? Elo ngga papa kan? Sumpah gue panik banget pas denger elo hilang, gimana kondisi lo? Baik-baik aja kan? Lo ngga macem-macem kan Nay sama dia?" tanya Lala dengan berturut-turut, dan pertanyaan itu sukses membuat Kanaya pusing.

"Kanaya baru aja dateng La, udah kalian istirahat dulu aja!" titah pak Budi.

Setelah itu Kanaya dan Alfino pun istirahat, kejadian hari ini sungguh sangat menguras tenaga dan fikiran, untung saja tadi pak Budi menyuruh mereka beristirahat, kalau tidak mungkin mereka sudah di serang dengan berbagai pertanyaan dari siswa dan siswi.

Malam pun tiba para siswa dan siswi pun di kumpulkan oleh pak Budi.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh." ucap pak Budi memberi salam. "Waalaikumsalam WR. WB." jawab para siswa serentak.

"Bapak mengumpulkan kalian disini karna ada sebuah pengumuman, dengan berat hati bapak harus memberitahukan kalau besok kita pulang," ucap pak Budi.

"Loh.. emang kenapa pak, kan baru dua hari kita di sini, kok udah pulang aja sih?" tanya Wendy pada pak Budi.
"Bu Isma meninggal, jadi para guru harus ngelayat ke sana," jawab pak Budi sedih.

"Hah bu Isma meninggal?" teriak para siswa dengan kaget nya. Mereka juga turut ikut sedih dengan berpulang nya bu Isma, bu Isma adalah seorang guru matematika yang di kenal sangat killer, namun tetap saja, yang namanya guru pasti akan di sayang oleh para muridnya.

"Bu Isma kenapa pak, maksud saya bu Isma meninggal karna apa, sakit atau gimana?" tanya salah satu murit.

"Bu Isma meninggal karena kecelakaan di jalan raya, kepalanya terbentur dan itu membuat dia koma, dan setelah 12 jam koma, bu Isma di nyatakan sudah meninggal," jawab pak Budi prihatin.

Ya begitulah, di usianya yang masih di bilang muda bu Isma harus mengalami nasib tragis seperti itu, memang benar orang katakan, ajal itu tidak memilih, dia akan datang kalau sudah waktunya, entah itu anak-anak, remaja, dewasa, muda atau pun tua, terkadang anak-anak meninggal terlebih dahulu dari pada orang tuanya, jadi muda itu tidak bisa untuk menjadi kan alasan untuk sang ajal.

Selamat tinggal bu Isma, semoga amal ibadah nya di terima oleh Allah SWT.

Gimana? Geje ya?, maaf ya author masih belajar nulis soalnya, Mm... apa kalian pernah mengalami nasib seperti Kanaya? Harus menikah muda gitu.

aku doain semoga ngga ada ya yang kayak kanaya dan Alfino, oh iya kalian juga pernah ngga di tinggal sama guru kalian, atau mungkin orang yg kalian sayang gitu.

Kalo ada, semoga almarhum khusnul khotimah dan di terima di sisi tuhan, oh iya jangan lupa ya untuk voment nya, karna dukungan kalian sangat berharga buat author.

Dear Alfino (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang