16 : Terungkap

1.8K 150 11
                                    

Flash Back Of...

Kurang lebih ya begitu lah ceritanya, apa kalian juga pernah di cintai sama guru sendiri, kayaknya ada deh.

Di lain tempat Kanaya tengan meremas kuat rok mini selututnya, dia menggigit bibir bawahnya, dia juga masih enggan untuk membuka suara.

Lala yang melihat Kanaya pun hanya menatap seolah curiga, apa sebenarnya yang sedang di sembunyikan oleh sahabatnya ini? Apa ada rahasia?

"Nay!? Ngomong sama gue! Ada apa sih sebenernya?" tanya Lala sambil menatap lekat manik mata Kanaya.

"Lo jangan kaget ya La, sebenernya gue itu bukan seorang gadis lagi." ucap kanaya sambil tertunduk, namun Lala malah tertawa dengan perkataan Kanaya.

"Hahahahahaha! Maksud lo, lo dah istri orang gitu? Jangan banyak ngehayal deh Nay! Siapa suami elo? Jongkok? Sojeon? Atau Suho? Hahahaha!" tawa Lala terbahak-bahak.

Kanaya menatap datar Lala yang masih asik tertawa hingga terpingkal-pingkal, baginya tidak ada yang lucu.

"Gue tuh serius, sebenernya pas gue hilang di hut-"

"Halo Nay, La." sapa Wendy yang tiba-tiba datang dan memotong penjelasan dari Kanaya, dan tentu itu membuat Kanaya sangat kesal dibuatnya.

Mereka pun saling terdiam, masih setia dengan pamikiran masing-masing, namun hal itu tidak berselang lama, karna Alfino datang, dan membawa makanan kesukaan mereka.

"Dih... Si anjir, tumben-tumbenan lo ngetraktir kita, habis jadian ya? Okey berarti ini termasuk PJ!" seloroh Lala sambil mengambil satu piring nasi goreng dari nampan.

"Bukan PJ kali nyet!" sahut Wendy sembari menjitak kepala Lala.

"Dih... Sakit Bambang!" sewot Lala berteriak tepat di depan telinga Wendy, dan Wendy sontak menutup telinganya dari serangan toak.

Kanaya yang melihat dua sahabatnya itu hanya tertawa kecil saja, kebahagian nya itu sangat lah sederhana, dengan melihat orang terdekatnya tertawa maupun kesal, maka diapun juga akan turut merasakan kebahagiaan itu.

Kanaya melirik Alfino, ada apa dengan nya? Tadi pagi masih ceria, ah sudah lah dari pada penasaran mending dia bertanya saja langsung.

"Kamu kenapa Al?"

"Jangan di tanya Nay! Lo tau nggak? masa nih ya, bu Indi itu kemarin udah godain Alfino, sampe seragamnya Alfino itu ada bekas lipstiknya bu Indi, gila tuh guru." sahut Wendy sewot.

Kanaya yang mendengar penjelasan Wendy pun sontak membulatkan matanya, dan seketika tawanya pun meledak sampai didengar oleh siswa dan siswi lainnya.

"Sory!" ucapnya sambil cengengesan sendiri, sedangkan Alfino? Dia hanya menatap sebal ke arah Kanaya.

Mendadak suasana menjadi hening, kantin yang sedari tadi sangat ramai dengan ghibahan para siswa dan siswi mendadak senyap.

"Wey, pada kenapa sih?" tanya Kanaya sambil menggebrak meja dengan keras, dan yap, sontak para siswi pun nyengir kuda melihat tingkah Kanaya.

"Udah lah, sini duduk!"

"Terus Wen! Rencana kalian berikutnya apa? Apa kalian mau ngelaporin bu Indi ke kepala sekolah?" tanya Lala dengan tangan yang sedari tadi menopang dagu.

"Emang ada bukti?" tanya Kanaya ketus.

"Ada kok, kalo gitu yuk lah, kita ke ruang Kapsek! Lu berdua nunggu di luar! Biar gue sama Wendy yang masuk ke dalem dan ngelaporin semuanya!" ucap Alfino mantab.

Mereka pun berjalan menyusuri koridor sekolah, iya! Hanya berempat saja, jadi tak heran lagi kalo para siswi melirik sinis, pasalnya mereka iri melihat Lala dan Kanaya yang bisa dekat dengan Alfino.

Dear Alfino (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang