"Aska?!" ujar Dian yang baru saja datang, dia terkejut melihat Aska yang sedang sesegukan dengan bercak darah yang cukup banyak dibaju seragamnya.
"Kanaya tan," lirih Aska, dia memeluk tubuh Dian, dan menangis tersedu-sedu dipundak Dian. Sedangkan Dian, dia merasa bingung dengan apa yang terjadi.
Dia sudah dibuat heran dengan suaminya yang tiba-tiba mengajaknya kerumah sakit, dan sekarang malah ditambah dengan Aska yang tiba-tiba menangis dan memeluknya.
"Ada apa nak?" tanya Dian.
"Ke-kanaya, di-dia koma,"
Duarrrrr...
Hati Dian terasa diiris-iris, tubuhnya seketika roboh. Air matanya mengalir deras bagaikan sungai Yamuna, dia sangat terkejut mendengar berita ini.
Anaknya, anak gadisnya, anak tunggalnya kini koma, fikirannya kini sangat lah buruk. Dia takut, takut akan kematian yang entah kapan akan mengambil nyawa anaknya.
"Hahh.. Anak kita pa, anak kita koma," isak Dian, dia memeluk tubuh Farhan dan meraung-raung didada bidang Farhan.
Farhan juga sama, dia ikut menangis. Namun sebisa mungkin dia menyembunyikan tangisnya, dia harus kuat demi Dian. Jika Farhan menangis maka Dian akan lebih dari itu.
"Sabar ma, bentar lagi Kanaya pasti akan siuman, mama jangan nangis ya, ada papa disini" ujar Farhan menenangkan Dian.
Cukup lama Dian menangis, dan akhirnya kini dia sudah berhenti. Dia hanya sedikit terisak, dan meneteskan air mata jika teringat Kanaya.
"Cucu kita gimana pah?" tanya Dian. Farhan tak menjawab, dia malah menatap Aska yang masih termondar-mandir didepan pintu ICU milik Kanaya.
"Kandungannya lemah tan," jawab Aska. Dia menatap Dian nanar, dia sangat merasa bersalah. Padahal ini jelas bukan salahnya.
Dian menghela nafas lega, masih ada calon cucunya untuk menjadi alasan agar Kanaya tetap bersemangat untuk hidup nanti.
"Televon Alfino!" pinta Dian yang diangguki oleh Farhan.
****
"Sell bangun, ayo bangun dan beres-beres, lihat kamar ini! Kotor banget, lo cewek seharusnya bangun duluan dari pada gue!" ketus Alfino yang sudah jengah dengan Sella.
Padahal mereka baru saja menikah dan Sella sudah malas-malasan seperti ini. Sangatlah beda dari Kanaya. Huffttt.. Alfino jadi merindukan Kanaya.
Derrttt... Derrtttt...
"Halo, ada apa pah?" tanya Alfino.
"Kanaya koma, kamu cepat-cepat kerumah sakit Jaksa Media ya," pinta Farhan, yang membuat Alfino terkejut bukan main.
"Apa?! Kanaya koma? Oke-oke pa, Alfino bakal cepat-cepat kesana," balas Alfino. Dia sangat khawatir dengan Kanaya, dia sanget heboh dan segera membereskan baju dan barang-barangnya. Biarlah Sella tertidur, sekiranya Sella tidak terbangun dari tidurnya, maka Alfino tetap tak peduli.
Doa segera menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi menuju Jakarta. Ya, dia sekarang sedang berada di Bogor.
Selang 3 jam kemudian, Alfino sudah sampai dirumah sakit yang ditunjukkan oleh Farhan. Dia segera memasuki rumah sakit megah tersebut dan segera mencari ruangan milik Kanaya.
"Mbak, ruangan atas nama Kanaya Megantara?" tanya Alfino kepada Resepsionis.
Setelah mendapat jawaban dari resepsionis, Alfino pun segera menuju keruangan yang sufah ditentukan. Dia berlari menuju lift dan memencet tombol lima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Alfino (END)
Teen FictionStart : September 2020 Finish : Desember 2020 Tidak perlu banyak basa-basi untuk mengatakan kata cerai dan putus, karena berbasa-basi itulah yg membuat seseorang bertambah sakit dan terluka. Jangan berkata kata manis dan menjalin se...