41 : Cuma Mimpi

5.5K 137 14
                                    

"Hah!"

Alfino membuka matanya, peluh dikeningnya begitu nampak jelas, tersirat rasa kekhawatiran diwajah tampannya. Pria itu mengedarkan pandangan, ternyata kondisinya masih sama.

Kanaya masih terbaring koma selama 9 bulan, ada Leo dan Gemini yang sedang tidur diranjang bayi.

Alfino menghampiri Kanaya, pria itu menatap Kanaya sendu, sudah berbuka-bulan dirinya menanti Kanaya, namun gadis itu belum juga tersadar dari komanya. Rasa rindu seakan sudah memupuk didalam hatinya, rasa rindu yang sebentar lagi akan meletup, apapun caranya, dia akan menggagalkan takdir yang sudah aku rancang dengan tuhan, harus! Kanaya harus terbangun secepat mungkin.

Alfino tersenyum tipis melihat wajah Kanaya yang tampak pucat, bukan senyum yang menunjukkan kebahagiaan, namun senyuman yang menunjukkan kepedihan dalam hidupnya.

Bulan lalu, tepatnya dua jam sebelum Gemini dan Leo lahir. Alfino hendak bunuh diri dengan cara melompat dari atas gedung rumah sakit. Untung saja ada Wendy yang menggagalkan tencana tersebut, dia tidak mau Alfino menambah sejarah baru dengan cara bunuh diri dirumah sakit ini, rumah sakit Jaksa Media sudah angker karena bangunannya yang tua, dia tidak mau Alfino menambah keangkeran untuk rumah sakit ini.

“Udah 9 bulan kamu koma Nay, hampir aja 10 bulan. Apa kamu nggak capek jadi putri tertidur kaya gini? Kamu nggak capek bikin aku sedih? Ayo bangun Nay! Kalo kamu bangun aku bakal ngelakuin apapun yang kamu mau, aku akan beliin kamu coklat, beliin kamu es krim, beliin kamu make up, baju, dan barang-barang bagus yang biasa kamu beli, aku bakal nyanyiin lagu kesukaan kamu juga Nay. Bangun yuk, jangan tidur terus, lihat deh, Leo sama Gemini lagi nungguin kamu, mereka selama satu bulan ini cuma dikasih susu formula loh, apa kamu nggak kasian sama mereka Nay?" celoteh Alfino, walaupun dia tau, kalau Kanaya tidak akan menjawab semua pertanyaan yang mbulet tersebut.

Alfino memeluk tubuh Kanaya erat, ia tidak mau kehilangan Kanaya, dia takut dengan mimpinya semalam. Ia tidak kuat jika harus berpisah dengan Kanaya, dia tidak mau!

"Nay, aku tadi mimpi buruk. Aku mimpi kalau kamu itu ninggalin aku, Gemini dan Leo. Nggak cuma kita bertiga sih, kamu juga ninggalin Mama Dian, Papa Farhan, Mama Diana, Papa Alvin, Bunda Kiky, Ayah Gerhana, Bang Bintang, Lala, Wendy, dan juga Aska. Komplitkan? Nggak ada yang terlewat sama sekali, hehe," kekeh Alfino. Jika kalian melihat adegan tadi, pasti kalian akan menatap miris Alfino, pria itu seperti tidak mempunyai semangat hidup, hari-harinya hanya berwarna, putih, Abu-abu dan Hitam, matanya pun beeubah menjadi mata panda dan berkanging karena keseringan begadang hanya untuk mengajak Kanaya mengobrol, padahal Kanaya juga tidak akan menjawab, tapi apa salahnya untuk mencoba?

"Hai om, ini ada titipan coklat dari kakak-kakak disana." Alfino terkaget ketika mendapati seorang anak laki-laki yang mmebuka pintu ruang rawat Kanaya, dia tersenyum, lalu mengambil coklat tersebut.

Alfino merasa heran, kira-kira siapa yang mengirimi coklat ini? Coklat dengan ukiran tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, coklat favorit dari kanaya.

Alfino melihat sebuah surat yang terselib didalam bungkus coklat tersebut, ia membaca isi surat itu. Tidak ada raut muka kecemasan dalam wajahnya.

Hai Alfino!

Ini aku, Sella. Gimana kabar Kanaya? Masih kritis? Bagus deh, berarti aku masih punya waktu buat deketin kamu lagi, hahahah.

Alfini semakin menyerngitkan daginya heran, siapa dalang dibalik coklat ini? Apa mungkin ini Sella?

Cklek

Plok

Plok

Plok

Dear Alfino (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang