48 : Capek Atau Kenyang

2.2K 97 4
                                    

Kanaya masih mendumel tidak jelas selang insiden di pasar tadi, gadis itu terlihat sedang bersedekap dada dan sesekali menatap sinis Alfino. Dan Alfino justru malah tidak peka dengan apa yang terjadi dengan Kanaya. Sudah beberapa kali Kanaya memeberikan kode agar Alfino mau memujuknya agar tidak marah.

"Aku nggak akan mau punya anak sama kamu!" sinis Kanaya memancing.

Mengapa dirinya mengangcam seperti itu? Because, Kanaya sudah mencoba semua cara, tapi Alfino malah terlihat santai dan menunjukkan raut wajah cemas dengan Kanaya yang sedang ngambek.

"Kok gitu? Katanya mau punya anak 5? Kanaya ih, jangan ngambek dong? Kanaya!" rengek Alfino sembari menggoyang-goyangkan lengan Alfino.

Kanaya pun menatap wajah Alfino yang sedang memanyunkan bibir bawahnya. Bibir berwarna merah muda, basah, dan sangat menggiurkan, membuat Kanaya tak sanggup untuk menahan hasrat dalam dirinya.

Alfino paham dengan tatapan aneh yang Kanaya lontarkan, lelaki itu mulai memajukan bibirnya serta matanya mulai menyipit, begitu pula dengan Kanaya.

Cup

Pegutan demi pegutan, benar-benar nikmat yang sangat luar biasa, membuat orang terlena akan kenikmatannya yang memabukkan. Dan semua itu dirasakan oleh dua insang yang sedang bertukar saliva sekarang.

Cukup lama mereka diposisi seperti ini, hingga akhirnya adegan semua ini berakhir diranjang king size dengan bunga yang ditata sedemikian yang memang sudah Alfino kususkan untuk bulan madu- maksudnya liburan dengan Kanaya kali ini.

🌚🌚🌚

Pagi pun tiba, matahari nampak hendak keluar dengan malu-malu. Seperti Kanaya sekarang yang wajahnya seperti ada yang menggelitiki dan panas, dia malu jika mengingat adegan panas mereka tadi malam.

"Please! Lupa! Lupa dong!" celoteh Kanaya, sedari tadu dia berjalan kekiri dan kekanan sambil memukuli keningnya menggunakan telapak tangan. Aneh memang.

"Yuk, jadikan kita kepantai?"

"Hah? Mm.. Iya ayo!" Kanaya menjadi gugup dan salah tingkah, setiap kali menatap wajah Alfino perasaan malunya semakin menjadi-jadi. Mengingat bagaimana ganas dan agressifnya dia pada Alfino, benar-benar tidak pernah terlintas dibenak Kanaya.

Mereka sudah tiba di Pantai Parangtritis. Pertama kali mereka datang, sunset yang ditampakkan adalah munculnya Matahari. Membuat Kanaya terperangah takjub akan hal tersebut.

"Ini alesan aku ngajak kamu kesini pagi-pagi banget Nay, indahkan pemandangannya."

Kanaya hanya manggut-manggut, membenarkan apa yang dibilang oleh Alfino. Kanaya berlari menuju bibir pantai, tak peduli dengan angin yanf berhemhus kencang, membuat dress dibawah lutut Kanaya berterbangan, begitu juga dengan rambutnya.

Kaki Kanaya sudah menyentuh air pantai, senyuman tak henti-hentinya tersungging diwajah cantiknya.

"Dingin Nay?"

"Iya, Al, hehe."

Kanaya tertduduk dihimpunan pasir, begitu juga Alfino, mereka sesekali saling tatap, melemparkan senyuman termanis dihidup mereka.

"Aku beli cemilan dulu ya?"

"Nggak mau aku temenin?" tanya Alfino. Cukup lebay mungkin, Kanaya hanya ingin membeli cemilan, tidak akan pergi kemana-mana.

Dear Alfino (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang