5 : Hilang Di Hutan

2.9K 244 14
                                    

Kania pun tersenyum senang melihat Kanaya terluka, entah apa yang sedang di pikirkan oleh gadis gila itu. Di lain tempat Kanaya tengah merintih kesakitan, karena Lala mengoleskan salep ke luka nya. "Sakit La, perih," rintih Kanaya.

"Sabar lah Nay, gigit aja tu bibir bawah lo, jangan malah nyubitin paha gua," tegur Lala sambil fokus mengobati luka Kanaya. "Aaaaaa" teriak kanaya kesakitan, dia mencubit tangan Lala kuat.

"Dih si anjir, sakit kali nyet, cubit orang sembarangan aja lo itu, mending kalo lo mau cubit cubitan tuh sama Wendy atau ngga sama anak baru itu," ketus Lala.

"Ngga usah banyak bekicot deh La, nih cepet beresin luka gue, perih tauk," timpal Kanaya sambil menyodorkan tangan nya.

"Untung lo sahabat gue, kalo nggak-". "Kalo nggak apa hah?" balas Kanaya memotong pembicaraan Lala.

Lala pun memanyunkan bibirnya sambil tetap fokus memperban tangan kanaya. "Ya elah La, jangan marah dong, cuma bercanda kali," ucap Kanaya dan balas senyum oleh Lala.

"Elo sih, bercandanya gitu, kan gue jadi tersinggung, dasar," tegur Lala sambil memanyunkan bibirnya.
"Dih, emang gue omong apa, wong gue ngga ngomong apa-apa kok, " bela Kanaya. "udah lah yuk kesana," ajak Lala.

Setelah selesai mengobati luka kanaya, dan tenda, makanan, dan yang lainnya sudah selesai, mereka pun pergi ke rumah salah satu warga yang dekat dengan hutan itu untuk mandi sore.

------Skip------

Sore pun tiba, mereka pun akan mengikuti permainan dari pak budi.
"Selamat sore anak-anak," sapa pak Budi, "Sore juga pak Budi," balas mereka serentak dengan semangat yang membara.

"Oh iya, sekerang kita akan menelusuri hutan, bapak kalian tulis apa saja yang kalian temukan disana, bapak akan pilih dua orang, satu perempuan dan satu laki-laki, jangan ada yang tukeran ya!" titah Pak Budi, dia pun tak lupa untuk mengingatkan para siswa nya yang superior bandel itu.

"Iya pak," jawab mereka serentak.
"Pasti gue sama Alfino," Ujar Kania pede.

"Kelompok yang pertama Lala sama Wendy, kedua Nina sama Nino, ketiga Nica sama Sino, keempat Candra sama Enggel, kelima Kania sama Edo dan keenam Kanaya sama Alfino" ucap pak Budi.

"Bangsat! Kenapa gw malan sama si culun sih, anjing emang pak budi," batin Kania, dia telah mencaci maki gurunya sendiri, oh no!

"Kok saya sama Alfino sih pak?" tanya Kanaya dengan tatapan herannya.

"Udah jangan ngebantah, kamu Kanaya karna kamu komentar, jadi kamu sama Alfino duluan, habis itu di susul sama temen-temen yang lain, jangan lupa bawa senter, dan tenang aja di pohon-pohon ada tanda panahnya ya, ayo cepat!" titah pak Budi tegas.

"Pak Budi gimana sih, saya ngga mau sama Edo, saya sama Alfino aja ya, toh Kanaya juga ngga mau tuh sama Alfino," ucap Kania memohon.

"Ngga ada yang boleh ngebantah keputusan bapak, ayo cepet Nay, Fin," balas pak Budi.

Mereka berdua pun mulai berjalan menyusuri hutan, sepi, dingin, lembab, kotor, banyak lumpur, gelap, menakutkan, itu termasuk gambaran hutan yang di lewati Kanaya dan Alfino.

Bulu kuduk Kanaya berdiri, ia merinding, sedangkan Alfino dia terus berjalan tanpa memerdulikan Kanaya yang ketakutan, Kanaya yang merasa di cuekin pun seketika angkat bicara, dia sungguh sebal dengan orang yang ada di samping nya itu.

"Ngga asik banget sih lo Al, gue kan ngga suka di cuekin, ngomong apa kek gitu, ajak gue ngobrol, kan jadi tambah sepi kalo ngga ngobrol, Al, Alfino lo denger gue ngga sih!?" tanya Kanaya manyun.

"Tanda panahnya mana sih?" resah Alfino, sedangkan Kanaya dia kaget.

"What? Jangan bilang kita tersesat Al Aaaa.. gue pengen nangis, gue nggak mau tersesat Al," rengek Kanaya.

"Gue juga nggak mau kali Nay, tapi percuma kalo kita balik, mending kita nginep di sini dulu, siapa tau besok kita bisa balik, ayok lah kesana, disana agak kering tanahnya," ajak Alfino.

"Lo jangan apa-apain gue ya, awas lo!" peringat Kanaya sambil bersandar di pohon disusul dengan Alfino yang juga tertidur.

Sedangkan di tempat persami, semua peserta sudah berkumpul, kecuali kanaya dan Alfino, mereka pun mulai panik, dan suasana pun mulai tidak kondusif.

Pak Budi pun menyuruh para siswa dan siswi mencari kanaya dan Alfino di sekitar tempat permainan, namun hasil nya nihil, mereka berdua tetap tidak di temukan, akhirnya mereka pun di kumpulkan oleh pak Budi.

"Anak-anak kalian tenang aja, besok bapak sama para warga akan cari Kanaya dan Alfino, kalian pokoknya jangan buat kericuhan ya, dan nanti salah satu cowok ikut bapak patroli, siapa tau nanti mereka berdua balik, okey," ucap pak Budi menenangkan para siswa nya.

"Gimana bisa tenang sih pak? Sahabat saya ini hilang pak, pokoknya temuin Kanaya hidup-hidup, saya ngga mau tau," tegas Lala yang sedari tadi menangis.

"Iya pak, apalagi mereka di dalem hutan berdua loh, cewek sama cowok lagi, bukan ngga mungkin kan nanti mereka bisa aja ngelakuin..." imbuh Wendy menggantungkan.

"Eh, jangan ngadi-ngadi deh lo, Alfino juga nggak bakal mau kali sama Kanaya, Kanaya kan jelek, kalo Alfino tersesat nya sama gue, baru deh mungkin," timpal Kania menyombongkan diri.

"DASAR MURAHAN... HUUUUUU," balas seluruh siswa sambil menyoraki Kania.

"Apaan sih, emang gue cantikkan, iri bilang bozzz," ketus Kania membela dirinya.

"Udah kalian tidur semua!" titah pak Budi.

Setelah itu mereka pun langsung bubar dan menuju ke tenda masing - masing, mereka pun tidur, sedangkan pak Budi dengan satu siswa lainnya berpatroli di sekitar hutan dan tenda.

Di satu sisi, Kanaya dan Alfino telah tidur dengan pulas, mereka menikmati mimpi walaupun keadaan mereka yang sedang tersesat, namun hawa dingin masih terasa dan menusuk tulang, sehingga mereka berdua kedinginan.

Pada ke esokan harinya, salah satu warga yang sedang mencari kayu bakar melihat kanaya dan Alfino, tengah tidur pulas dengan posisi Kanaya bersandar di bahu Alfino dan Alfino bersandar di kepala Kanaya.

Dan yap, entah mengapa fikiran orang itu mengarah ke suatu hal, mungkin otaknya travelling, jadi ya, pastinya kalian faham lah ya, okey kembali ke salah satu warga tadi, orang itu pun langsung memanggil warga lain nya.

Setelah semua warga terkumpul, mereka semua pun menghampiri Kanaya dan Alfino. Mereka pun menginterogasi Kanaya dan Alfino. Takut dan panik tercampur aduk di dalam hati Kanaya, entah apa yang harus ia lakukan sekarang.

Tanpa pikir panjang para warga itu pun langsung membawa kanaya dan Alfino ke rumah pak lurah, sesampainya di rumah pak lurah mereka berdua pun di persilah kan untuk duduk.

"Mbak Kanaya sama Mas Alfino, kenapa tidur di hutan?" tanya pak Lurah.

"Kami tersesat pak Lurah, kami nggak ngelakuin hal itu kok," bela Kanaya.

"Halah... Udah ketahuan basah juga, udah pak di nikahin aja mereka berdua, agar para pemuda di desa kita, juga nggak bakal ngelakuin hal senonoh kaya gitu," ucap salah satu warga.

Kanaya pun mulai menangis, Alfino pun segera menenangkan Kanaya.

"Gini aja, tolong kalian panggil orang tua kalian kesini ya," pinta pak lurah lembut, Kanaya dan Alfino pun hanya mengangguk, dan pamit untuk menelfon orang tua mereka.

Dear Alfino (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang