"Ya ngga usah maju-maju juga kali Al," cicit Kanaya sambil mendorong tubuh Alfino agar menjauh dari tubuh nya.
Tiba-tiba hendfon kanaya berdering, pertanda ada yang menelfonnya, entah siapa yang menelfonnya karna Kanaya malas untuk sekedar menatap layar tersebut.
......
Diseberang sana, terdapat Aska yang tengah berbaring diatas brangkar rumah sakit, orang tuanya sudah datang, dan berakhir dengan ucapan sampah mereka.
"Mama harap kamu gak bakal kaya gini lagi Aska, kamu ngelanggar aturan, gak mematuhi aturan, kalau sekolah udah nyediain alat transportasi kenapa kamu harus sok2an pakai mobil pribadi? Kenapa? Apa karena Kanaya itu? Hah?"
Aska menghela nafas lelah, sudah ia duga mamanya akan menyangkut pautkan semua ini dengan kekasihnya, Kanaya.
"Putusin dia Aska." Sontak Aska membulatkan matanya mendengar sang Papa mengucapkan kata-kata barusan, sungguh permintaan yang amat konyol bagi dirinya.
"Gak mau Pa, Aska sayang sama Kanaya, Aska gak mau lepasin Kanaya," ujarnya.
"Kamu harus nurut, kita berdua udah nentuin wanita buat kamu, kondisi kamu sekarang juga lagi serius gegara benturan dikepala, kalo kamu tetap dengan pendirian kamu, terpaksa kita berdua bakal mindahin kamu, cepat akhiri hubunganmu dengan gadis itu Aska, tak ada penolakan lagi."
Sang papa meraih ponsel Aska diatas nakas, mencari kontak Kanaya yang ia pin dibagian atas sendiri, lalu menekan tombol telepon. Aska melakukan ini dengan terpaksa.
"Hallo ini siapa ya?" tanya Kanaya.
"Ini Aska Nay," jawab Aska di sebrang sana."Aska? Gimana Aska? Aska baik-baik aja kan sekarang?" tanya Kanaya.
"Lumayan sih Nay, oh iya, maafin aku ya Nay, aku mau kita putus, maafin aku ya, mungkin aku ngga bakal ketemu sama kamu lagi," ucap Aska kemudian dia menutup sambungan telefon nya.
Tak terasa air mata kanaya jatuh, entah kenapa dia merasa jika dia sudah benar-benar sangat cinta dengan Aska, namun Aska malah meminta putus dari dia, sungguh sakit. Entah apa jurus yang di gunakan Aska sehingga dia berhasil membuat Kanaya masuk kejerat pesona seorang Aska.
"Aaarrrgggg... Aska, hiks... hiks... di saat gue udah kembali cinta sama elo, lo malah ngajak kita putus, lo udah mainin perasaan gue Aska, lo jahat," rintih Kanaya sambil menjerit kecil dan menangis.
Alfino yang mendengar tangisan kanaya pun menengok, terlihat gadis itu menangis dengan wajah pucat nya.
"Kenapa?" tanya Alfino sok care. Walaupun sebenarnya, dia sangat tidai peduli dengan Kanaya. Namun, karena isak tangis gadis itu membuat aktifitas membaca Alfino menjadi teeganggu.
"Diem deh lo! Gue lagi ngga mau ngomong dulu, lo ngga lihat gue lagi sedih apa?" sinis dan ketus Kanaya sambil menangis sesegukan dengan tangan yang menutupi wajah cantiknya.
"Owh, gak papa sih, gue tanya, biar gak disangka cuek, tapi pas gue tanya lo malah nyolot," ujar Alfino.
"Nyolot? Emang gue kodok apa pake nyolot segala," balas Kanaya cuek.
"Ya siapa tau, lo berubah jadi putri kodok," ucap Alfino sembari terkekeh kecil. Mereka berdua pun tertawa bersama.
"Ngaco lo, Btw, makasih ya Al," ujar Kanaya ikut tersenyum manis kearah Alfino.
"Buat?" tanyanya dengan heran. "Ya makasih, berkat elo gue jadi udah baikan, dan ngga sedih lagi, gimana kalo sekarang kita temen, mau nggak?" tawar Kanaya sambil senyum ala pepsodent.
"Gue harap, lo mau temenan sama gue itu tulus, bukan untuk ngedeketin gue."
"Anjay, pede gilak!"
"Pokoknya kita temenan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Alfino (END)
Novela JuvenilStart : September 2020 Finish : Desember 2020 Tidak perlu banyak basa-basi untuk mengatakan kata cerai dan putus, karena berbasa-basi itulah yg membuat seseorang bertambah sakit dan terluka. Jangan berkata kata manis dan menjalin se...