22 : Rasa Takut

1.9K 105 12
                                    

"Kanaya, bangun yuk, udah jam 4 pagi, Alfino yang paling ganteng udah nungguin dari tadi loh, hari ini kita juga sekolah, seragam kita masih di rumah papa," oceh Alfino sambil mengusap-ngusap pipi dan rambut Kanaya.

"Eunghh.. Alfino, aku masih ngantuk," lenguh Kanaya. Alfino pun hanya tersenyum sambil sedikit demi sedikit dia menempelkan bibirnya ke bibir Kanaya.

(Astaga, aink ngga kuat, terlalu uwuw untuk aku yang masih umur...)

"Alfino ih!" teriak Kanaya sambil memukul dada bidang Alfino. Sedangkan yang di pukul, dia hanya tertawa geli melihat wajah frustasi Kanaya.

Alfino memeluk pinggang Kanaya possessif, ada perasaan yang tak enak di hati Kanaya, apa itu?

"Bikin Alfino junior yuk!" bisik Alfino tepat di telinga Kanaya, Kanaya yang merasakan nafas berat Alfino pun jadi kalang kabut, dia sangat takut dengan bayi singanya itu.

"Ngga usah ngadi-ngadi deh Al!" cetus Kanaya bergetar, dia sungguh merasakan nafas Alfino dileher jenjangnya, mungkin Alfino ingin membuatnya terangsang.

"Sayank, ngadi-ngadi artinya mendesah loh, kalo kita bikin baby terus ngga ndesah, ya gimana mau–"

"Stop! Ngga usah dilanjutin!"

~(^_-)~

"Wendy! Yuhuuuuu! Woelah, ni anak ya!" teriak Lala sambil berlari mengejar Wendy yang sedang berjalan santai di koridor.

Lala menepuk pundak Wendy, pantas saja dari tadi Wendy tidak membalas teriakan Lala, wong dia saja telah menyumpal telinganya menggunakan Hedset.

"Woy dugong! Lo dari tadi gw panggilin anjir! Malah santai-santai aja, gw mau nanya nih!" omel Lala, namun Wendy hanya mengacuhkannya saja.

"Wendy! Serius ih!" rengek Lala.

"Ya udah yuk ke KUA!" final Wendy sambil memajukan wajahnya ke wajah Lala.

"Maksudnya gimana sih Wen? Gw kagak faham onyet!" pekik lala bergetar, dia pun juga memundurkan wajahnya dari wajah Wendy.

Wendy hanya terkekeh melihat raut wajah Lala yang seketika berubah, ngga papa lah, sekali-kali jadi cowok yang cool. Eh emang kaya tadi itu cool ya? Kagak!

{\_/}
(•_•)
/-\

Di lain tempat terlihat sepasang muda-mudi yang sedang berjalan beriringan, siapa lagi kalo bukan Alfino dan Kanaya.

Sekarang mereka bisa agak lega, karna mulut para cabe itu sudah jarang terdengar di telinga mereka.

"Nay?"

"Hm."

"Aku pengen gandeng bocil yang wajahnya mirip kaya kita berdua."

"Kita masih sekolah, bego!" teriak Kanaya, sehingga membuat para siswa dan siswi yang ada di halaman sekolah menengok ke arahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sekarang Kanaya dan Lala tengah berada di kantin, apalagi kalau bukan saling gibah. Namun tiba-tiba....

"Woy! Gw peringatin ya sama lo! Lo mendingan jauhin Alfino! Karna dia cuma milik gw! Kalo gw ngga bisa dapetin dia, maka ngga ada siapapun yang bisa dapetin dia!" hardik Kania.

Kanaya hanya tersenyum menanggapinya, kalian harus ingat, kalau mulut Kanaya lebih pedas dari seorang CABE!

Sedangkan Lala, dia hanya menatap cengo kearah keduanya, entah apa yang terjadi oleh gadis itu.

Dear Alfino (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang